Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Balkan, Catatan perjalanan 23

2 Oktober 2018   09:24 Diperbarui: 6 Juli 2020   20:50 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

SERBIA

Benteng Kalemegdan, saksi perang perang besar Sebia

Pagi itu Passion bersandar di Belgrade atau Beograd, ibukota negara Serbia, yang dulu juga ibukota Republik Federasi Yugoslavia.

Sebelum para penumpang Kapal turun ke darat, staf Imigrasi Republik Serbia naik ke kapal. Penumpang berbaris mengular, untuk dilakukan face chek. Pencocokan foto penumpang di Paspor dengan wajah aslinya. Ternyata tidak ada penyelundup, semuanya cocok. Hendrik, direktur Cruise melihat proses chek ing tertawa, sambil mengangkat dua tangan menggeleng gelengkan kepala. Entah apa maksudnya.

Sebelum naik ke darat, kembali kami mengambil alat Audio berwarna merah. 5 Audio dengan warna berbeda ini juga memiliki frekuensi yang berbeda pula. Omongan dari  guide warna merah tidak akan masuk ke Audio berwarna lain, selain merah. Demikian juga sebaliknya.

Pagi itu, guide kami wanita Belgrade setengah baya. Rambut cepak di cat merah maroon, atau memang itu warna aslinya, entahlah.

Bus berjalan sekitar tujuh menit, dan parkir di pemberhentian pojokan, Perbatasan antara taman benteng Kalemegdan dan Boulevard kota tua Belgrade, Knez Mihailova yang lebar, panjang dan cantik.

Guide membawa kami menyeberang jalan, dan masuk kawasan taman dan juga Benteng Kalemegdan. Tidak dipungut biaya untuk masuk ke taman luas ini. Baru menapak beberapa langkah, sudah disambut deretan penjual Souvenir Serbia. Dagangannya melambai lambai, aneka rupa berwarna mencolok. Kita kita sudah pada tergoda untuk segera beraksi tawar menawar.

" later later " ibu guide mengajak jalan terus. Nanti balik kesini lagi, tambahnya.

Godaan bisa ditahan. Kami meneruskan langkah. Jalanan taman mulai dihiasi serakan dedaunan kering kecoklatan.....Autum leaves.

Kami melewati patung wanita gemuk sedang menari atau berlari. Di bawahnya deretan pinus , dipotong dengan bentuk seirama patung. Unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun