Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Caper 25

23 April 2019   21:26 Diperbarui: 24 April 2019   08:33 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pulang

Duduk di taman Terminal dua Bandara Changi. Meluruskan punggung setelah enam jam terbang non stop dari Delhi. Transit tiga jam di Singapore, menunggu pesawat ke Jakarta.

Indoor park ini begitu Asri. Membuat kerasan para pelawat yang sedang beristirahat, meregang otot. Ikan ikan Koi berseliweran di kolam buatan  dilengkapi Jembatan. Dalam kerumunan rimbun aneka tanaman dan bunga bunga Anggrek  bermekaran warna warni. Adem.

Menatap kumpulan Anggrek itu, menjadi teringat awal tahun 1990 an. Ketika diskusi di kelas membahas studi kasus Manajemen. Tentang kenapa Singapore, sebuah Negeri kecil di Asia Tenggara mampu mengekspor lebih banyak Anggrek dibanding Indonesia atau Malaysia tetangganya. Yang memiliki wilayah lebih luas berlipat lipat? Negeri kota dengan luas wilayah hanya seluas satu Kecamatan Indonesia itu  mengalahkan negeri kita yang luas nan subur. Dalam budi daya dan Ekspor bunga  Anggrek.

Itu sebuah kenyataan pahit. Almost Impossible, but real.

Kesimpulan diskusi waktu itu mengerucut ke atas. Tentang pengaruh leadership seorang Pemimpin, bukan lagi mengenai kasus ekspor Anggrek semata. Sosok Lee Kuan Yew, bapak Singapore adalah kunci utama. Lee adalah pemimpin cerdas dan care, bahkan terobsesi untuk memajukan negaranya.  Menggelorakan budaya kerja dan Daya Saing rakyat Singapore. Menjadi salah satu Negeri makmur sampai dengan saat ini.

Memandang Anggrek Bulan Macan Tutul yang sedang mekar. Berwarna dasar putih dengan pertik pertik Ungu itu bergoyang goyang pelan, pikiran terbang. Melayang, melacak jejak pembelajaran satu minggu perjalanan di India. Menerawangi sejarah Kekuasaan dan Kepemimpinan di India.

Pemimpin adalah Perancang, Navigator dan Eksekutor dari perjalanan suatu komunitas dan atau Bangsa. Kalau Singapore memiliki sosok hebat Lee Kuan Yew, India juga kaya dan bertaburan pemimpin pemimpin hebat pembimbing perjalanan Bangsa.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Ketika Vijay, pemandu wisata bertitel Doktor Sejarah itu bercerita tentang perebutan kekuasaan di India. Saya sempat bertanya, Kenapa  terjadi bayak pembunuhan dan pertumpahan darah ketika terjadi pengalihan kekuasaan di India? Vijay dengan enteng menjawab, itu hal biasa dalam setiap sejarah Kekaisaran. Barangkali demikian juga sejarah kekuasaan di Negeri anda. Vijay menambahkan jawaban. Seolah ingin menegaskan bahwa hal seperti itu, pertumpahan darah bukan hanya monopoli India.Yah mungkin betul juga. 

Kalau kita menelusuri Sejarah Emporium Romawi, Britania, Yunani, Persia. Juga sejarah modern Perang Dunia satu, Dunia dua. Genosida jaman Hitler, Balkan, Rumania dst. Sampai sejarah kerajaan kerajaan di Indonesia.  Singasari, Majapahit, Demak  Mataram. Bertabur kisah seram yang memerlukan ribuan halaman buku kalau mau dituliskan.

Aurangzeb, Sultan ke enam Dinasti Mughal tega membunuh semua saudara laki lakinya. Dan memenjarakan Shah Jahan bapaknya sendiri. Agar bisa segera naik Tahta.

Sejarah kekuasaan, selain diliputi kemegahan, kepahlawanan dan pengabdian. Seringkali juga diwarnai dengan fitnah, penghianatan dan banjir darah. Demi sebuah kekuasaan.

Kekuasaan menjadi drama hitam. Diperani oleh orang orang yang ingin berkuasa. Dan orang orang yang takut tidak berkuasa lagi. Dikelilingi pengikut pengikut dengan berbagai kepentingan yang berbeda beda. Kepentingan baik dan kepentingan buruk. Namun ibarat warna, kekuasaan memang bukan hanya sebuah warna. Hitam atau Putih. Kekuasaan itu multi warna. Sering tak terduga perubahannya.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Kekuasaan tinggi sebagai ajang dan wahana untuk mengabdi, terkadang menjadi jebakan. Kekuasaan tega merampas kebaikan seseorang. Menjadikannya kehilangan jati diri dan tergerus sifat kemanusiaannya. Membunuh saudara, memenjarakan orang tua, mertua. Membuang ibu tiri, memusnahkan sahabat, teman seperjuangan. Adalah peristiwa peristiwa yang acapkali terjadi demi kekuasaan. 

