Dalam pengembaraan menjalani hukuman pembuangan, Sugawara meninggal dunia di kota Kyushu.Tidak berapa lama setelah kematian Sugawara, di Jepang terjadi musibah beruntun. Kelaparan, wabah penyakit juga bencana alam.Â
Kaum cerdik pandai berembuk dan berpendapat. Bahwa rangkaian malapetaka yang  melanda Jepang ini dikarenakan kemarahan Arwah Sugawara. Arwah Sugawara bergentayangan, masih memendam dendam atas perlakuan tidak adil dan semena mena kepada dirinya semasa hidupnya.
Untuk meredam berbagai bencana ini, kaum cendekiawan mengusulkan kepada Kaisar baru untuk merehabilitasi nama baik Sugawara. Kaisar baru setuju. Dari penelitian akan rekam jejak Sugawara ini, akhirnya nama baik Sang cendekia direhabilitasi. Bahkan Sugawara ditetapkan sebagai panutan. Ditasbihkan  menjadi Dewa Pengetahuan dan Kecerdasan.
Lalu dibangun Kuil Kuil Shinto Tenmangu sebagai penghormatan kepada Dewa Kecerdasan Sugawara.
Sejak dibangunnya Kuil kuil itu musibah yang melanda Jepang berkurang dan reda. Arwah Sugawara Michizane telah tenang.
Inilah rupanya hikmah dan sejarah yang diyakini Sugawara bakal terjadi. Dibalik hukuman yang dideritanya dengan ikhlas.
Kini Sugawara menjadi panutan Pengetahuan dan Kecerdasan di seluruh Negeri. Setiap tahun pada hari kelahirannya tanggal 25 Juni dan hari kematiannya tanggal 25 Februari dirayakan oleh masyarakat Jepang. Dengan berbagai festival dan perayaan meriah, perayaan Tenjin.
1.2 Kastil Osaka
Bus berwarna hijau yang hanya akan kami pergunakan sehari ini kembali melaju. Jalanan kota Osaka mulai menggeliat ramai. Bus menyusuri tepian sungai Yodo. Permukaan airnya tenang, bersih dan asri. Tak lama kemudian Kastil Osaka mulai nampak Mahkotanya. Dengan bersit warna kuning keemasan.
Turun di lapangan parkir, kami berjalan kaki menuju gerbang Kastil. Berjarak sekitar 600 meteran. Sudah banyak wisatawan berkunjung. Wisatawan ramai menapaki jalanan bersih asri. Kiri kanan adalah taman khas Jepang. Tertata dengan gerumbul gerumbul bulat rapi tercukur.
Menyeberang jembatan pertama, di depan kami menjulang Benteng Kastil perkasa. Benteng batu berwarna cream ini mengelilingi Kastil. Di luar Benteng adalah parit lebar dengan air bening melimpah. Parit selebar sekitar 50 meter yang dulunya sebagai sarana pertahanan itu kini berubah fungsi. Menjadi pelengkap Kastil yang indah, tempat para wisatawan bisa berperahu mengelilingi Kastil. Terlihat di kanan sana, dua perahu tengah berlayar...So romantic.
Kami menyeberang jembatan utama melintasi parit pertahanan. Sampai di Gerbang utama Kastil. Gerbang pintu dari kayu tinggi tebal ini dilapisi besi. Berupa ratusan sekrup sekrup yang ditanam di permukaan daun gerbang. Sekrup sekrup ini adalah penahan benturan palu, panah, peluru maupun benda keras lainnya.
Memasuki gerbang utama, kami dihadang batu raksasa. Batu solid utuh sangat besar. Rupanya Benteng ini memiliki pertahanan rangkap. Pertama adalah Parit penuh air. Kedua Benteng batu pertama, dan pertahanan ke tiga adalah Benteng batu lapis ke dua. Mungkin peperangan jaman dulu memang sangat brutal, genting dan seram.
Berbelok kanan sejajar batu besar lalu belok kiri, sampailah kami di pelataran utama Kastil. Di depan kami menjulang tinggi Kastil Osaka yang bersejarah. Konon bertingkat tujuh. Kini Kastil itu difungsikan sebagai Museum dan Perpustakaan.
Kastil ini dibangun oleh Hideyoshi Toyotomi di abad 16 M. Yang kemudian dihancurkan oleh Tokugawa Ieyasu, mantan bawahan dan sahabatnya. Saat menyerang keluarga Hideyoshi di Osaka, ketika Hideyoshi telah mangkat. Selanjutnya diatas reruntuhan kastil Hideyoshi dibangun Kastil baru. Dengan bentuk dan gaya bangunan sesuai permintaan Tokugawa.
Kemudian saat Perang Dunia ke dua, Kastil ini runtuh terkena Bom Amerika.
Lalu pada masa damai, akan dibangun kembali Kastil baru diatas reruntuhan. Masyarakat Osaka meminta, agar Kastil baru yang dibangun kembali mengambil bentuk Kastil Hideyoshi sebagai pembangun pertama. Pemerintah menyetujui usulan itu. Kini Kastil yang menjulang di depan itu adalah Kastil baru yang seperti aslinya. Kastil Osaka versi Hideyoshi
Di pelataran Kastil rombongan berfoto bersama dengan latar belakang Kastil. Kemudian waktu bebas.
Menyusuri sudut sudut, mengagumi tamannya yang indah dilengkapi kolam air jernih. Batu batuan, Pagoda batu kelabu menghias sudut kolam jernih. Taman yang sangat Jepang. Bunga Azalea pink, merah bermekaran disana sini. Menjadikan spot untuk back ground berfoto lebih semarak berwarna.
Memandangi dua simbol Singa di puncak Kastil, teringat salah satu novel sejarah karya  Eiji Yoshikawa. Berjudul Taiko, yang Awak baca puluhan tahun silam.
Singa diatas itu adalah simbol dan stempel Hideyoshi. Sedangkan Taiko adalah gelar terakhir yang diterima Hideyoshi.
Cerita sejarah Hideyoshi adalah rangkaian kisah petualangan kaum rendahan yang berjuang mencapai puncak kekuasaan. Melalui kerja keras, kecerdikan, pengabdian, kesetiaan namun juga diwarnai penghianatan dan kegilaan.
Kisah yang inspiratif menggugah. Beginilah cerita ringkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H