Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Catatan Perjalanan 18

10 April 2019   13:10 Diperbarui: 10 April 2019   14:20 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Jaipur, Pink City

*Merah muda itu penghormatan, keanggunan dan Cinta*

Setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 5 jam, sampailah kami di kota Jaipur. Jaipur  juga terkenal dengan sebutan kota Merah muda atau Pink City.

Perjalanan yang cukup seru. Bus melintasi kawasan  pembuatan Bata Merah. Di kiri kanan jalan Cetakan, lapangan jemuran dan juga cerobong cerobong pembakaran bata berderet. Di India, Bata Merah rupanya masih disenangi  untuk menjadi bahan material tembok tembok bangunan.

Bus juga melintasi kawasan penjual kubah kubah  berpilar, khas India. Kebanyakan Kubah dengan pilar empat dijajakan di sepanjang jalan itu.

Melintasi Jalan Tol  India yang bisa dibilang ala kadarnya, bila dibandingkan dengan jalan Tol di Tanah Air. Baik Prasarana jalannya, Gerbang gerbang tiket juga taman tamannya. Pelayanan pembayaran  kebanyakan juga masih dilakukan manual.

Sekitar jam 9 malam, sampailah kami di Kota Jaipur.  Langsung malam di Hotel, terus Istirahat. Besok adalah tamasya panjang yang lain. Tetap harus menikmati saat saat akhir Tur di India yang sudah mulai diliputi rasa kangen Tanah Air.

Foto: dokpri
Foto: dokpri
4.1 Menunggang Gajah di Amber Palace

Pagi yang cerah di hari ke tujuh. Makan pagi sebagaimana biasanya. Bekal Abon Solo, Ikan Teri Medan, Ikan Asin Pontianak, Kering Tempe ala Cirebon mulai menipis. Nilai dan rasa lauk lauk bawaan dari Tanah Air itu terasa semakin berharga. Sebagai perangsang untuk membantu mendorong makanan Hotel dan Lokal India untuk masuk ke perut. Perut yang mulai sering merajuk.

Usai sarapan, rombongan segera naik Bus. Berangkat menuju Amber Palace di luar kota Jaipur.

Setelah melewati Istana terapung, atau Istana yang sebagian bangunannya tenggelam di dalam Danau di kanan jalan, Bus mulai menyusur jalan meliuk dan menanjak. Vijay menyampaikan, Isatana Danau itu adalah Istana musim panas. Setelah dari Amber Palace, rombongan akan diajak berfoto dengan latar belakang Istana tenggelam di Danau itu.

Bus berbelok masuk medan terbuka. Di atas sana, Benteng Amber menunjukan penampakannya. Seperti Great Wall mini di Cina. Benteng indah bak ekor Naga yang menjulur dari bukit satu ke bukit yang lain. Benteng berwarna krem kecoklatan, bergaya India Muslim.

Di depan Istana, di halaman bawah  terhampar Danau Maotha. Memantulkan siluet Istana dan benteng diatas sana.

Bus sampai di gerbang. Gerbang untuk bagi mereka yang akan naik ke Istana dengan menunggang Gajah. Setiap Gajah akan ditunggangi dua penumpang. Seorang Srati akan ikut naik dan menyetir di dekat kepala Gajah. Kami akan segera mendaki bukit menyusuri benteng. Menuju Istana Amber.

Amber atau Amer bermakna di ketinggian. Di antara langit dan bumi. Amer palace bermakna Istana yang berada di ketinggian. Letaknya memang di atas bukit tinggi.

Istana ini dibangun oleh salah seorang Jenderal Sultan Akbar, Jenderal Raja Man Singh ll di akhir Abad 16. Istana Indah ini adalah heritage kekuasaan yang saat ini menjadi salah satu harta karun, atraksi wisata utama India. Amber palace ditetapkan sebagai UNESCO heritage sejak tahun 2013.

Kami turun dari Bus, disongsong penjaja souvenir laki perempuan tua muda, berwajah khas India. Ribut menyorongkan  perangkat asesori untuk naik Gajah. Barang barangnya kelihatan menarik warna warni. Payung, Songkok Maharaja, Cambuk pengendali Gajah dan macam macam barang lainnya.

Saya amati, Souvenir India itu selalu tampil minimal dengan lima warna yang berbeda. Warna warni dengan pilihan mencolok menyihir mata.

Payung yang ditawarkan adalah payung kecil dengan tangkai pegangan pendek. Masing masing ujungnya dihiasi gantungan hiasan. Memang cocok membayangkan seorang Maharani berpayung hias menunggang Gajah, mendaki bukit. Sedangkan Songkok Maharaja adalah semacam Turban dengan ekor yang menjuntai panjang dibelakangnya. Seperti ekor tupai. Dengan segala warna warni dan kerlap kerlip hiasan.

Sampai di tangga antrian, para penjaja tangguh itu tetap mengejar, menawarkan dagangannya. Pura pura tidak mau, akhirnya beberapa anggota rombongan membelinya. Beberapa dengan harga miring.

Kami sampai di panggung, terlihat kelompok Gajah beserta Sratinya parkir di lapangan dibawah sana. Kemudian satu persatu Gajah mendekat ke panggung tunggangan.

Saya dan Isteri mendapat giliran. Gajah menepi di pinggir panggung. Kami duduk di pelana Gajah, berbentuk kotak dengan besi berbentuk kotak U. Sebagai pembatas  sekaligus pegangan. Srati duduk di depan, seorang India keling berbaju putih seragam dan bersongkok khusus. Belalai, perut dan kaki Gajah di cat hias warna warni.

Pendakian dimulai. Menit pertama Gajah melenggang merasa kaget badan terayun. Kemudian terasa biasa, mengikuti ayunan ke kiri kanan diatas punggung Gajah.

Sensasi menunggang Gajah dengan pemandangan luas langit, bukit dan danau dibawah sana. Menjadi atraksi yang harus dicoba turis manapun yang datang ke India.

Gajah terus mendaki, bersimpangan dengan iring iringan Gajah berjalan turun tanpa penumpang. Atraksi menunggang Gajah ini dibuka hanya sampai jam 1 siang.

Di pinggir jalan rute pendakian, banyak juru foto tak diundang yang meminta kita berpose untuk dipotret diatas Gajah.

' you like you pay, not like don' t pay ' juru juru foto itu memotret sambil berteriak.

Setelah sekitar tujuh menit iring iringan Gajah itu memasuki gerbang Istana. Sampai di pelataran luas di depan Istana. Musik live di panggung nyaring  bertalu talu nyaring. Mengiringi kedatangan Gajah menuju tepian panggung tempat penumpang turun.

Para pasangan penunggang Gajah itu bak Maharaja dan Maharani yang datang. Disambut upacara kenegaraan.

     

Foto: dokpri
Foto: dokpri
Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun