Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Swiss di Musim Dingin, Catatan Perjalanan 7

30 Januari 2019   10:55 Diperbarui: 1 Februari 2019   10:01 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jungfraujoch, Swiss

 Kereta Api merah dari Jungfraujoch berangkat turun menuju Kleine Scheidegg. Di perjalanan awak berpikir pikir, kira kira bagaimana awalnya, ide ambisius membuat kereta api menembus karang yang spektakuler ini dilahirkan.

Sambil sekali kali melirik Kondektur cantik memeriksa karcis dan mengucapkan terima kasih dalam empat bahasa, Prancis Jerman Itali dan Inggris. Merci, Danke, Gracias dan Thank you, saya Googling sebentar dan membaca brosur yang ada tentang Jungfrau. Jadi sedikit tahu ceritanya.

Ada Visi besar yang terpantik lebih dari seratus tahun lalu. Dilanjutkan Studi dan Proses mendapat Legitimasi. Kemudian proses Perencanaan. Baru pelaksanaan pembangunan secara bertahap, diikuti saat pengoperasian. Selanjutnya Maintaining serta Improvement berkelanjutan sampai sekarang.

Bulan Agustus tahun 1893, Visi hebat itu muncul dari seorang industriawan Swiss Adolf Guyer Zeller. Guyer mencoret coretkan pensil di sepotong kertas, menuangkan imajinasi rute Kereta Api dari Scheidegg menembus perut pegunungan Alpen, menuju Jungfrau. 

Sebagaimana kelahiran Visi visi hebat yang lain, Visi ini juga tidak lahir karena alasan perhitungan komersial. Melainkan pada mulanya adalah penuangan Intuisi, pengalaman dan pemikiran untuk hasrat dengan tujuan keindahan wisata.

Masyarakat sekitar kawasan itu segera mendukung Visi ini sebagai potensi Wisata yang menjanjikan secara komersial. Meskipun saat itu secara Teknis agak muskil untuk mewujutkannya. Bulan Desember di tahun yang sama 1893 perencanaan telah disusun. Dan bulan Desember 1894 Parlemen pemerintahan Federal Swiss menyetujui.

Bulan Juli 1896 pembangunan dimulai dengan mempekerjakan 100 tenaga dari Itali. Dua tahun lebih sedikit, pada bulan September 1898 jalur Kleine Scheidegg - Eiger dibuka. Sayangnya pada Tahun 1899 sang Visioner Adolf Guyer Zeller meninggal dunia. Namun Pembangunan tetap diteruskan, dipimpin bawahannya.

Diwarnai hambatan dan drama. Kecelakaan, longsor, ledakan, pemogokan, krisis finansial. Akhirnya di bulan Februari 1912 dapat terwujud destinasi akhir . Terowongan dapat tembus sampai di Jungfraujoch.

Dan pada 1 Agustus 1912, Visi berani dan ambisius jalur kereta api tertinggi di dunia, sepanjang 24 kilometer itu tuntas dan dibuka. Setelah proses konstruksi selama 16 tahun di sepanjang musim. Sang Visioner tidak sempat menyaksikan wujud nyata impiannya.

Apa pembelajaran yang bisa dipetik dari pembangunan yang ambisius ini?

Pertama, adanya Visi hebat yang dicetuskan dan dirasa akan bermanfaat serta didukung oleh masyarakat luas. Perencanaannya mendapat legitimasi dari Otoritas yang berwenang. Visi hebat menjadi milik bersama, meskipun pada mulanya hanya berasal dari ide satu orang. Visi yang menjadi milik bersama, itu poin yang krusial dan vital. Sehingga meskipun saat sang pencetus ide sudah meninggal, penerusnya tetap meneruskannya dengan sepenuh hati. Karena Visi itu diyakini bersama akan membawa manfaat besar bagi Masyarakat dan Negara Swiss.

Manfaat itu kini telah terbukti sampai sekarang. Jungfraujoch menjadi signature wisata Swiss. Ribuan orang dari seluruh penjuru dunia setiap hari datang ke Jungfraujoch. Bersenang senang menghimpun Energi baru dan sekaligus menabur rejeki untuk Swiss.

Itulah sekelumit cerita tentang Visi dan impian besar yang terwujud menjadi kenyataan.

Tiba tiba rangkaian kereta merah Jungfraubahn yang kami tumpangi mengurangi kecepatan. Kereta berhenti di stasiun Kleine Scheidegg. Para penumpang turun untuk berganti kereta yang lain.

Kami berbelok ke kiri untuk memilih jalur kereta menuju kota Lauterbrunnen. Kalau belok ke kanan adalah untuk jalur kereta ke Grindelwald, stasiun tempat kami tadi pagi berangkat.

Kami pindah kereta yang lain. Kereta warna hijau yang kami tumpangi turun menuju Lauterbrunnen. Sore hari masih cukup terang, para penumpang dapat jelas menyaksikan para pemain Ski beriringan asyik meluncur di lembah salju  di sisi rel kereta api. Masih pula bisa memotret dari jendela kereta panorama pedesaan, rumah rumah kayu di lereng pegunungan Alpen tersawur salju. Biutipul.

Kereta sampai di stasiun tujuan Lauterbrunnen. Turun dari kereta, menoleh ke kiri. Nampak di kejauhan masih tetlihat pemandangan memukau yang sering terlihat di post card. 

Air terjun deras di tebing bertinggi puluhan meter. Sayang waktu sudah surup, dan memang tidak di program untuk mengunjungi  air terjun itu. Mestinya berkunjung ke air terjun Lauterbrunnen adalah strong recommended untuk dicantumkan dalam Itinerary Heart of Switzerland lain kali.

Keluar dari stasiun adalah saat toilet time. Antrian agak padat di toilet gratis samping stasiun. Tuntas saat toileten, rombongan menuju tempat parkir. Bus putih tunggangan kami telah menunggu, untuk melanjutkan perjalanan ke kota Interlaken. Akan menginap semalam di kota itu.

Saya sebenarnya sudah meniatkan mengunjungi kawasan Eiger dan Jungfrau ini lebih dari 40 tahun lebih lalu. Tahun 1977 saat awal kuliah di Yogya nonton film berjudul Eiger Sanction. Film ini dibintangi Clint Easwood. Bercerita tentang seorang Profesor sejarah seni sekaligus pendaki gunung dan juga mantan pembunuh. Mendapat penugasan untuk ikut rombongan pendakian ke puncak Eiger di pegunungan Alpen Swiss. Dan harus membuat Sanction atau membunuh salah satu peserta pendakian. Penggambaran View Swiss, karang karang terjal, salju, angin kencang yang mencekam di film waktu itu membuat saya ingin suatu saat mengunjungi Eiger dan Alpen.

Mengenal Jungfrau sebagai destinasi yang hebat adalah saat membaca novel tahun 1995. Novel tebal burjudul The Day after tomorrow hampir seribu halaman. Di terjemahkan oleh Gramedia dengan titel Demi Esok Lusa. Di novel ini adegan akhirnya berlokasi di kawasan Jungfraujoch.

Novel yang bercerita tentang kelompok Neo Nazi yang ingin menghidupkan kembali Adolf Hitler.

Di tahun tahun awal 1940 an, salah satu pengikut dekat Hitler meramalkan Jerman bakal dikalahkan pihak sekutu tidak lama lagi. Pengikut itu merencanakan kalau Hitler tewas, suatu saat dia harus dihidupkan kembali, untuk memimpin Nazi yang baru puluhan tahun yang akan datang.

Saat Hitler bunuh diri, pengikut dekat itu mengerat bagian tubuh Hitler dan menyimpan di tempat sangat rahasia yang dingin di Berlin. Bagian tubuh Hitler itu tetap hidup.

Puluhan tahun kemudian, Neo Nazi menganggap saatnya telah tiba untuk menghidupkan kembali Hitler demi Esok Lusa. Dicarilah kepala dan tubuh yang cocok untuk disambungkan dan selanjutnya akan diinjeksi dan ditempel keratan sel Hitler yang asli.

Untuk bisa berhasil, diperlukan tempat yang sangat dingin dalam proses penyambungan dan injeksi organ itu. Jungfraujoch lah tempat yang dipilih.

Apakah proses menghidupkan kembali Hitler berhasil? Tentu saja gagal. Peristiwa pencarian kepala dan tubuh dengan pembunuhan di berbagai negara Eropa, konflik konflik dan saat keberhasilan di depan mata namun gagal menjadi plot serta ramuan menarik dari Novel menegangkan ini. Novel ini menjadi best seller Amerika waktu itu.

Novel itu yang juga menguatkan hasrat saya untuk suatu saat berkunjung ke kawasan Jungfrau. Kini hasrat itu telah terwujud. Bahkan dua kali menapak Jungfraujoch di musim yang berbeda.

Novel yang sungguh menarik dan layak dibaca.
                   
            Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun