Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Caper 11

26 Maret 2019   10:59 Diperbarui: 26 Maret 2019   11:05 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan berkeliling Viceregal Lodge di pagi yang sejuk. Serasa tidak lagi berada di India, namun di salah satu kota Eropa yang ditaruh disini.

Taman rapi mengelilingi. Di belakang rumah, Taman menyatu tanpa batas dengan kaki Gunung Himalaya. Sejauh mata memandang, hijau semata tak terhalang satupun bangunan. Disana adalah formasi barisan puluhan bukit berhutan hutan. Seolah garda terdepan, pelindung gunung tertinggi di dunia itu.

Hampir menempel di teras belakang, tegak pohon besar  merimbun anggun. Rasanya tidak pernah melihat pohon seperti ini di Tanah Air.
That's Oak tree Sir, jawab Kafi ketika ada yang bertanya.

Oh ini to Oak tree itu. Pohon yang menjadi setting penting di lagu mendayu Tom Jones, Green Green Grass Of Home. Syair kenangan, ketika pulang ke desa. Melihat pohon Oak itu, rombongan senior sigap berdiri berjajar dari kiri ke kanan, berfoto bersama di bawah pohon. Diiringi nyanyian Tom Jones tanpa bunyi, mengalun di benakku.
........
........
The old house is still standing, though the paint is crack and dry,
And that the old Oak Tree that I used to play on,

Down the line I walk with my sweet Mary, hair of gold and lips like cherry is good, to touch
The green green grass of home.
........
........

Ya Sir Tom Jones. Entertainer yang warna vocalnya tetap muda, eksis sampai sekarang. Meski usia telah sekitar delapan dasa warsa.

dokpri
dokpri
Selanjutnya acara bebas. Masing masing berkeliling dan berfoto foto di taman luas bangunan Kastil kelabu ini.
Saya duduk di kursi batu sudut taman depan. Dibawah sekelompok pohon Pinus. Memandangi gedung yang dulu adalah kantor pemerintahan. Kini dimanfaatkan menjadi Universitas Riset India.

Mencoba mengira ira, pasti dari bangunan ini telah lahir ratusan keputusan penting. Yang berpengaruh terhadap nasib bangsa dan perjalanan sejarah India, Negara berpenduduk Milyaran orang ini. Keputusan yang prosesnya tentu diwarnai perdebatan, dilema dan dinamika. Mungkin juga ada duka dan penyesalan karena adanya Keputusan yang keliru. Bangunan kelabu menjulang itu  menjadi saksi bisu.

Angin sejuk Shimla mengelus, langit cerah. Awan putih berarak. Di kursi batu ini tiba tiba saya  teringat salah satu Puisi Rudyard Kipling yang pernah 4 tahun menjadi warga Shimla. Puisi nasihat  kepada putranya. Tentang bagaimana menjadi manusia sejati. Kalau tidak salah  judulnya *IF*. Isinya lupa lupa ingat. Nanti bisa  Googling puisi itu di hotel.

Selesai menjelajahi out door Viceregal Lodge, rombongan menuju tujuan berikutnya, Hanuman Temple. Ya, penampakan dan cerita Hanuman India adalah sama dengan Hanoman kita. Ksatria Kera berbulu putih. Membantu Rama dari Ayodya, membuat jalan membelah lautan dan menggempur Rahwana. Raja angkara Alengka, yang menculik dan menahan Sita atau Shinta. Permaisuri Rama.

Kuil ini terletak di salah satu bukit di Shimla. Dengan view unik dari plasa luas di halaman belakang. View rumah rumah yang berdiri di jurang perbukitan.

Ketika masuk Kuil, sayang pengunjung dilarang mengambil foto di dalamnya. Patung Hanuman berdiri di tengah ruangan. Warna warni ornamen meriah menghiasi ruangan yang tidak begitu besar itu.

Selesai di Hanuman Temple, kami kembali ke Hotel untuk makan siang. Akan ketemu lagi Kari yang mulai disukai.

Usai maksi dan Sholat Dzuhur, kami mengeksplore The Mall. Ditempuh dengan berjalan kaki dari hotel.

The Mall adalah nama kawasan paling terkenal dan ramai di Shimla. Kawasan hanya untuk pejalan kaki ini, adalah selempang jalan mendaki di ujungnya bertemu dengan punggung bukit wisata, The Ridge.

