Arjuna bertahan dan lulus. Memperoleh panah Pasopati dari Bathara Guru, pemimpin para dewa di Suralaya kahyangan jonggring salaka.
Pasopati adalah anak panah sakti yang akan menjadi kunci kemenangan Pandawa dalam perang brubuh. Perang akhir Bharatayudha, perang saudara
keturunan raja Bharata. Perang antara Pandawa dan Kurawa memperebutkan kerajaan Astina.
Pasopati memiliki dua arti utama. Pertama berarti pasti mati, yaitu siapapun yang terkena panah ini akan binasa. Kedua bermakna hewan yang mati, paso atau phasu yang berarti hewan. Bahwa pemilik panah ini telah berhasil mematikan nafsu hewani didalam jiwanya.
Selain senjata panah Pasopati, Arjuna juga mendapat karunia berupa cahaya diatas cahaya dalam dirinya. Dilambangkan dengan pernikahannya dengan dewi cahaya, yaitu dewi Supraba dari Kahyangan.
Bertapa, semedi, berpuasa dan banyak lagi laku laku bisa dijalani manusia untuk nggayuh kejernihan jiwa.
Mintaraga adalah salah satu inspiring story yang populer dalam penggalan kisah kisah Mahabharata.
Meneruskan menyusuri ruang museum wayang yang hening, kami berhenti didepan sosok wayang kulit raksasa besar. Raksasa berparas lembut berkulit putih. Itulah Kumbakarna, ujar Utam.
Dalam hati menduga, Utam pasti akan segera bercerita tentang Tripama. Benar saja Utam mulai berkisah mengenai Tripama, lancar.
Kumbakarna adalah salah satu adik Dasamuka raja Alengka. Adiknya yang lain seorang ksatria tampan bernama Gunawan Wibisana.
Tripama termuat dalam gending Dhandhanggula karya Mangkunegara lV Surakarta. Terdiri dari tujuh pupuh atau bait. Berkisah tentang keprajuritan dan kesetiaan dari 3 panglima perang yang layak dipama atau diteladani.
Bait 1 dan 2 gending Tripama menceritakan patih Suwanda atau Sumantri. Yang setia dan rela mati demi raja junjungannya, prabu Arjuna Sasrabahu.
Pupuh 3 dan 4 berkisah tentang Kumbakarna ksatria Alengka. Yang setia dan mati karena membela negaranya. Walaupun sebenarnya tidak setuju dengan laku dan cara kakaknya raja Rahwana atau Dasamuka memerintah.