Gambar foto
Pagi ini chek out, meninggalkan resort Bourbon. Ini hari terakhir di Brazil.
Bus ke luat kota, menuju bendungan Itaipu. Bendungan terbesar ke dua di dunia setelah bendungan sungai Yangstze China. Itaipu terletak di perbatasan negara Brazil dan Paraguay, menampung aliran sungai Parana.
Tetap semangat, melangkah mekanis masuk bus. Meski tur baru berjalan sekitar seminggu, namun rasanya telah kehilangan orientasi terhadap waktu. Tidak begitu perhatian lagi ini hari apa, tanggal berapa. Semata mengikuti itinerary tur saja.
Inilah enaknya orang tidak memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan posisi tertentu. Wisatawan hanya memiliki tiga kewajiban utama. Yaitu bangun pagi, tepat waktu dan tetap sehat. Alhamdulilah, semua anggota grup latam tur dapat menjalani dengan baik tiga kewajiban itu.
Dam Itaipu. Bagi yang ingin melakukan studi banding pengelolaan dan pendayagunaan bendungan, Itaipu adalah tempat yang tepat dijadikan benchmark bandingan. Di bendungan ini, terdapat 20 turbin pembangkit listrik raksasa. Sembilan belas turbin mengalirkan dayanya ke Brazil, sedangkan satu turbin lainnya diperuntukan bagi Paraguay. Sebagai catatan, penduduk Brazil 210 juta orang, sedangkan populasi Paraguay adalah 10 juta jiwa.
Lokasi dam sebenarnya sebagian besar berada di wilayah Paraguay, namun pengelolaannya dilakukan bersama dua negara. Entah dalam bentuk korporasi atau unit usaha. Mereka bersinergi, bersama sama mengelola dengan pembagian keuntungan proporsional.
Di Purwakarta kita memiliki waduk Jatiluhur yang dilelola BUMN. Untuk mengoptimalkan fungsi waduk Jatiluhur sebagai pembangkit listrik, rasanya pengelola Jatiluhur perlu studi banding ke Itaipu.
Sembilan belas turbin di Itaipu mampu memenuhi kebutuhan delapan puluh persen listrik Brazil. Sedangkan satu turbin Itaipu mencukupi kebutuhan tujuh puluh persen negara Paraguay.
Dengan luas dan pengelolaan debit air yang tepat, potensi hydroelectrik Jatiluhur masih sangat besar untuk mendukung  program pemerintah. Yaitu proyek listrik 35 ribu mega watt.
Itaipu berfungsi menonjol sebagai pembangkit listrik dan irigasi pertanian gigantik sangat besar bisa ditiru.
Tetapi sebagai destinasi wisata, Itaipu bisa dibilang moderat saja.
Kami berkeliling dam dengan bus khusus. Bus berhenti di halte halte yang disediakan, memberi kesempatan wisatawan turun mengeksplore spot spot menarik. Kelihatannya tidak ada sarana yang disediakan untuk wisata air.
Berkeliling dam, jadi teringat ketika beberapa bulan lalu menyambangi waduk Jatiluhur. Jatiluhur rasanya lebih menarik sebagai tempat wisata. Kita bisa berkeliling naik perahu menjelajah waduk. Bersantai makan ikan bakar di tengah danau dengan sambal tomat pedas dan sayur segar, termasuk pete goreng yang sedap. Demikian juga ditepi waduk, banyak warung warung lesehan kulineran uenak tradisional Sunda menyediakan ikan tawar bakar. Menghadap waduk.
Itaipu cocok untuk studi banding pembangkit listrik, irigasi dan pengelolaan korporasi. Efektivitas dan efisiensinya sebagai hydroelektric dan prasarana irigasi serta konservasi alam patut dicontoh.
Meninggalkan dam raksasa Itaipu, kami menuju  tempat unik yang lain. Yaitu pertemuan sungai Iguazu dan Parana. Pertemuan sungai ini adalah tripple frontier, pembatas tiga negara. Brazil, Argentina dan Paraguay.
Kami akan melihat tripple frontier itu dari tengah sungai. Bus tur menuju pangkalan Catamaran, kapal dua badan. Dari sisi Brazil kami naik Catamaran, menyusuri sungai Parana.
Catamaran yang lumayan luks melayari sungai tidak begitu lebar, barangkali sekitar 50 meter. Di kiri kanan hutan hutan kecil biasa. Destinasi ini lebih pas bagi mereka yang meminati sejarah. Khususnya terkait dengan perjuangan negosiasi dan seluk beluk ketentuan, perjanjian batas wilayah.
Akhirnya Catamaran sampai di lokasi pertemuan sungai Parana dan sungai Iguazu. Batas wilayah tiga negara.
Kalau kita pernah belajar pembukuan atau akuntansi, akan mengenal istilah dan bentuk T account. Ada garis mendatar diatas, dan tepat ditengah ada garis lurus menurun. Itulah kira kira bentuk pertemuan dua sungai perbatasan itu.
Kalau dalam T account ada tempat judul, di kanan disebut sisi debet dan di kiri disebut kredit. Sedangkan pada pertemuan dua sungai berbentuk T account ini, tempat judul adalah wilayah Paraguay. Sedangkan sisi debet adalah wilayah Argentina, dan di kiri sisi kredit adalah tanah Brazilia. Di wilayah masing masing mereka membangun Obelik, atau tugu batas wilayah.
Pasti proses kesepakatan batas wilayah berupa sungai ini melalui jalan yang panjang, alot dan berliku. Kasus perjanjian batas wilayah tiga negara ini pasti menarik dipelajari bagi para ahli hukum wilayah dan tata Negara.
Sore ini langit di batas wilayah tiga negara itu biru cerah. Awan putih berarak membuat angkasa semakin cemerlang.
Meninggalkan sungai Parana, rombongan meluncur ke bandara Iguazu. Sore ini kami akan meninggalkan negara Brazilia. Ini hari terakhir kami di negeri Samba. Tak tahu apakah suatu saat akan kembali lagi ke negeri nan eksotis ini.
Dengan pesawat latam kami akan terbang dua jam lebih menuju Lima. Ibukota Peru.
   bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H