Apakah kita akhirnya akan menjadi pesimis dan tidak percaya kepada kekuasaan?Ternyata kita tetap harus optimis akan nilai kekuasaan. Karena sebenarnya kekuasaan pula yang mengangkat seorang pemimpin ke derajad kemuliaan. Kekuasaan adalah sarana untuk menjadi penyelamat kehidupan komunitas dan bangsa. Sarana untuk menciptakan Keadilan dan Kemakmuran.

Banyak contoh pemimpin hebat dengan pengabdian luar biasa. Sepi ing pamrih Rame ing gawe. Untuk memajukan Bangsa dan Negaranya.

Meskipun jargon klasik mengatakan power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely. Kita tetap harus percaya kepada pemimpin. Tentu harus disertai dengan membangun, memperbaiki sistim dan praktik praktik  kekuasaan yang tepat.

Ikan Koi dengan totol merah terang di kepala itu mengibas air kolam. Membuat gerakan dan berenang gemulai, indah. Di tepi kolam mini buatan dalam udara sejuk Bandara Changi, Awak jadi teringat masa kecil di desa. Ketika mendengarkan cerita Guru Ngaji di tepi kali. 

Bahwa nanti dalam kehidupan setelah kematian setiap orang akan dihisap. Ditimbang amal perbuatannya. Setiap orang akhirnya harus menyeberangi jembatan Shiratalmustaqim. Jembatan setipis rambut dibelah tujuh dan tajam melebihi mata pedang. Dibawahnya, Api Neraka berkobar kobar siap menelan mereka yang tidak mampu menyeberang. Dan berjatuhan dari jembatan.

Jembatan Shiratalmustaqim adalah cara penghakiman akhir akan amal perbuatan manusia di Dunia. Meniti Jembatan, yang dalam bahasa Jawa disebut Wot Ogal Agil adalah perjalanan sulit. Sulit bagi mereka yang amal perbuatannya tidak cukup baik kala hidup di Dunia. Namun bagi orang baik, Wot Ogal Agil akan gampang dilalui. Mengantar lancar  menyeberang titian sampai di Sorga.

Kalau orang percaya akan kehidupan setelah kematian. Percaya penghakiman, Hisap Amal manusia. Mengapa masih banyak terjadi Sejarah kelam tak beradab dalam kekuasaan? Hukuman hukuman dijatuhkan tanpa proses pengadilan?

Bagi Niccolo Machiavelli, pertanyaan moralitas benar atau salah dalam kekuasaan adalah pertanyaan naif. Kekuasaan itu memiliki moralitasnya sendiri. Kalah atau Menang adalah moralitas kekuasaan. Bukan benar atau salah. Berdasar dalih teori kekuasaan Machiaveli, maka semua  tindakan yang menghasilkan kemenangan itu adalah benar. Demi kepentingan yang lebih besar.

Bagi sebagian besar orang, Benar dan salah dalam Keputusan dan tindakan kekuasaan barangkali tergantung dari setinggi apa Iman serta keyakinan para pemimpinnya akan adanya kehidupan setelah kematian. Tentang hari pembalasan. Serta seberapa tinggi kecerdasan para Pemimpin  menyaring informasi dan bisikan jahat orang orang disekitarnya.

photographyhd.blogspot.com
photographyhd.blogspot.com
Pemimpin itu identik dengan pengaruh besar. Pemimpin adalah Komandan dan Navigator untuk menginspirasi dan memberikan  pengaruh baik atau pengaruh buruk. Iman akan kehidupan setelah kematian akan mendasarinya.

Masih duduk diam di tepi kolam, di depan sana nampak seorang Ibu India membelai kepala anaknya yang tidur lelap di pangkuan. Penuh kasih sayang, tulus.

Terdengar pengumuman. Suara lunak wanita menyadarkan pikiran tengah melayang. Gate untuk pesawat ke Jakarta telah di buka, supaya para penumpang segera boarding.

Beranjak dari tempat duduk.Tiba tiba menyergap keinginan untuk segera pulang. Kangen untuk bersantai di teras belakang. Ditemani secangkir Kopi panas, sepiring kecil Lupis dan tiga potong Juadah bakar hangat.
Membaca koran pagi, sambil mendengarkan paduan suara merdu Perkutut dan Puter. Yang tak putus putus, menenteramkan.

Menatapi kecipak puluhan ikan Koi di kolam bening. Menyorong wajah ke berkas jingga Mentari pagi menerobos dedaunan Kamboja.

Saat angin meniup, bergetar satu kuntum bunga Kamboja. Melayang layang pelan luruh ke bawah. Luruh bunga itu seolah para sahabat dan saudara yang telah berpulang mendahului. Kami kami ini mengantri  menunggu giliran.

Shiratalmustaqim menanti di Alam sana. Aku ingin hidup seratus tahun lagi.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun