Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, CatPer 30

28 Agustus 2019   09:03 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:13 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali ke Jakarta.

Menyusuri garbarata. Kami disambut senyum lebar Indonesia. Pramugari pramugari Garuda yang ceria menjalankan tugas.

Duduk nyaman, minum orange juice dalam satu tenggakan. Mata mulai menggeliyut, ngantuk. Sesaat kemudian pesawat bergetar. Mengambil ancang ancang di landasan pacu. Melaju kencang dan burung besi tunggangan inipun  mengudara. Pesawat mengangkasa di langit cerah. Gedung gedung kelihatan kecil dibawah sana. Di pinggir teluk Tokyo. Dalam hati berucap pelan. Tabik, Sayonara.

Pesawat tenang di angkasa yang damai. Seolah tak beranjak. Entah kenapa tiba tiba rasa kantuk menghilang.  Mengenangkan kembali perjalanan seminggu. Dalam Aneka Ragam Nuansa di negeri Sakura. Perjalanan menjelajahi legacy masa lalu. Juga menikmati aneka ragam kreasi masa kini negeri Matahari terbit. Yang sarat pesona dan pembelajaran.

Saat saat mengagumi Istana istana klasik. Menikmati pesona lingkungannya yang nyaman dan rapi. Menyusuri Alpine Route, kreasi wisata yang spektakuler. Juga keanggunan Fujiyama, gunung Suci Jepang. Hamparan bunga merah muda dan ungu bak gelaran karpet di lereng Fuji kembali membayang. Jepang memang mempesona.

Desa Jepang kuno. Dokpri
Desa Jepang kuno. Dokpri
Tembok Es Alpine. Dokpri
Tembok Es Alpine. Dokpri
Di negeri Matahari terbit ini, masa lalu dan masa depan bertaut menjadi naungan  pergulatan realitas masa kini. Kekaisaran, bagi banyak negara lain telah menjadi model pemerintahan masa lalu. 

Namun di Jepang, bentuk ini tetap nyata menjadi haluan dan wisdom negara untuk menyongsong masa depan.Pangeran Naruhito telah ditasbihkan, dinobatkan sebagai Kaisar Jepang ke 126. Tanggal 1 Mei 2019, beberapa hari lalu. 

Masa kekaisaran Naruhito disebut Era Reiwa yang bermakna Harmoni. Menggantikan periode Heisei. Tema kekaisaran ayahnya Akihito. Heisei berarti tenang dan ketenteraman. Era Heisei adalah masa penyembuhan luka dan kebangkitan dari trauma kekalahan Jepang dalam Perang Dunia ke dua. 

Pada masa kekaisaran Hirohito.Era Showa adalah masa kekaisaran Hirohito yang berlangsung sangat lama 60 tahun. Showa berarti perdamaian yang cerah. Namun pada kenyataannya, justru pada era  Showa Jepang diliputi peperangan dan bahkan kehancuran.

Tahun 1937 pada masa Kaisar Hirohito, Jepang melakukan invasi militer ke negeri Cina. Kemudian pada bulan Desember tahun 1941, Jepang juga melakukan penyerangan brutal ke pangkalan angkutan laut Amerika.

 Di Pearl Harbor, Hawai. Peristiwa penyerangan Pearl Harbor inilah yang akhirnya membuat Amerika terlibat sepenuhnya dalam Perang Dunia ke dua.

Keterlibatan penuh Amerika dalam kancah perang Dunia ke dua membuat Winston Churchill paling bergembira. Perdana Menteri Inggris, panglima terdepan memimpin perlawanan terhadap Hitler dengan Nazi Jerman ini penuh harapan untuk segera mengakhiri kekejaman Nazi di Eropa. Akhirnya Amerika ikut membantu Inggris dan sekutunya melibatkan diri dalam perang terbesar dunia ini. Setelah sebelumnya agak enggan untuk ikut membantu dan ikut campur dalam kecamuk Eropa.

Setelah proyek Manhattan (kode untuk proyek Bom Atom) siap, Presiden Harry Truman menyetujui pengeboman Jepang untuk mengakhiri perang berkepanjangan ini.

Bom Atom meluluh lantakan Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Bom itu meledak 580 meter diatas kota pada pagi hari. Menimbulkan payung jamur radiasi mengerikan. Pagi yang cerah berubah menjadi malapetaka. Memakan korban langsung 60 ribu warga. Dan sekitar 80 ribu tambahan korban kebakaran dan radiasi.