Kiri kanan The Mall adalah pertokoan dan kafe kafe yang sangat menggoda para pelawat. Kain Sari warna warni, pernik pernik Souvenir Etnik India dipajang semarak menguji tekad para senior untuk sampai di tujuan utama, The Ridge.

Laskar Senior cerai berai, masing masing berinisiatif mandiri, menerjang jejeran pertokoan yang mengundang selera.

Akhirnya hanya tersisa empat orang meneruskan jalan menanjak. Ditemani dua Guide.Vijay dan Kafi.

Tak berapa lama menyusur jalan naik yang nyaman dan ramai para pelancongan sampilah kami di The Ridge. Lapangan luas dan datar di puncak punggung bukit. Berfungsi juga sebagai penahan air dari pegunungan.

Hari telah sore, kawasan ini ramai oleh para pelancong dari berbagai negara, bersantai menikmati pesona bukit. Kawasan  perbukitan ini menghadap  Himalaya. Di ujung kanan lapangan, berdiri runcing dan putih Chris Church. Gereja tua Shimla yang masih aktif dipergunakan.

Disamping Gereja agak ketengah, berdiri semacam panggung cukup tinggi menghadap lapangan. Menurut Kafi, ini adalah perform Stage. Panggung yang dapat dipergunakan oleh Musisi atau pekerja seni lainnya untuk tampil unjuk kebolehan.

Disamping panggung berdiri patung Mahatma Gandhi, khas dengan sosoknya. Kemudian di lapangan sebelah kiri dipinghirnya berdiri patung Indira Gandhi. Ada juga patung pria salah satu pendiri kota Shimla.

Di ujung kiri lapangan berdiri berderet Kuda Kuda gagah India. Fisewakan untuk tunggangan berkeliling di kawasan ini. Dari ujung lapangan ke kanan adalah pasar lama. Pasar Shimla yang pertama. Kami melangkah ke sana. Banyak souvenir, peci khas Shimla dan juga berbagai makanan dan rempah di jual disana. Nampak kelompok orang di pinggir jalan mengatasi dingin sore, berdiang di sekitar api unggun kecil.

Usai membeli beberapa peci India, kamikembali ke tengah lapangan. Dari titik ini memandang ke kanan, dipuncak bukit tertinggi Shilma, berdiri megah patung raksasa Hanuman berwarna Jingga. Penampakannya seolah tepat diatas Chris Church. Hanuman Jingga adalah lambang kepahlawanan dan perlindungan.

The Ridge, kawasan tinggi di tengah perbukitan  memang layak termasuk tujuan wisata nomor satu Shimla.

Dari The Ridge kami turun kembali ke The Mall. Di persimpangan ada penunjuk arah  Scandal point. Scandal point adalah titik terkenal di Shimla yang ditandai dengan sebuah monumen kecil. Beratap seperti Sirap runcing, di tengah jalan. Monumen ini adalah tempat awal pelarian terlarang dua sejoli beda Ras yang saling jatuh cinta. Seorang Maharaja India dan perempuan Eropa putri Raja Muda Inggris. Mereka kawin lari karena tidak disetujui keluarga.

Kembali menyusuri The Mall, saya nimbrung Ibu ibu yang masih seru menawar Sari. Saya ikut membeli beberapa potong kain.

Dengan beberapa tentengan Souvenir, Peci dan Kain Saya dan Junior kembali ke Hotel.

Di kamar hotel, teringat untuk Googling puisi Kipling IF.

Puisi IF terdiri dari empat Stanza, meliputi tiga puluh dua larik. Indah, dan memberi motivasi untuk pengembangan diri. Beberapa larik terjemahan bebas,

........
........
Jika banyak orang mulai meragukanmu, engkau tetap harus percaya kepada diri sendiri,
Namun tetap berikan celah ruang untuk keraguan mereka,

.........
.........

Jika tidak ada apapun lagi pada dirimu, dan yang tersisa hanya seonggok kemauan dalam hatimu, katakanlah pada mereka 'Tunggu',
engkau akan bangkit kembali,

Jika engkau bisa menerima berkah atau badai kehidupan dengan semangat yang sama, dan tetap menggali dan memberikan yang terbaik dari dirimu,
Aku bisa berbisik, engkau memang benar benar anakku.

Saya membaca puisi IF, sambil membayangkan Kipling menulis cerita dan puisi di teras belakang rumahnya di Shimla. Di Serambi Himalaya.

img-20190323-wa0045-5c99a3a80b531c625a7ac0a2.jpg
img-20190323-wa0045-5c99a3a80b531c625a7ac0a2.jpg
                    Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun