Tak lama, hanya window shopping dan mengantri Ice Cream, rombongan segera kembali lagi ke Queenstown. Di tengah perjalanan melewati sisa sisa area tambang emas yang tidak begitu besar. Berlobang lobang dengan rumah rumah kecil para penambang di sekitarnya.
Ada cerita unik terkait dengan tambang ini. Yang sampai sekarang masih menjadi misteri dan silang pendapat.
Saat gold rush terjadi di NZ, para petualang berdatangan dari Eropa dan juga Asia, terutama dari Cina daratan. Datang mengadu peruntungan di wilayah tambang emas ini.
Mereka dipekerjakan penguasa tambang disini. Masa itu terjadi pembedaan, rasialisme yang diterapkan penguasa tambang kepada para penambang.
Pembedaan antara penambang Eropa dan Cina. Baik untuk tempat tinggal maupun untuk pembelian hasil tambang mereka.
Emas hasil penambang Eropa dibayar lebih tinggi dibanding hasil dari penambang Cina.
Dalam hati para penambang Cina tidak terima dengan perlakuan berbeda ini. Namun tak kuasa menolak. Â Mereka berpikir keras dan timbulah satu ide gila.
Ide itu akan dijalankan. Penambang Cina mulai menjual hanya separuh hasil tambang. Setengah hasil yang lain disembunyikan. Pada saatnya nanti simpanan emas itu akan dibawa pulang ke tanah asal.
Ketika simpanan emas sudah cukup banyak, mereka mulai berpikir bagaimana caranya  mengangkut emas ke Cina. Harus melalui laut, berlayar. Emas akan ditaruh dimana? Pasti akan ada pemeriksaan.
Akhirnya timbul satu ide lagi. Mereka menemukan cara dan mengarang sebuah cerita. Bahwa para tetua dan pemimpin Cina yang ikut menambang kalau meninggal dunia tidak bisa dikuburkan disini. Harus dikubur di negeri asal, di Cina.
Mereka mulai mengawetkan jasad para penambang yang meninggal. Melaporkan kalau para Almarhum itu adalah orang orang dari kelas terhormat.