Jepang dengan semangat Samurai tetap belum menyerah dan tak jera dengan Bom dahsyat itu. Tetap melakukan perlawanan. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, kembali Bom Atom menghantam Nagasaki. Menimbulkan 70 ribu korban.

Teori Relativitas Einstein, E = MC2 yang melandasi pembuatan Bom Atom begitu dahsyat menimbulkan dampak. Ilmu itu netral, bisa menjadi malapetaka bagi satu pihak. Namun  berguna bagi pihak lain. Demikian juga dalam kasus Bom Hiroshima - Nagasaki. Ilmu itu tidak bermoral, tidak mengenal baik atau buruk. Pengguna ilmu lah yang memahami moralitas.

Ice Wall. Dokpri
Ice Wall. Dokpri
Akhirnya Pemerintahan Jepang berhitung. Melihat kenyataan sebagaimana adanya. Kekuatan Amerika dan sekutu tak terlawan. Bahkan terdengar informasi, Tokyo akan menjadi target Bom Atom berikutnya apabila Jepang tidak segera menyerah.

Akhirnya melalui perundingan cepat namun alot, Jepang menyerah kepada sekutu. Untuk pertama kalinya Kaisar Hirohito, pada tanggal 15 Agustus 1945 berpidato melalui Radio. 

Menyatakan menyerah tanpa syarat. Hirohito tidak diadili. Namun julukan Tenno, penyebutan gelar Kekaisaran Langit tidak dipergunakan lagi. Juga mitos kalau Kaisar Jepang adalah keturunan Amiterasu, Dewi Matahari tidak diperdengarkan lagi.

Perang Dunia ke dua berakhir. Berdampak kepada Indonesia. Segera, pada tanggal 17 Agustus hari Jumat di bulan Ramadhan, Soekarno - Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.

Bangsa Jepang dibalik sikap Omotenashi, keramahan bukan basa basi juga menyimpan sifat keras dan totaliter. Pengabdian total kepada junjungan, sering melahirkan tindakan tanpa pikir. 

Menjadi orang orang fatalis yang rela mempertaruhkan nyawa demi pengabdian, menjalankan perintah dan kesetiaan. Era Sengoku dan Showa adalah ajang praktik dari pengabdian total tersebut.

Dipikir pikir, aksi penyerangan Jepang ke Pearl Harbor itu ternyata menjadi andil utama untuk segera berakhirnya Perang Dunia ke dua. Dan mempercepat  Kemerdekaan Indonesia.

Kaisar Jepang ke 126 Naruhito yang baru saja dinobatkan ini akan membuktikan. Pria bersahaja dengan pendidikan modern di Oxford Inggris ini akan mengkayuh Bahtera Jepang menuju pulau Harmoni tujuan.

Kaisar yang juga pemain Biola ini dalam pidato penobatannya mengatakan. Kaisar dalam memerintah berpegang satu prinsip, berbagi suka dan duka bersama Rakyat. Dari hati ke hati.

Ruang Jepang. Dokpri
Ruang Jepang. Dokpri
          

Pesawat Garuda mendarat mulus di  Bandara Soetta Jakarta. Merapat lembut di Garbarata Terminal tiga.

Senja semakin tua. Sore itu langit Jakarta mulai meredup. Hari inipun akan segera berlalu juga, tak tergantikan. Kami menyusuri selasar kedatangan baru gress yang panjang dan nyaman. Inilah Gate Of Indonesia. 

Selasar kedatangan  penumpang luar negeri ini tentu bisa ditata menjadi etalase Indonesia yang menarik. Menyajikan kekayaan alam, budaya dan seni Indonesia. Ke depan pariwisata akan menjadi sumber Devisa andalan. 

Era persaingan dan kolaborasi pariwisata dunia akan semakin dinamis menantang. Indonesia memiliki modal dan peluang besar untuk memenangkannya.

Mobil jemputan telah siap. Kami meninggalkan Bandara ketika malam mulai menyapa.

Mobil melaju kencang. Tidak ada kemacetan berarti. Mobil melintasi jembatan kebanggaan. Jembatan Semanggi. Menyusur jalan Gatot Subroto. Lampu lampu berpijar nyala. Membiaskan warna jingga di langit Jakarta.

Alhamdulillah, telah kembali pulang.

Zen Garden. Dokpri
Zen Garden. Dokpri
  
img-20190505-173034-3-compress70-5d65e152097f363510645142.jpg
img-20190505-173034-3-compress70-5d65e152097f363510645142.jpg
      

                   Selesai

Bogor, Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun