Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India [Catatan Perjalanan 1]

17 Maret 2019   04:48 Diperbarui: 17 Maret 2019   04:57 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dataran tinggi Hindustan wilayah India, Alexander The Great, turun dari tunggangannya. Seekor Kuda hitam gagah bernama Buchepalus. Yang telah jauh  membawanya, dalam pengembaraan pertempuran dan penaklukan. Melakoni satu  perang berdarah ke perang berdarah yang lain.

Dari Macedonia kerajaannya di Timur Laut Yunani, sampai disini di dataran Tinggi Hindustan.

Raja Muda, murid Aristoteles itu bangga sekaligus sedih telah menaklukan Hindustan atau India. Yang dikiranya adalah ujung Dunia. Dunia datar mengapung di Lautan luas.

Para Hulubalang Macedonia memandangi sang Raja dari kejauhan dengan was was. Dalam hati bertanya tanya, kapan junjungannya ini akan bosan dan berhenti berperang?  Mereka dan para prajurit merasa lelah dan jemu dengan peperangan berkepanjangan. Telah kangen berat merindu dendam, hanya ingin segera kembali berkumpul dengan keluarga yang lama ditinggalkan nun jauh di Macedonia sana.

Setelah penaklukan terakhirnya yang brutal di bumi Hindustan, Alexander Agung tercenung. Tegak di  ketinggian bukit, menatap Sungai Gangga berkelok kelok di lembah bawah sana. Senja begitu cemerlang sekaligus muram. Raja Macedonia itu mendongak ke Langit Jingga bersaput Awan  kelabu. Wajahnya murung, berbisik ke Angkasa

" Wahai Zeus yang Agung, tetua para sekalian Dewa, kini Bumi manalagi yang mesti kutaklukan?  Hidup akan begitu hampa manakala tidak ada lagi Pertempuran dan Perang yang harus kujelang "

Bisikan itu tak berjawab. Langit luas diam bungkam. Hanya desau angin Gunung lembut mengelusi wajah wajah lelah para petarung itu. Kebisuan Langit seolah ketidak setujuan dan ejekan para Dewa kepada Sang jiwa petualang yang haus akan pertarungan dan kemenangan.

India hari ini. Di awal musim Semi tahun 2019, 2300 tahun lebih berselang setelah kedatangan Alexander, kami para pelancong senioren Nusantara  menjejakkan kaki yang tak lagi perkasa ini disini. Negara dengan penduduk terbesar ke dua di Dunia, 1,3 Milyar Orang. Terbang jauh 7 jam lebih untuk kembara melengkapi lembaran Album  kekaguman akan  Bumi Illahi. Assalamuallaikum India. Kami datang diliputi rasa gembira dan juga was was. Karena saat ini ada konflik serius di Khasmir, perbatasan India Pakistan.

Hari Sabtu kemarin pukul 20.30, pesawat SQ, Singapore Arline  meninggalkan terminal tiga, Ultimate Terminal Bandara Soetta menuju Singapura.

Seperti biasa, rombongan Senior Travelers ini menyelesaikan ritual. Berfoto dan Doa bersama sebelum chek in. Koordinator rombongan pak Kuswara memimpin doa didampingi nyonya bu Clara. Pak Wardijasa, senioren paling senior ber yuswa 82 tahun  cerah dan segar di sore hari itu. Beliau yang menjadi panutan kami dalam beberapa kali perjalanan panjang selalu didampingi isteri tercinta ibu Endang yang beryuswa 79 tahun. Beliau beliau adalah panutan rombongan, baik dari semangat maupun keunggulan stamina.

Pesawat mendarat mulus di terminal dua Changi Airport menjelang tengah malam. Kemudian dengan Kereta Bandara yang bersih, rapi dan tepat waktu kami menuju terminal tiga. Tempat gate pesawat akan take off ke India.

Tengah malam waktu Singapore, Terminal 3 masih terang cemerlang dan ramai. Memang terminal ini beroperasi 24 jam dan selalu sibuk dengan para pelawat. Turun dari Kereta Bandara kami berjalan sebentar, lalu berbelok kanan menuju pray area. Ke Musholla untuk menjalankan Sholat Isa.

Di area praying Bandara, selain Musholla ada juga ruangan Chapel kecil dan Meditation Room.

Ruangan Musholla dibagi dua dengan tembok pemisah untuk pria dan wanita. Ruang Wudhlunya bergaya Utsmaniyah, dengan tempat duduk granito dan beberapa pancuran. Sarung, Sajadah tersedia di ruangan yang hening, rapi dan bersih itu.

