Totem yang memuat berbagai versi cerita. Konon cerita Totem itu adalah kisah Nina Bobo  sebelum tidur. Cerita Anak anak dimuati pembelajaran hidup.
Salah satu Versinya adalah sebagai jawaban atas pertanyaan. Kenapa Kechikan sering hujan. Dan kenapa ada 3 jenis  Beruang dengan warna bulu berbeda. Putih, Coklat kemerahan dan berwarna Hitam. Kisahnya ada miripnya dengan legenda Jawa, Joko Tarub.
Yang pertama Beruang putih. Warna penanda dari gairah dan Cinta suci. Dengan kelahiran anak pertama, Sang Dewi berterus terang. Kalau dirinya sesungguhnya adalah Beruang.
Sang pemburu marah, merasa dibohongi. Namun tetap tidak bisa berpaling dari cintanya kepada sang Dewi. Anak kedua, seekor Beruang berwarna Hitam. Lambang kegundahan hati dan kemarahan gelap. Namun tak bisa melepaskan diri dari belitan Hasrat birahi dan Asmara.
Kemudian Pemburu menjadi lebih Wise. Berpikir bahwa sesungguhnya dirinya pun adalah seekor Hewan yang berpikir. Sifat Hewaniah terkadang muncul dan menguasai setiap manusia. Dengan wajah gelap tak manusiawi. Malaikat dan Setan ada dalam diri setiap orang. Pengaruh keadaan dan keyakinannya, terkadang memunculkan Malaikat atau Setan pada dirinya.
Sang Dewi Beruang hadir dalam hidupnya sebagai Hewan yang Kamanungsan. Hewan dalam wujud Manusia.
Dirinya harus rela dan bijaksana menerima kenyataan itu. Sebagai bagian Takdir yang tidak bisa dihindari.
Anak ke tiga lahir, Beruang berwarna Coklat Kemerahan. Perlambang Wisdom dan Courage. Kearifan dan Keberanian dalam menghadapi kenyataan.
Hukuman Dewi Beruang selesai. Sang Dewi harus pulang, kembali ke Dunia Dewa. Meskipun terlanjur kerasan hidup di Dunia bersama suami dan tiga anaknya, namun tetap harus kembali.
Dewi terbang ke Dunia lain. Di Alam sana kerinduan kepada Suami dan ke tiga anaknya membuatnya berduka dan menangis setiap hari. Air mata kerinduan yang tumpah membanjir, menjelma menjadi hujan di Kechikan.
Legenda itu menjadi dongeng untuk menjawab pertanyaan Anak anak. Kenapa Kechikan sering hujan dan ada 3 Beruang dengan warna berbeda.