Beberapa menit di teras tubuh terasa kekes meski hanya minus 6, karena malam hari bisa mencapai minus 30 derajat Celcius. Bagaimana kira kira rasa malam hari berdiri disini. Usai mengeksplore dan berfoto ria di Sphinx Terrace, kami segera kembali masuk ruangan untuk mereguk kehangatan.
Inilah komplek bangunan diatas awan dengan salju abadi. Salju abadi akan tetap ada meskipun tidak di musim dingin.
Usai makan siang ayam saus ala Swiss, kami mengeksplore atraksi atraksi yang tersedia di komplek ini. Bioskop dengan layar raksasa dan sound menggelegar, melingkar 360 derajat mengenai Jungfrau. Kemudian menyusuri lorong Es yang panjang sensasional, disebut Ice Palace Istana Es. Dilanjut melewati melihat diorama dalam lorong karang. Tentang sejarah dan peristiwa pembangunan Jungfrau Rail Way dan Jungfrau komplek.
Setelah sekitar dua jam di komplek tertinggi di Eropa, saatnya kami turun gunung. Kereta merah Jungfrau Bahn telah menanti. Kami akan kembali menuju stasiun Kleine Scheidegg. Kemudian berganti kereta, turun ke stasiun Lauterbrunnen. Dari Lauterbrunnen naik Bus menuju kota Interlaken untuk menginap semalam.
Turun dari Jungfrau, saya terkenang naik kereta dari kota Lausane di akhir musim semi. Dari Lausane menuju Interlaken, selanjutnya berganti kereta ke Kleine Scheidegg. Dan berganti Jungfrau Bahn menuju Jungfraujoch.
Perjalanan musim semi waktu itu menyajikan sineri yang berbeda. Warna warni alam seolah bersolek indah di kiri kanan kereta. Kalau disuruh memilih ke Jungfrau di musim semi atau musim dingin. Gimana ya? Tentu saja saya akan memilih keduanya.
        Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H