Usai Sholat Isa, keluar dari Musholla awak penasaran pingin tahu apa itu Meditation Room. Ruangan ini berada di lorong yang sama dengan Musholla, hanya 10 meteran jaraknya.

Pelan membuka pintu ruangan itu. Ruangan kosong tidak ada yang bermeditasi. Ruangan sekitar 5 kali 6 meter itu berlantai parket kayu berwarna coklat tua. Di dinding berderet tegak ranting ranting pohon kering bercat putih. Membayangkan orang orang  bermeditasi berderet bersimpuh di parket. Membisu takzim menghadap deretan ranting itu menyatu dengan Yang Kuasa. Syahdu.

Tiba tiba kalbu ini terasa tenang sekaligus kosong. Entah apa penyebabnya.

Minggu pagi buta, pukul 2.30 pesawat SQ mengangkasa meninggalkan Singapura Negara kota, menuju New Delhi. Penerbangan sekitar 5 jam lebih non stop menuju ibukota India.

Bagai  sekelompok anak kecil, penuh minat dan keingin tahuan akan Negeri penuh warna India. Rombongan 35 orang ini sangat antusias ingin segera menjelajahi keunikan negeri para Dewa.

Kami akan mengawali perjalanan dengan menjajal keriuhan dan Wisdom Old Delhi, di Ibukota. Berikutnya rombongan akan mendaki ke kota dingin Shimla, di kaki Gunung Himalaya. Selanjutnya menuju kota Agra. Tempat legacy cinta Sang Maharaja berada, Taj Mahal. Juga akan mengunjungi Istana Istana Megah yang telah ditinggalkan.

Kemudian menuju kota Jaipur. Kami akan menunggang Gajah raksasa mendaki bukit ke Amber Palace, Istana kuno di ketinggian. Dan dilanjut menyambangi kota merah muda, Pink City. Hari di Jaipur akan dituntaskan dengan menjajal ilmu tawar menawar, memburu souvenir di pasar tradisional terbuka.

Selanjutnya hari terakhir kami akan sejenak mengeksplore New Delhi, sisi lain Ibu kota selain Old Delhi. Dan malam hari kami akan terbang kembali ke  Tanah Air tercinta, via Singapura.

India adalah Negeri prosa liris. Negeri penuh Romansa perjalanan panjang peradaban dan perjuangan sebuah Bangsa.

Alhamdulillah hari ini kami kesampaian telah  tiba di Bumi nya. Tak tahan rasanya, tuk segera menikmati aneka warna Prosa liris mu.

1. Old Delhi
Pesawat SQ mendarat mulus di New Delhi dalam selimut kabut pagi gerimis. Crew pesawat memutar lagu pengiring pendaratan Everything I do I do it for you nya Bryan Adam. Versi Symphoni yang mengalun ditimpali tangisan nyaring balita India di gendongan ibunya. Musik dan tangisan serasi menyatu dengan pagi gelap  gerimis dan berkabut di landasan. Liris, Romantis dibumbui pedih tangis.

Ini kali pertama saya menyambangi negeri Kari ini. Kari adalah sejenis kuah medok kental rempah, pengoles nikmat Roti Caney.

Bandara Indira Ghandi bergaya modern, tempat tambatan puluhan pesawat itu menelan kami dengan Aroma masa kini. Belum ditemui Aroma Rempah yang diangani. Negeri dengan 3 huruf awal yang sama dengan Indonesia IND, adalah kawan  lama Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan.

Maupun saat menggalang pergerakan Non Blok tahun 1955. Sinergi antara Presiden Soekarno, PM India Jawarhal Nehru, Gamal Abdul Nasser dari Mesir. Juga Presiden Yugoslavia Josif Bros Tito bergabung di gerakan ini untuk menandingi dominasi kekuatan Nato blok Barat dengan komandan Amerika. Dan Blok Timur Warsawa dengan pimpinan Uni Soviet.

Bandara Indira Gandhi telah ramai pagi itu. Orang orang lalu lalang berkostum warna warni mematuk pandangan mata para pendatang.

Hiasan puluhan piring kayu dan simbol simbol jari penyata Nice ( bukan Jempol atau Nembak) menempel di dinding tinggi area Imigrasi. Menjadi kolase meriah dan cantik. Seolah ramah mengucapkan, Selamat datang di Delhi ibukota India.

Assalamualaikum India, We're coming.

dokpri
dokpri
          Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun