Bersenjata gedog, kepyak dan kepiawaian melantunkan puluhan karakter suara berbeda, ki dalang membabar kisah dan drama kehidupan.
Jaman dulu pertunjukan wayang kulit bukan hanya menjadikan suka cita bagi penanggapnya saja, namun mewujud sebagai pesta rakyat bagi khalayak dan masyarakat sekitarnya.
Pesta itu tidak hanya terjadi di depan kelir bersama sang dalang, waranggana dan para niyaga namun terhelat juga di halaman halaman rumah tetangga, jalanan sekitar bahkan ditempat tempat agak tersembunyi.
Di arena pewayangan itu penjual makanan khas sate kere, sate tempe, arum manis dan makanan rakyat unik lainnya berdatangan. Jenis makanan yang jarang ditemui dihari hari biasa.
Ditempat agak jauh dari pertunjukan, para bandar dan penjudi atau pengiseng berkumpul mengadu nasib. Disela sela pertunjukan wayang kulit, para petualang rejeki tersebut menyelinap mendulang untung mojok ditempat tersembunyi itu.
Para bandar percaya diri menggelar ajang perjudian. Othok, Cliwik dan model model permainan yang lain menjadi tempat mengadu nasib. Perjudian adalah salah satu ikon tak ketinggalan dari sebuah gelaran wayang kulit.
Pagelaran wayang kulit masa lalu adalah pesta, warna juga perenungan dan pembelajaran.
Wayang kulit adalah perhelatan ramai berseni tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H