Lucu, murni, pingin tahu, cari perhatian, terkadang juga menjengkelkan. Segar, Ceria dan  gembira. Menjadi katarsis, obat dari tekanan kejenuhan rutinitas dan problema. Paling tidak untuk sementara.
Gaya pol polan itu berlanjut. Kocak, menggelikan.
Dari Halleluya point rombongan berpindah berjalan ke taman Totem. Beberapa Totem dengan ukiran makhluk makhluk unik menjulang di sudut ini.
Tiang Totem kebanyakan terbuat dari bahan kayu Aras atau Cedar atau Pinus. Yang sudah tua, Utuh tanpa potongan.
Ukiran pada tiang Totem adalah penanda atau sebuah cerita. Penanda Gerbang, Kuburan, Silsilah Keluarga atau cerita tentang  peristiwa atau kearifan tertentu.
Berbahan Pohon Pinus bersemburat kemerahan. Corak dan profil ukiran diwarnai mengkilat cemerlang. Warna Merah, Hitam dan Putih mendominasi.
Bentuk ukiran di dasar dan puncak Totem, adalah profil utama dari tanda atau kisah yang ingin disampaikan.
Di taman Totem, kembali para traveler beraksi. Berfoto habis habisan. Energi tersalur, semrawut tak terbendung.
Dari informasi peta taman yang tersedia, sebenarnya masih banyak spot spot cantik di taman ini yang layak dikunjungi. Paviliun paviliun, Sea Wall sepanjang 8,8 Km. Jogging track di dalam hutan taman. Pohon Pinus tertua yang pokoknya growong. Lost lagoon, telaga yang hilang. Lighthouse, mercu suar.Â
Patung  perunggu diatas batu, Girl in wetsuite. Yang dianggap mirip dengan little mermaid statue, patung putri duyung dari dongeng HC Andersen di Copenhagen. Dan masih banyak spot lagi.
Karena keterbatasan waktu, harus dipilih salah satu spot tertentu. Pauline mengajak kami menuju Lion Gate Bridge, Jembatan Gerbang Singa. Yang salah satu ujungnya berada di taman Stanley.