Mattherhorn, ZermattÂ
7. Zermatt
Kalau kita ingin Kiamat diundur, berdoa berharap selalu kepada Tuhan YMK. Dan jagalah lingkungan yang bersih tidak tercemar.
High way begitu lurus, lapang, bersih dan Asri. Pemandangan di kiri kanan adalah tamasya yang layak diabadikan. Sineri khas Swiss. Pegunungan tak berujung dan tak berpangkal dengan spot spot bermahkota salju. Danau danau berkabut, Padang hijau, pedesaan, rumah rumah kayu membentuk pesona lukisan alam.
Udara nampak bersih dan segar. Sejauh mata memandang di kiri kanan depan, terasa sumilak lapang. Barangkali aturan GSB atau Garis Sempadan Bangunan memang diterapkan dengan baik di negeri ini. Sehingga pemandangan di sekitar high way tidak terganggu dan rusak oleh bangunan bangunan tak beraturan.
Pagi ini, kembali Bus putih rancak melaju meninggalkan kota Danau Jenewa. Destinasi kami selanjutnya adalah Zermatt. Salah satu kota kecil di lereng Alpen yang sangat terkenal. Karena pemandangannya yang indah, kebersihan lingkungan maupun sebagai kawasan olah raga Ski yang menantang di musim dingin.
Bus tidak akan mengantar sampai kota Zermatt. Karena segala macam kendaraan yang berbahan bakar solar, premium, pertamax dan sejenisnya tidak boleh beroperasi di kota kecil ini. Demi menjaga kebersihan dan menghindari pencemaran lingkungan di kawasan itu.
Bus hanya akan mengantar sampai stasiun Tasch. Tempat pemberhentian terakhir segala jenis kendaraan untuk para pelancong yang akan ke Zermatt. Kemudian para penumpang akan meneruskan perjalanan dengan kereta listrik.
Dalam perjalanan menuju Tasch, saya menjadi lebih mengerti apa yang pernah disampaikan satu teman yang memiliki hobi melancong. Bahwa kenikmatan berwisata itu tidak hanya pada saat sampai di tujuannya, namun juga ketika kita menikmati perjalanannya. Dan itu akan sangat terasa dan nyata ketika kita berwisata ke negeri Arloji ini. Perjalanan di Swiss tidak kalah pesonanya dengan destinasi yang akan dituju.
Sebagai negara dengan 70% wilayahnya adalah pegunungan, maka terowongan terowongan adalah inovasi dan rekayasa yang harus dibangun untuk mempercepat perjalanan. Menembus terowongan pegunungan adalah hal yang terus dialami di setiap perjalanan. Barangkali lebih dari lima puluh kali Bus merayap di dalam terowongan yang mulus, bersih, terang dan spektakuler. Panjang terowongan rata rata 2 km. Namun adapula yang sepanjang 5 km, bahkan lebih. Kebanyakan dinding dinding terowongan telah dipoles menjadi dinding halus dan rata. Namun ada pula dinding terowongan yang dibiarkan apa adanya. Berupa karang karang kasar ber tonjolan hitam kelabu. Di Swiss terowongan adalah akses yang vital.
Jalanan mulai terus menanjak dan berkelok kelok. Tak lama lagi Bus akan sampai di kota kecil Tasch. Suasana lingkungan terlihat berbeda. Tumpukan salju lebih tebal nemenuhi kiri kanan jalan. Jalanan dibasahi Salju yang mencair tergilas kendaraan penyapu Salju.
Akhirnya sampailah Bus di lingkungan kota yang unik ini. Di lereng Alpen, Salju di mana mana. Hotel hotel berderet. Bus langsung menuju Stasiun Tasch. Turun berjalan dari tempat parkir menuju bangunan Stasiun. Udara sangat dingin. Untung tanpa angin, baju rangkap perang telah tersandang. Menggigil namun tetap bisa bertahan. Wajah kebas pucat, tubuh menggigil, mulut menyemburkan asap. Matahari belum bersinar benar untuk meng kompensasi udara njekut itu.
Menyatu dengan Stasiun, disediakan tempat parkir yang luas bagi mobil mobil pribadi pelancong yang akan naik ke Zermatt. Kembali kerumunan pemain pemain Ski dengan peralatannya dan pakaian warna warni meramaikan Stasiun.
Kami menunggu Kereta Merah khusus tujuan Zermatt yang berangkat setiap 20 menit sekali. Dengan waktu tempuh 12 menit.
Di Zermatt akan dilihat ikon wisata Swiss yang terkenal. Yang juga menjadi gambar Coklat Swiss Toblerone. Yaitu Matherhorn, atau puncak Padang rumput dalam bahasa Jermannya.
Matherhorn adalah puncak yang menjulang di ketinggian hampir 4000 meter. Berbentuk kepala binatang purba. Atau kita bisa mengimajinasikannya sebagai bentuk bentuk wujud penampakan yang lain.
     Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H