Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, Chapter 7

12 Mei 2019   22:50 Diperbarui: 12 Mei 2019   23:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ken menyamakan Kyoto kota lama Jepang, seperti Yogya di Indonesia. Malaka di Malaysia dan Ayutthaya di Thailand.

Kota kota yang bagi sebagian orang di Negara masing masing sebagai tempat tetirah. Persinggahan untuk nge charge energi daya hidup, manakala hari hari dirasa mulai membosankan.

Bagi Awak sebagai alumnus Yogya dan sekarang berada di rantauan, jargon itu bukan hanya omong kosong. Ada kebutuhan, untuk setiap kali mesti bertandang lagi ke kota Gudeg. Meskipun terkadang tidak tahu mau ngapain.

Apalagi ada hymne yang sudah menjadi klasik. Lagu berjudul Yogyakarta dari grup musik KLA. Yang enak didengar dalam segala cuaca dan situasi perasaan. Lagu yang seolah mewakili suasana hati para rantau Yogya. Dengan syairnya yang puitis sederhana, namun terasa pas.
Cuplikannya,

pulang ke kotamu,
ada setangkup haru dalam rindu,
masih seperti dulu,
tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna,

terhanyut aku akan nostalgi,
saat kita sering  luangkan waktu, nikmati bersama,
suasana Jogya
.............
.............
dst

Barangkali ada juga lagu sejenis Yogyakarya, untuk Kyoto. Senandung tentang rasa kangen dan tak ingin melupakan. Entahlah.

Pagi Kyoto masih seperti kemarin pagi di Osaka. Langit redup kelabu. Menyambutku kali pertama ke kota ini. Mempertegas aura dan nuansa seni budayanya yang melingkupi.

2.1 Kuil Kiyomizu

dokpri
dokpri
Keluar dari stasiun Kyoto, berjalan kaki menyeberang jalan raya. Sampai sudah di tempat parkir Bus.

Bus dari Osaka belum datang. Menunggu sebentar. Tak berapa lama Bus masuk pelataran parkir. Rombongan pelawat naik, berangkat menuju Kuil Kiyomizu. Kuil yang menjadi top list destinasi Wisata Kyoto. Dikunjungi sekitar 3,5 juta wisatawan per tahun.

Kiyomizudera memiliki arti sumber air yang jernih murni. Pengunjung Kuil ini biasanya  melakukan ritual minum dan membasuh muka dari air yang berada di tiga pancuran. Dipercaya air ini menyehatkan dan membuat awet muda. Tiga pancuran terletak disamping kanan bawah bangunan kuil utama.

Kuil Budha ini masih di lingkungan dalam kota. Tak berapa lama meluncur, Bus sudah sampai di lapangan parkir kendaraan wisatawan. Kami siap mendaki jalan sempit berseni. Menuju Kuil megah di puncak Bukit.

Ken mewanti wanti, selama mendaki jangan mampir di toko toko terlebih dahulu. Nanti setelah mengunjungi Kuil, rombongan akan turun melewati jalan yang sama. Saat turun adalah  waktunya untuk belanja.

Benar saja, waktu pendakian segala macam souvenir warna warni. Berbagai jenis makanan dan dagangan lain lain melambai lambai mengundang, di toko kiri kanan jalan.

Kami tabah, terus melangkah. Hanya melirik lirik.

Kurang lebih 15 menit berjalan, nampak di atas sana dua gerbang merah di puncak gundukan yang berbeda. Mengkilat, dilingkupi hijau tetumbuhan disekitarnya.

Menunggu Ken membeli tiket, berkeliling ke pojok pojok halaman Kuil yang resik, apik dan rapi tertata. Tempat cuci tangan ditengah jendela ornamen, nyeni. Gerbang ke sisi lain, kolam dan pondok serba cantik seolah tersedia untuk spot berfoto para pengunjung.

Kami masuk kuil. Ditengah bangunan utama Kuil adalah patung Budha emas bersila anggun. Banyak pengunjung berdoa disana.

Keluar dari bangunan utama, berbelok kanan. Menuruni puluhan undakan rapi. Ikut mengantri untuk membasuh muka di tiga pancuran.

Antrian cukup panjang. Akhirnya sampai juga. Dengan gayung panjang yang selalu dibersihkan dengan sinar ultra, mengambil air untuk basuh muka dan mencicip minum sedikit.

Airnya sejuk segar. Wajah terasa fresh terusap air. Namun dalam hati tidak percaya, kalau air ini membuat awet muda.

Meninggalkan pancuran, menyusuri jalan yang cantik dibawah naungan hijau pepohonan rimbun.

Naungan pohon pohon Sakura yang konon beberapa minggu lalu, kawasan ini berubah menjadi lautan warna pink di musim kembang.

Di musim gugur, kawasan Kuil ini juga akan berubah warna. Warna kuning, merah, coklat dedaunan akan menghampar semarak indah sampai diatas bukit.

Ada salah satu bagian Kuil yang tidak Awak sambangi. Yaitu batu buta dan batu jodoh. Konon disitu ada dua batu berjarak puluhan meter. Seseorang akan segera menemukan jodoh, kalau menutup mata di salah satu batu dan berjalan selamat dapat menyentuh batu yang ke dua.

dokpri
dokpri
Meninggalkan Kuil kayu ditebing bukit, yang dibangun Abad 8 tanpa menggunakan sekrup. Kembali kami melewati jalan sempit penuh toko.Jejeran toko di kiri kanan jalan penuh sesak oleh para pengunjung. Membeli berbagai souvenir, makanan, boneka, kipas, payung dan pernik pernik lain yang tersaji rapi dan menarik.

Berbeda dengan pasar tradisional di India, Turki atau Beijing, kita harus berjibaku tawar menawar untuk membeli suatu barang. Disini semuanya harga pas. Tugas pembeli hanya jeli memilih barang bagus yang sesuai selera. Harga tutup mata.

Usai dari Kiyomizu temple, rombongan meneruskan perjalanan. Menuju Fushimi Inari Shrine. Tempat seribu gerbang atau Torii merah berjejer di perbukitan. Terkenal sebagai Kuil kekayaan.
 

dokpri
dokpri
       Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun