Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, Catatan Perjalanan 6

11 Mei 2019   15:10 Diperbarui: 11 Mei 2019   15:39 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kyoto

Semalam di Osaka. Menginap di Hotel Dai Ichi. Punggung menyentuh kasur, segera terbuai lelap sampai pagi.

Pagi ini rombongan akan meninggalkan Osaka. Dengan Formula persiapan   6-7-8. Artinya pukul 6 pagi wake up call, breakfast jam 7. Pukul 8, Bus berangkat dari hotel.

Bus mengantar ke Train Station Osaka. Hari ini kami akan menjajal naik Shinkansen. Kereta cepat Jepang. Dari Osaka ke Kyoto.

Setelah mendrop off kami, Bus membawa koper koper menyusul ke Kyoto. Akan bertemu kembali di stasiun KA Kyoto satu setengah jam kemudian.

Dalam perjalanan singkat ke Stasiun, Kentaro mengecek kalimat salam dalam bahasa Jepang yang diajarkannya kemarin pagi. Apakah masih pada ingat. Ohayou Gozaimasu berarti selamat pagi.

Dalam kebiasaan masyarakat Jepang, ritual salam adalah hal penting. Salam itu berarti penghormatan dan penyemangat. Cara menyampaikan kalimat salam pun tidak boleh sembarangan. Kepada orang yang lebih tua kita harus menyampaikannya dengan kalimat lengkap. Misalnya selamat pagi dengan Ohayou Gozaimasu. Bernada tegas tetapi tetap sopan. Disertai tubuh yang membungkuk. Salam tidak boleh hanya terkesan basa basi.

Sumber gambar https://www.6parknews.com 
Sumber gambar https://www.6parknews.com 
Kepada yang umurnya sebaya, cukup dengan Ohayou. Itu dianggap sudah memadai. Dengan atasan meskipun seandainya usianya lebih muda, salam diucapkan sama dengan ucapan salam kepada orang lebih tua. Kalimat lengkap, sopan dan tubuh membungkuk.Ketika kita langsung mengajak bicara seseorang tanpa mengucap salam terlebih dahulu, itu dianggap tidak sopan. Mungkin kita akan dicuekin.

Menurut Ken, memang pelajaran pertama yang diberikan kepada siswa pra sekolah dan sekolah dasar adalah penghormatan kepada orang lain, termasuk memberikan salam. Baru diajarkan mengenai disiplin, keberanian, keuletan dan kreativitas. Orang Jepang menganggap seseorang itu mempunyai kualitas dan bernilai kalau bisa menghormati orang lain, berdisiplin, berani, ulet dan kreatif. Bagaimana dengan budaya kita? Pelajaran penghormatan itu mirip ajar Budi Pekerti tempo doeloe. Kini langka.

Kalimat salam yang lain adalah Konnichiwa yang berarti selamat siang atau apa kabar. Kemudian konbanwa selamat malam. Oyasuminasai selamat tidur atau good night. Itadakimasu berarti selamat makan.

Satu salam penting lagi yang sering kita dengar, kalau masuk Sogo atau restoran Jepang meski itu di Jakarta, yaitu Irrasaimase artinya selamat datang. Dan jangan lupa dengan Arigatou gozaimasu, yang berarti ucapan terima kasih yang sopan.

Ken, pemandu kita tersenyum. Ternyata banyak yang lupa. Selain ngecek bahasa, Ken juga minta maaf kalau beberapa pesanan Double Bed dari sebagian anggota rombongan tidak bisa dipenuhi. Hotel hotel di Jepang memang menyediakan sangat sedikit tempat tidur King Size. Itu sejalan dengan kebiasaan tidur orang di negeri ini.

Di rumah tangga Jepang, kebanyakan suami isteri biasa tidur terpisah. Mereka tidur di masing masing single Bed nya. Hanya campur berkolaborasi 15, 30 atau 60 menit kalau lagi saling memerlukan. Setelahnya, tidur lagi terpisah di masing masing ranjangnya.

Koq bisa ya? Jawabnya mengapa tidak? Pertanyaan yang sama. Mengapa kita terus menerus tidur bersama bareng bareng dengan suami isteri satu ranjang terus terusan?

Memang lain ladang lain pula belalangnya. Masing masing memiliki alasan, penjelasan dan adabnya.

Tak berapa lama Bus sampai di Stasiun. Stasiun sudah ramai orang. Stasiun Osaka sangat besar. Ken berjalan ke loket membeli tiket Shinkazen one way ke Kyoto untuk kami semua.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Naik eskalator menuju platform atau peron. Kita harus berdiri disisi kanan semua. Memberi ruang kosong disebelah kiri, untuk orang yang tergesa gesa cepat melangkah atau berlari. Kami disiplin berdiri di kanan, ketularan orang Jepang.Ken menyampaikan, berdiri diam di sebelah kanan saat di eskalator hanya berlaku di Osaka. Di kota lain nanti, kita harus berdiri diam di sebelah kiri. Apa sebabnya seperti itu. Ken tidak tahu.Naik di Peron. Ada puluhan peron disitu. Deretan Shinkazen berwarna putih polos berjejeran siaga. Kepalanya mirip moncong ikan lumba lumba putih. Aero dinamis, Anggun.

Rombongan berfoto foto sejenak. Tiket tidak berjadwal, bebas memilih kereta yang mana saja. Ke Kyoto yang hanya berjarak 45 Km an, berangkat setiap 5 menit sekali.

Setelah cukup berfoto foto, kami siaga. Dari kejauhan lumba lumba putih itu datang mendekat, berhenti. Kami naik santai berurutan, satu persatu.

Awak pernah naik kereta ini beberapa tahun yang lalu. Dari Nagoya ke Tokyo. Sekarang kembali menjajal Kereta ini, kebersihan dan kerapihannya tak berubah. Tetap terjaga.

Seolah tidak perlu tenaga ekstra, Shinkansen mulai beranjak meninggalkan stasiun Osaka.

Kereta Shinkasen termasuk generasi awal era kereta api cepat antar kota di dunia. Kereta yang juga disebut bullet train, kereta peluru ini mulai beroperasi tahun 1964. Era kebangkitan Jepang setelah keterpurukannya setelah kalah di Perang Dunia ke dua, terkena dua Bom Atom Amerika. Di Kota Hiroshima dan Nagasaki.

Dengan sinergi Nasional, antara Pemerintah dan Swasta serta bantuan Amerika, Jepang bangkit cepat dari keterpurukan. Era keajaiban Jepang dimulai. Dengan keuletan dan etos kerja tinggi, Jepang meraih pertumbuhan Ekonomi tinggi. Dua digit selama beberapa tahun. Jepang menggapai status negara maju, makmur dan sejahtera. Hingga kini.

Shinkasen dengan kecepatan tertinggi 300 Km per jam ini melesat lembut. Tanpa goyangan berarti. Badannya yang lebar meredam goncangan goncangan, membuat penumpang nyaman bersandar di kursi empuk. Shinkasen adalah moda transpor yang sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Jepang. Satu Shinkasen terdiri rata rata 16 rangkaian gerbong. Satu gerbong berisi 100 penumpang. Ratusan Shinkasen beroperasi setiap hari selama 12 jam. Jutaan penduduk Jepang dan wisatawan bergantung dan mengandalkan Shinkansen untuk menunjang aktivitas harian mereka.

Tak terasa 15 menit berlalu. Shinkasen, si lumba lumba putih Anggun ini segera tiba di ibukota lama. Kyoto. Kota Seni, Budaya dan kota Kuil.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
     Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun