Usai berlama lama menatapi dan memotreti kereta perunggu, kami menyusuri pedestrian bundaran. Menuju pojokan diseberang jalan.
Ingin membuktikan promosi seorang teman. Konon di pojokan itulah warung Iga Bakar terenak di Indonesia berada. Iga Bakar pak Wid.
Iga Bakar, Iga Penyet, Babat Gongso adalah pilihan menu favorit yang harus dicoba. Ternyata promosi temanku itu tidak bohong. Iga Sapi empuk dengan rasa  agak manis itu renyah dan welcome, menerima gigitan pertamaku. Selanjutnya adalah berkobarnya angkara, dengan lahap memuliakan tenggorokan dan perut.
Warung Iga Bakar pak Wid Boyolali memang layak dicoba oleh siapapun yang berkunjung ke kota Susu ini. Barangkali  menjadi pesaing berat dengan Iga Bakar di sudut Panakukang kota Makassar. Kalau harus menentukan mana Iga bakar terenak di Indonesia.
Seruputan wedang tape hangat menjadi penutup makan siang Ekonomis dengan rasa berbintang bintang ini. Kami meninggalkan warung kayu antik ini menuju tempat wisata lain yang baru di kota ini.
Tidak jauh dari bundaran kereta Arjuna, di alun alun lor Boyolali berdiri  Seven wonders of the world. Di dua lokasi.
Di dua lokasi itu kita temui miniatur Borobudur, Taj Mahal, Sphinx, Piramida Inca. Juga miniatur menara Eiffel, Pisa dan Liberty.
Meskipun belum seratus persen selesai, namun cukup memadai  menjadi spot untuk ajang berfoto foto.
Tentu harus kita apresiasi Pemda Boyolali, yang penuh semangat berupaya mempercantik kotanya dengan monumen monumen kreatifnya.
Boyolali memang oke.