Istana dipucuk bukit tua diatas lembah Urubamba yang seringkali diselimuti kabut itu tahun 2007 Â ditetapkan sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia yang baru.
Machu Picchu pertama kali dibangun sekitar tahun 1450. Diinisiasi oleh sapa inca atau kaisar Pachacuti..... Pachacuti bermakna juga sebagai sosok yang mengubah dunia... Setelah  Pachacuti mangkat tahun 1472, pembangunannya dilanjutkan oleh sapa inca penggantinya, Yupanqui. Untuk mewujutkan visi dari pendahulunya.
Jaman penguasaan Spanyol di Peru, Machu Picchu adalah situs raksasa yang dirahasiakan. Keberadaannya tidak pernah diketahui oleh penjajah Spanyol.
Ketika tahun 1530 an Spanyol mulai menguasai Cuzco, Sacsayhuaman, Ollantaytambo dan benteng benteng lainnya, para pemimpin Inca yang tersisa melarikan diri. Bersembunyi ditengah hutan dan bukit bukit tinggi di pedalaman. Lalu para penyintas penjajahan itu di persembunyiannya membangun istana baru sebagai pusat pemerintahan, spiritual dan peradaban.
Istana baru yang dirahasiakan itu keberadaannya dianggap rumor, berita angin. Antara benar dan bohong. Rumor yang mewartakan berita tentang adanya kota yang hilang, The Lost City Of Inca. Kabar yang memuat setengah penyangkalan sekaligus setengah keyakinan tentang keberadaan kota yang belum ditemukan.
Adalah Hiram Bingham petualang muda Amerika. Akhir abad 19 beberapa waktu menjelajahi Peru. Mengagumi legacy legacy Inca kuno. Bingham juga mendengar rumor tentang keberadaan kota yang hilang. Setelah penjelajah muda itu kembali ke Amerika, Bingham merasa penasaran.
Awal abad 20 dengan sponsor Yale Univercity, Bingham kembali pe Peru. Bertekad kuat untuk menemukan keberadaan the lost city of Inca.
Di perpustakaan Cuzco, Bingham meneliti detil dokumen dokumen, artefak dan risalah risalah yang terkait dengan lost city. Setelah mengevaluasi, merenungi, analisis, imajinasi dipadukan dengan cerita sana sini Bingham mulai terjun ke lapangan.
Menyewa pemandu, kuda kuda pengangkut menjelajah dari Cuzco, Lembah Suci sampai Ollantaytambo. Kemudian menyusuri sungai Urubamba, sela sela tebing gunung, padang luas, hutan lebat. Berjuang minggu demi minggu menyusuri wilayah yang diduga sebagai lokasi keberadaan kota yang hilang.
Di suatu siang yang berkabut, Hiram Bingham mendaki sebuah lereng. Lalu melihat dibalik selimut awan terhampar Machu Picchu di pucuk bukit berada diatas lembah Urubamba. Saat itu Machu Picchu dihuni oleh tiga keluarga petani.
Sampai akhir hayatnya Bingham sang penemu meyakini, bahwa Machu Picchu itulah The Lost City. Ibukota terakhir imperium Inca kuno. Meskipun ternyata keliru. Karena dengan adanya penemuan terbaru yaitu situs Vilcabamba yang berada sekitar 200 kilometer dari Machu Picchu. Para ahli sejarah Inca meyakini sejatinya Vilcabamba adalah the lost city of Inca.
Itulah ringkasan cerita dengan Diego tadi pagi tentang keberadaan Machu Picchu.
Lima belas menit kemudian telah tiba di pintu masuk. Kami semua merasa antusias untuk melakukan perjalanan terakhir. Berjalan kaki mendaki setapak bebatuan cukup terjal. Tidak ada fasilitas khusus untuk jalur kursi roda. Tabung tabung oksigenpun tidak diperlukan lagi disini. Machu Picchu hampir seribu meter lebih rendah dibawah Cuzco dengan altitude sekitar 2500 meter.
Perjalanan menanjak lumayan berat bagi para senior. Diselingi beberapa kali istirahat, akhirnya setelah 40 menit berjibaku kami sampai di bukit sebelah kiri situs.
Langit sangat cerah tak berkabut, dibawah sana di puncak dan lereng bukit, pusat Machu Picchu nampak terhampar diam membisu, panoramik.
Bagi awak persuaan ini agak emosional. Awak telah melihat penampakan gambar itu hampir tiga puluh tahun yang lalu. Gambar dengan angel pengambilan dari sisi ini juga. Saat membaca kisah kisah The Secret, law of attraction. Merasa Dejavu, seolah bertemu kembali dengan kenangan.
Machu Picchu dikelilingi perbukitan. Berada ditengah puncak bukit yang terendah. Dari sisi puncak ini dilatar belakang, mencuat bukit menjulang berbentuk cula Badak raksasa menambah artistiknya reruntuhan istana batu itu.
Alhamdulillah telah sampai disini. Sekali lagi awak menatap ke bawah, ke arah situs. Deg, sepertinya reruntuhan istana batu itu balas menatap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H