Bau dupa doa tercium saat mendekati bangunan utama Kuil. Seiring dengan asap dupa kelabu yang meliuk liuk tertiup angin. Membentuk spiral spiral bersusun. Jejeran pengunjung berdoa khusuk. Kuil Asakusa dan jalan Nakamize menjadi paduan serasi, antara hasrat fisik duniawi dan ritual Ukhrawi.
Menatap ke depan Kuil yang anggun dan menoleh ke belakang, jalan Nakamize yang hiruk pikuk. Seakan kawasan ini mencerminkan jati diri kebatinan orang Jepang.
Spiritual, cita rasa berkesenian dan nikmat duniawi berkelindan menjadi satu ikatan dalam Jiwa, Alam pikiran dan raga. Saling menopang. Laku spiritual tidak menegasikan aktivitas seni, juga tidak mengeliminir hasrat kenikmatan duniawi. Demikian juga, berlaku seni namun tetap mengedepankan Spiritual. Dan tidak menyingkiri nikmat duniawi.
Saat Sakura menjadi lautan warna melukis Jepang. Rombongan dari kantor after hour, rame rame menuju taman. Seorang staf sudah mendahului menggelar tikar diatas rumput. Mereka duduk memandangi bunga bunga bermekaran. Putih, jambon, gading sambil menghirup secangkir teh dan mencecap kue beras.Â
Bagi rombongan rombongan orang berada, mereka bisa mengajak Geisha. Seniman tradisional serba bisa. Seorang wanita Jepang.Atau acara Tsukimi. Acara melihat bulan purnama. Yang biasa dilakukan malam hari di musim gugur. Memandangi langit dan hamparan daun warna merah dan keemasan di perbukitan, yang semakin cemerlang memantulkan sinar Rembulan. Atau acara minum teh di pondok kecil di tengah danau. Sejenak melupakan penat dan hiruk pikuk dunia.
Mitsuhide berdiri memegang kuas tinta dikelilingi para Jenderal dan Biksu. Mulai menuliskan bait syair pembuka. Kemudian diteruskan oleh para Jenderal dan Biksu. Dan terakhir Mitsuhide menutup bait syair, Visi dari bisikan ketetapan hati dan niat mulia untuk melakukan pemberontakan.Tahta langit telah menjelang,
bukan lagi kesetiaan atau penghianatan,
............
............
............
provinsi provinsi dilimpahi kemakmuran,
rakyat jelata riang gembira menyambut hari.
Yah, membaca Jepang seakan menelusuri prosa liris kehidupan. Energik, berseni bergejolak sekaligus kontemplatif.
Kantor pusat perusahaan beer Jepang Asahi, dengan instalasi bentuk busa beer menyamping.Kapal kapal Cruise futuristik, ramai menaikan dan menurunkan para pelancong. Menyusuri sungai Sumida ke arah Rainbow Bridge. Jembatan pelangi penghubung kota Tokyo dengan kawasan luas reklamasi, Odaiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H