Vijay ngantri tiket masuk Benteng di loket. Harga tiket dibedakan antara pengunjung orang lokal dan Wisman. Harga tiket untuk Wisman 250 Rupee per orang. Sekitar Rp 55.000,-Petugas memeriksa semua pengunjung. Jalur pemeriksaan tiket terpisah untuk Wanita dan Pria. Usai tiket ditandai, kami menyeberang Jembatan kokoh lebar di atas Kanal yang mengelilingi Benteng.
Konon pada masa Benteng ini dihuni para Emperor, Kanal dalam dibawah itu berlimpah air. Di dalamnya dipelihara Buaya Buaya buas. Memang Kanal ini berfungsi sebagai penghalang serangan dari luar. Namun saat ini Kanal itu kering, ditumbuhi rumput rumput dan perdu liar.
Lahore gate atau Amar Singh gate, adalah gerbang yang dibuka untuk pintu masuk Wisatawan. Masih ada beberapa gerbang yang lain tertutup bagi pelancong, antara lain Delhi gate.
Dibalik gerbang, berdiri masif perkasa bangunan bangunan merah yang perkasa. Megah dan Indah berseni. Inilah bangunan yang dibangun pada masa Sultan Mughal ke tiga Akbar, The Great.
Pada mulanya tempat ini adalah  reruntuhan bangunan Istana milik Dinasti Lodi India. Kemudian perintis Dinasti Mughal pertama Babar atau Babur sang Macan, menyerang dan menguasai India menjelang akhir Abad ke 16 Masehi.
Bangunan Dinasti Lodi itu menjadi reruntuhan. Di atas reruntuhan inilah Sultan Akbar membangun Istana nya, Benteng Agra. Benteng yang saat ini oleh UNESCO ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia. Seperti halnya Taj Mahal.
Di dalam Benteng masih ada Benteng lagi. Rupanya Benteng Agra ini berlapis dua. Melangkah di jalan mendaki yang diapit tembok tinggi di kiri kanan, kami menuju Istana Istana yang berdiri di dalam Benteng.
Ruangan ruangan Istana di India pada prinsipnya terbagi atas tiga bagian utama. Yaitu Mala, Mardana dan Harem.
Mala atau Public Area, berupa hall dan area terbuka tempat Sultan menerima rakyat, tamu Negara. Juga tempat Upacara maupun Perayaan perayaan.
Mardana adalah tempat tinggal Sang Sultan atau Maharaja. Kemudian Harem, adalah tempat tinggal Maharani atau Permaisuri. Dan Rani Rani atau Harem atau Selir selir.
Maharani memiliki ruangan besar khusus. Sedangkan Rani Rani yang jumlahnya Ratusan, bahkan konon ada Sultan yang memiliki Rani sampai mencapai diatas seribu, tinggal di ruang terpisah dengan Maharani. Di area ini dibangun Taman Bunga dan juga Taman Air.Â
Ada suatu cerita, di suatu Kesultanan konon pada saat saat tertentu Sultan memerintahkan Rani Rani yang jumlahnya ratusan mandi bersamaan, berenang renang di taman air. Dan Sultan berada di panggung menyaksikan. Dalam rangka apa? Bayangkanlah.....
Semua bangunan, taman taman, sudut sudut Istana serba indah dan mempesona. Sulit diceritakan dalam kata kata. Hanya mencoba membayangkan masa lalu itu. Bagaimana Arsiteknya merancang.Â
Bagaimana proses membangunnya dengan teknologi manual dan jenis material alam saat itu. Bisa menghasilkan Gedung gedung megah, presisi, rapi dan indah.... Â Amazing...Sayang waktu kami hanya singkat disini.Â
Untuk lebih sedikit memahami sejarah Agra Fort ini, minimal kita mesti meluangkan waktu paling tidak tiga jam. Sehingga  bisa menghayati bagaimana Sultan Akbar mulai membangun Istana ini.
Dilanjutkan berturut turut oleh putranya Jahangir, cucunya Shah Jahan dan buyutnya Aurangzeb.Di Istana ini disudut belakang ada ruangan, tempat Shah Jahan delapan tahun diasingkan. Oleh Putranya sendiri Aurangzeb.
Ruangan itu berada di pojokan. Saya hanya bisa menginjak selasar di samping ruangan tahanan itu. Selasar itu adalah pelataran yang  menghadap Taj Mahal. Siang itu dari selasar,  nampak Taj Mahal putih berkilau jauh disana. Dua setengah kilometer di seberang Yamuna.
HP menzooming penampakan Taj Mahal megah itu.
Di samping selasar adalah ruangan tahanan Shah Jahan yang berjendela menghadap Taj Mahal. Juga memiliki Menara diatasnya. Tempat Shah Jahan melankoli memandangi Taj Mahal setiap senja kala.
Di dalam benteng ini, masing masing Sultan membangun Istananya sendiri sendiri. Ada Istana Akbar dengan lapangan untuk adu Gajah. Istana Jahangir, Istana Shah Jahan dan juga Aurangzeb. Di dalam benteng juga berdiri Masjid. Disebut Masjid Moti.
Huawei pro 20 menjepret tak terkendali. Menjepret ke segala arah serba indah.
       Â
           BersambungBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H