Â
Lahir sendiri, mati sendiri mestinya kalau diperlukan hidup bisa juga sendiri mandiri
Dago Heritage Golf Course, dulunya bernama Dago Endah atau biasa juga disebut Dago Lama. Adalah golf course peninggalan jaman Belanda di Bandung utara.
Konturnya berlereng lereng, dengan fairway fairway sempit memiliki keunikan dan daya tarik serta kejutan tersendiri bagi para golfer. Lapangan lama, konon beroperasi sejak tahun 1917. Jadi sudah berumur 103 tahun, old and remain pretty.
Dago Heritage termasuk lapangan sangat tua di Indonesia, namun bukan yang paling tua. JGC, Jakarta Golf Club yang berada di kawasan Rawamangun Jaktim itulah golf course tertua di Indonesia. Konon beroperasi sejak tahun 1872, sudah berumur 138 tahun. Lapangan rimbun dengan pepohonan beringin raksasa di tengah kota yang hingga kini tetap ramai untuk ber golf ria.
Hari ini awak berniat golf sendirian di Dago, di Dago baru atau Dago lama. Jumat sudah telepon ke Mountain view atau dago baru, mendapat konfirmasi sabtu boleh main sendirian. Ternyata bookingan sabtu pagi itu ramai. Jadi tidak bisa main sendirian. Awak memilih cabut dan menuju lapangan dago lama yang hanya berjarak sekitar tiga kilo meter jauhnya.
Jadilah pagi ini awak berdiri di ketinggian dago heritage. Ditemani Aa, experience caddy yang sudah berkarier lebih 15 tahun dan seperti kebanyakan caddy... tak pernah naik pangkat.
Sebagaimana dalam berkarir atau hal hal lainnya, terkadang takdir tidak terjadi sesuai keinginan. Namun kalau dijalani dengan ikhlas dan sungguh sungguh pasti akan ada kenikmatan yang tersingkap. Demikian juga kejadian pagi ini, maunya main di dago baru tapi karena satu dan lain hal dapatnya harus merumput di dago lama. No problemo, jalan saja pasti akan ada sensasi daya tarik lain yang di dapat.
Lembah rumput menghijau dibatasi deretan pinus pinus tua lancip rapi, bunker bunker pasir putih terserak, kolam kolam buatan tenang tak beriak dibawah payung langit biru cerah terpoles awan berarak mengambang. Udara begitu segar di pagi cemerlang. Bercak keemasan mentari pagi menyinar dari sela sela batang batang pepohonan tua dan dedaunan. Puncak dan bahu gunung puteri melingkungi berbaring biru di kejauhan sana. Seronok nian pagi ini.
Back swing pelan, tongkat nomor 1 menghantam bola kuning. Bunyi ting, benturan kepala tongkat titanium dan bola sebesar telor ayam kampung. Ting nyaring dan bola kuning melambung melengkung sempurna. Bola terjun di lembah sana, menggelinding rolling sejenak dan berhenti di tengah fairway sempit. Pukulan pertama nan indah, jauh dan sempurna. Tiop pertama selalu berkemungkinan 50 - 50, antara bagus sukses atau buruk mletho. Kali ini awak dapat yang bagus.... horee. Dari ketinggian bola itu bak noktah kuning teronggok di hamparan permadani hijau. Mungkin 200 meter lebih jauhnya dari tee box.
Kebo ( Kerbau) menyusu Gudel (anak kerbau) adalah istilah untuk keadaan kala orang yang tua harus belajar kepada yang lebih muda. Hal itu terjadi pagi ini. Awak yang berumur 30 tahun lebih tua dibanding Aa caddy harus mendapat ajaran darinya yang jauh lebih muda dan ber Handycap 9.
Petunjuk arah, ayunan, tikungan dan sebagainya dar caddy dan bermain santai nguler kambang menghasilkan skor  bagus kali ini.
Bermain golf sendirian adalah hal tak biasa. Ada yang bilang tak mungkin dirinya bisa main sendirian, ada teman yang mencoba ber golf sendiri tetapi tak bisa menikmati. Tetapi ada juga golfer yang biasa main sendirian dan menikmati serta belajar banyak hal.
Konon inti bermain golf adalah melawan diri sendiri. Selain mengenai skill dan stamina, harus mengatasi rasa jeri takut menghadapi medan dan hambatan menantang. Juga mengendalikan nyali keberanian yang terkadang berlebihan.
Tetapi sebenarnya tantangan lebih berat dari permainan ini adalah tekanan dari lingkungan sekitar. Dari teman teman sepairing, apalagi kalau ada sampingan dan isian. Pressure yang tidak mesti berupa provokasi langsung, permainan bagus dari temanpun sering membuat kita keder. Dan pukulan meleset, terlalu nafsu atau grogi. Meskipun itu sebenarnya tidak boleh terjadi, namun kenyataannya di lapangan merasa ter pressure seperti itu sering terjadi.
Bermain sendirian tidak ada tekanan teman sepairing sekali kali perlu dicoba. Bermain tenang dan kontemplatif sembari berintrospeksi.
Di dago heritage ada satu hole yang tidak pernah dijumpai di course lain. Par 3 hanya berjarak 60 meter. Di depan kiri green dan samping kanan dilindungi benteng barisan bunker cukup lebar.
Bertanya ke Aa caddy, bagaimana biasanya perilaku golfer menghadapi hole ini. Pilihan stik yang dipakai biasanya A, Sand atau 60. Pemegang stik A biasanya mengayun back swing setengah, pukulan terlalu pelan bola masuk bunker.
Pengguna sand atau 60 sering ngotot, pukulan nge top atau grounded tidak on. Hole 3 berjarak pendek ini sering menjadi jebakan, menimbulkan keraguan. Caddy bilang, 70 persen pukulan pertama golfer tidak on di hole ini.
Awak mengambil tongkat sand, pasang tee agak tinggi back swing pelan full. Bola melambung tinggi melewati bunker sebelah kiri. Bola jatuh tanpa rolling, On hanya 2 meter sebelum hole. Lalu putter tergesa gesa, terlalu yakin nyaris masuk di sisi kanan. Lumayan par..... prinsip lumayan yang melekat sering membuat golfer kurang cermat, menghambat hasil optimal.
Karena hari ini relatif sepi, delapan belas hole selesai hanya dalam tempo dua setengah jam, mulus lancar dan menyenangkan.
Belum tengah hari buggy mendaki kembali ke Club house.
Melihat sekeliling membayangkan ceritanya kira kira dulu di sekitar awal awal abad 20, para petinggi wong londo Belanda pejabat kotapraja, direktur perusahaan kereta api, bos perkebunan teh yang bermukim di Bandung yang masih sejuk dan banyak taman bunga sore sore bermain golf disini. Putra putrinya, noni noni dan sinyo sinyo remaja bule ikut latihan berkeliaran di jajaran cemara cemara lilin yang mulai tumbuh tinggi. Tetapi sayang tidak ada foto foto itu yang dipajang, hanya sebatas cerita.
Dago Heritage lapangan golf ini memiliki pesona tersendiri, kontur sempit, cantik dan menantang. Mudah mudahan tetap dilestarikan dan ke depan menjadi heritage golf yang semakin menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H