Di salah satu pojok taman, teronggok patung dada sang pujangga Pablo Neruda. Pablo Neruda adalah penyair Chile pemenang Nobel sastra tahun 1971. Perjalanan hidup dan karya karyanya unik menarik, tidak biasa. Kisah hidupnya difilmkan berjudul Neruda. Kumpulan puisinya yang terkenal dalam bahasa Spanyol diantaranya adalah dua puluh puisi cinta dan nyanyian putus asa. Â
Serta puisi sejarah dan alam Amerika latin yang diilhami saat Neruda menjelajah sungai Amazon dan Machu Picchu berjudul alturas de Machu Picchu atau di ketinggian Machu Picchu. Puisi Neruda telah diterjemahkan ke ratusan bahasa lain.
Pablo Neruda juga seorang diplomat dan aktivis sosialis. Pernah bertugas di kedutaan Madrid, Singapore dan Jakarta. Di Jakarta Neruda menemukan jodohnya seorang noni Belanda.
Awal tahun 80 an, terjemahan buku puisi Pablo Neruda bisa dibeli di loakan pasar Senen Jakarta. Bagi para penggemar puisi romantis dan juga erotis, buku Neruda layak menjadi bacaan.
Kami melanjutkan menyusur ke Plaza de Armas, pusat keramaian Santiago. Sebagaimana di Lima, di plaza ini bertebar bangunan bangunan kuno megah indah, peninggalan Spanyol yang masih terawat dan difungsikan.
Lewat tengah hari bus meninggalkan kawasan plaza de armas. Menyusuri jalanan kota yang kering menyengat. Kata nona pemandu, musim panas kali ini memang tidak seperti biasa, lebih panas. Melewati taman taman yang dedaunannya telah berubah warna merah coklat. Seolah musim gugur datang lebih cepat.
Banyak orang berteduh di tepi kolam di taman taman kota. Di plaza tugu tugu peringatan, rombongan demonstran berkumpul untuk menyiapkan aksinya menuntut perbaikan. Bus menuju gedung Titanium gedung tertinggi di latam kawasan baru kota. Menjelang sore akan ke bandara, terbang ke Buenos Aires Argentina.
Chile konon saat ini adalah negara paling makmur, adil dan taat hukum di Amerika latin. Namun demikian gerakan demo tetap marak, sebagaimana banyak terjadi di negara negara latam lainnya.
Mendengarkan penjelasan sejarah Chile yang dinamis dan sarat dengan gejolak hingga kini, jadi teringat penggalan kalimat dari sang penyair Pablo Neruda. Puitis dan multi makna, tergantung situasinya,
Walaupun semua bunga telah dipotong habis, namun musim semi tetap akan tiba