Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, Catatan Perjalanan 8

13 Mei 2019   20:54 Diperbarui: 13 Mei 2019   21:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2.2 Fushimi Inari

Meninggalkan Kyomizudera, Bus menyusuri tepian sungai di tengah kota Kyoto.

Di seberang sungai berderet bangunan dengan bentuk mirip menghadap sungai. Warna nuansa gelap. Seolah paham keingin tahuan kami. Ken menjelaskan, bangunan di seberang itu adalah deretan resto resto yang ramai di malam hari.

Lima belas tahun lalu, resto resto itu sangat ramai dan bersinar di malam hari. Para pengusaha menjamu kolega bisnisnya disitu sampai malam hari. Sering pula mereka mengundang Geisha untuk menyemarakan suasana.

Kini masa keemasan bisnis Jepang menyurut. Resto resto itu tidak begitu ramai lagi. Anggaran perusahaan untuk jamuan bisnis mengecil.

Korea Selatan dan Cina mulai menggerogoti pangsa pasar bisnis Jepang hampir di semua lini. Elektronik, Seluler, Otomotif.

Untuk segmen Eloktronik, Korsel sudah mengalahkannya. Pangsa Telivisi praktis dikuasai Samsung dan LG. Seluler demikian juga, Korsel dan Cina adalah rajanya. Samsung dan yang terkini adalah produk Cina, Huawei.
Tinggal Otomotif yang masih didominasi Jepang di seluruh dunia.

Persaingan yang semakin keras dan sering terjadi disrupsi tak terduga. Merusak tatanan yang normal. Raksasa raksasa bisnis tak jarang berguguran dalam waktu singkat. Untuk bisa survive menghadapi serangan para pesaing diperlukan adaptasi dan inovasi rutin berkesinambungan.

Bus berlalu dari resto resto tepian sungai, melaju mendekati Kuil Kekayaan, Kuil Fushimi Irani.

Tak berapa lama Bus sampai di lapangan parkir yang disediakan.
Kami berjalan kaki sekitar dua kilometer menuju gerbang Kuil.

Menyusuri jalanan khas Jepang,  bersih rapi. Menyeberangi dua kali rel kereta api. Saat mendekati gerbang, jalanan ramai, mulai padat. Kembali pemandangan asyik itu berseliweran di jalan. Remaja remaja putri dan sebagian kecil pria  memakai kostum Kimono.

Ken menjelaskan, kalau delapan puluh persen lebih para pemakai Kimono itu bukan orang Jepang asli. Tetapi turis asing. Di Kyoto memang banyak sekali tempat persewaan Kimono.

Dokpri
Dokpri
Kimono dengan corak warna warni, kebanyakan dengan corak berkembang kembang. Bisa disewa dengan harga sekitar empat ribu Yen per hari. Sekitar 500 ribu. Sewa sebesar itu meliputi sewa kostum Kimono, Obi, Sandal. Juga termasuk Sanggul, kipas dan merias.Sejak di Kuil Kyomizu tadi, banyak remaja remaja berkimono  beredar, berseliweran. Memang kostum tradisional Jepang itu cocok, padu untuk berfoto dengan latar bangunan bangunan klasik di Kyoto.

Mendekati gerbang kuil, kembali di kiri kanan jalan dipenuhi toko Souvenir dan makanan yang penuh pengunjung.

Minggu ini adalah Golden Week, seminggu penuh Jepang liburan kantor. Tempat tempat wisata dipenuhi para pelancong lokal dan mancanegara.

Demikian juga di Kuil Shinto ini. Sampailah kami di gerbang Kuil. Torii merah menjulang, menandai. Disebelah kanan adalah bangunan utama Kuil. Merah mengkilat.

Kuil yang dibangun di abad 8, tepatnya tahun 711 Masehi ini adalah Kuil untuk Dewa Pertanian, Perniagaan dan Perhubungan. Konon banyak petani, pengusaha dan perwakilan perusahaan berdoa di kuil ini untuk mendapatkan sukses.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Mereka yang sukses akan menyumbang dengan membangun Torii, gerbang berwarna merah. Selanjutnya Torii didirikan berjejer disamping kiri Kuil.Meskipun terkenal dengan nama Kuil seribu gerbang, konon sebenarnya saat ini telah disumbangkan hampir 10.000 Torii yang berjejer sampai diatas bukit.Bagi para penziarah pencari sukses, mereka fokus berdoa di Kuil. Bagi para wisatawan berjalan menyusur dibawah naungan ribuan Torii yang berjejeran menjadi pengalaman yang  langka, sensasional.

Kami menyusuri Torri merah di siang sejuk ini, bersama keriuhan pengunjung yang membludak.

Torii merah dengan tulisan nama nama para penyumbang dalam bahasa Jepang. Menaungi kerumunan remaja remaja berkimono menyusur di lorong Torii. Menjadi  penampakan yang  fotographic, artistik.

Disana sini nampak patung Rubah dengan lilitan kain merah di leher. Konon Rubah adalah penghubung teroercaya para penziarah dengan Dewa Kekayaan atau Dewa Perniagaan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
 Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun