Bus berbelok masuk medan terbuka. Di atas sana, Benteng Amber menunjukan penampakannya. Seperti Great Wall mini di Cina. Benteng indah bak ekor Naga yang menjulur dari bukit satu ke bukit yang lain. Benteng berwarna krem kecoklatan, bergaya India Muslim.
Di depan Istana, di halaman bawah  terhampar Danau Maotha. Memantulkan siluet Istana dan benteng diatas sana.
Bus sampai di gerbang. Gerbang untuk bagi mereka yang akan naik ke Istana dengan menunggang Gajah. Setiap Gajah akan ditunggangi dua penumpang. Seorang Srati akan ikut naik dan menyetir di dekat kepala Gajah. Kami akan segera mendaki bukit menyusuri benteng. Menuju Istana Amber.
Amber atau Amer bermakna di ketinggian. Di antara langit dan bumi. Amer palace bermakna Istana yang berada di ketinggian. Letaknya memang di atas bukit tinggi.
Istana ini dibangun oleh salah seorang Jenderal Sultan Akbar, Jenderal Raja Man Singh ll di akhir Abad 16. Istana Indah ini adalah heritage kekuasaan yang saat ini menjadi salah satu harta karun, atraksi wisata utama India. Amber palace ditetapkan sebagai UNESCO heritage sejak tahun 2013.
Kami turun dari Bus, disongsong penjaja souvenir laki perempuan tua muda, berwajah khas India. Ribut menyorongkan  perangkat asesori untuk naik Gajah. Barang barangnya kelihatan menarik warna warni. Payung, Songkok Maharaja, Cambuk pengendali Gajah dan macam macam barang lainnya.
Saya amati, Souvenir India itu selalu tampil minimal dengan lima warna yang berbeda. Warna warni dengan pilihan mencolok menyihir mata.
Payung yang ditawarkan adalah payung kecil dengan tangkai pegangan pendek. Masing masing ujungnya dihiasi gantungan hiasan. Memang cocok membayangkan seorang Maharani berpayung hias menunggang Gajah, mendaki bukit. Sedangkan Songkok Maharaja adalah semacam Turban dengan ekor yang menjuntai panjang dibelakangnya. Seperti ekor tupai. Dengan segala warna warni dan kerlap kerlip hiasan.
Sampai di tangga antrian, para penjaja tangguh itu tetap mengejar, menawarkan dagangannya. Pura pura tidak mau, akhirnya beberapa anggota rombongan membelinya. Beberapa dengan harga miring.
Kami sampai di panggung, terlihat kelompok Gajah beserta Sratinya parkir di lapangan dibawah sana. Kemudian satu persatu Gajah mendekat ke panggung tunggangan.
Saya dan Isteri mendapat giliran. Gajah menepi di pinggir panggung. Kami duduk di pelana Gajah, berbentuk kotak dengan besi berbentuk kotak U. Sebagai pembatas  sekaligus pegangan. Srati duduk di depan, seorang India keling berbaju putih seragam dan bersongkok khusus. Belalai, perut dan kaki Gajah di cat hias warna warni.