Sutopo teringat lagi , pertanyaan terakhir pemegang saham saat wawancara FNP Test. Tentang keinginan menjadi pemimpin. Dicintai, Dihormati atau Ditakuti?
Setelah berpikir sejenak waktu itu, Sutopo menjawab ingin menjadi pemimpin yang Dicintai. Menurut pemikiran Sutopo, pemimpin dihormati itu menumbuhkan sekat sekat dan perilaku berlebihan. Sutopo yang berlatar belakang budaya Solo Yogya, di otak belakangnya tersimpan memori yang sudah tertanam sejak kecil.Â
Pengejawantahan pemimpin Dihormati dalam budaya Jawa adalah olah tubuh berlebihan, tidak pas menurut dirinya. Laku dodok dalam cerita Kethoprak dan juga dalam kenyataan. Mundhuk mundhuk ketika berbincang dengan penguasa. Terlukis gambaran seperti itu di Mind Set dangkal Sutopo tentang pemimpin yang dihormati.
Apalagi pemimpin yang ditakuti. Mind set nya langsung membisikkan kata kata seram; Diktator, Otoriter, Represip, Sewenang-wenang, dan seterusnya.Hitler, Mussolini, Kubilai Khan, Jengis Khan, Amir Temur.
Sedangkan dalam pemikiran Sutopo, Pemimpin dicintai itu merefleksikan komunitas saling percaya, adil, partisipatif, kolaborasi, asah asih asuh. Kondisi ideal dalam mengelola komunitas. Komunitas yang bergembira dan produktif dapat hadir bila dikomandani oleh Pemimpin yang dicintai.
Waktu itu para pewawancara hanya tersenyum. Tidak memberi respon dan pertanyaan apapun. Dan Test diakhiri.
Sutopo berpikir. Apakah jawabannya itu yang menyebabkan dirinya tidak terpilih menjadi Direktur?Jawaban yang naif, tidak membumi? Untuk seorang calon pemimpin komunitas yang penuh dinamika, gejolak dan konflik.
Serangkaian *seandainya* dan *kalau* masih bermunculan. Sutopo pusing. Senja kala temaram menyelimuti pantai Ancol. Bola Matahari merah hampir tenggelam di Cakrawala, indah fantastis. Keindahannya tidak dirasakan Sutopo yang sedang gundah.
Sutopo membayar kopinya , dan beranjak pulang.
         Bersambung