Ken, pemandu kita tersenyum. Ternyata banyak yang lupa. Selain ngecek bahasa, Ken juga minta maaf kalau beberapa pesanan Double Bed dari sebagian anggota rombongan tidak bisa dipenuhi. Hotel hotel di Jepang memang menyediakan sangat sedikit tempat tidur King Size. Itu sejalan dengan kebiasaan tidur orang di negeri ini.
Di rumah tangga Jepang, kebanyakan suami isteri biasa tidur terpisah. Mereka tidur di masing masing single Bed nya. Hanya campur berkolaborasi 15, 30 atau 60 menit kalau lagi saling memerlukan. Setelahnya, tidur lagi terpisah di masing masing ranjangnya.
Koq bisa ya? Jawabnya mengapa tidak? Pertanyaan yang sama. Mengapa kita terus menerus tidur bersama bareng bareng dengan suami isteri satu ranjang terus terusan?
Memang lain ladang lain pula belalangnya. Masing masing memiliki alasan, penjelasan dan adabnya.
Tak berapa lama Bus sampai di Stasiun. Stasiun sudah ramai orang. Stasiun Osaka sangat besar. Ken berjalan ke loket membeli tiket Shinkazen one way ke Kyoto untuk kami semua.
Naik eskalator menuju platform atau peron. Kita harus berdiri disisi kanan semua. Memberi ruang kosong disebelah kiri, untuk orang yang tergesa gesa cepat melangkah atau berlari. Kami disiplin berdiri di kanan, ketularan orang Jepang.Ken menyampaikan, berdiri diam di sebelah kanan saat di eskalator hanya berlaku di Osaka. Di kota lain nanti, kita harus berdiri diam di sebelah kiri. Apa sebabnya seperti itu. Ken tidak tahu.Naik di Peron. Ada puluhan peron disitu. Deretan Shinkazen berwarna putih polos berjejeran siaga. Kepalanya mirip moncong ikan lumba lumba putih. Aero dinamis, Anggun.
Rombongan berfoto foto sejenak. Tiket tidak berjadwal, bebas memilih kereta yang mana saja. Ke Kyoto yang hanya berjarak 45 Km an, berangkat setiap 5 menit sekali.
Setelah cukup berfoto foto, kami siaga. Dari kejauhan lumba lumba putih itu datang mendekat, berhenti. Kami naik santai berurutan, satu persatu.
Awak pernah naik kereta ini beberapa tahun yang lalu. Dari Nagoya ke Tokyo. Sekarang kembali menjajal Kereta ini, kebersihan dan kerapihannya tak berubah. Tetap terjaga.
Seolah tidak perlu tenaga ekstra, Shinkansen mulai beranjak meninggalkan stasiun Osaka.
Kereta Shinkasen termasuk generasi awal era kereta api cepat antar kota di dunia. Kereta yang juga disebut bullet train, kereta peluru ini mulai beroperasi tahun 1964. Era kebangkitan Jepang setelah keterpurukannya setelah kalah di Perang Dunia ke dua, terkena dua Bom Atom Amerika. Di Kota Hiroshima dan Nagasaki.