*Hembusan Angin Cemara Tujuh 30*
Para hadirin tepuk tangan basa basi, mengiringi Sutopo dan Deni berjalan ke panggung.
" Wah kita dikerjai Om Jef , gara gara kamu cerita main Band Den. Terus kamu bawain lagu apa?" Sutopo pura pura ngedumel, padahal dalam hati memang berharap bisa tampil.
" Kita buka saja dengan The Cats ya " jawab Deni riang.
"The Cats, lagu yang mana, Save the Last dance apa One way wind?
" Lea saja, yang paling Top"
Sampai di panggung, MC mendaulat mereka untuk ikut bermain. Penuh percaya diri Deni mengambil Mic Vokal dan Sutopo menggantikan pemain Drum.
Deni bisik bisik ke Lead guitar. Dan begitu intro lagu Lea mengalun, penonton bertepuk tangan kencang, senang mendengar lagu grup Belanda yang akrab ditelinga itu bakal dinyanyikan.
The Cats memang grup populer berasal dari Vokendam Belanda. Lagu lagunya menjadi hit tidak hanya di negaranya sendiri, tetapi juga di Indonesia dan seluruh dunia.
Deni memang jeli memilih lagu pembuka. Vokalnya juga pas untuk membuat penonton semakin kencang memberikan aplaus.
..........................
Lea , Lea
Girl, now youre gone
Leaving, leaving behind
The memory of your smile
That Will never leave My mind.
........................
Para penonton serempak , mengalunkan refrain Lea yang mendayu syahdu.
Deni melanjutkan dengan lagu populer Indonesia, Angin Malam dari Broery Marantika. Rupanya lagu ini juga cukup populer di komunitas Indonesia Rotterdam. Terbukti mereka kompak kembali ikut bernyanyi saat refrain dan nada meninggi.
...............
Diiring gemuruh angin,
meniup daun daun
alam yang jadi saksi
Kau serahkan
Jiwa raga ........
Koor Angin Malam kembali membuat sayu Rotterdam, namun menghangatkan hati para perantauan itu.
Deni mengakhiri penampilan dengan lagu Cotton Field nya CCR. Lagu dengan beat cepat dan rancak itu, merangsang para hadirin bangkit dari kursinya, berjingkrak menggoyang malam.
Deni menjadi bintang malam itu. Aplaus panjang mengakhiri penampilannya.
Om Jef menyalami Deni,
" wah you sing like a pro Den, selamat ya "
Helen memberikan lirikan penuh arti ke Deni. Sutopo duduk tenang tenang. Sutopo menyadari, memang sudah menjadi kodrat, kalau Vocalis Band selalu mendapat perhatian lebih dibanding pemain lain, apalagi Drummer.
Acara malam itu ditutup dengan dansa dansi chic to chic yang diiringi Lagu lagu slow. Lebih dari tiga puluh menit mereka dansa berjejalan. Wikarya, Sutopo dan Deny dipaksa ikut dansa kelompok bersama keluarga Om Jef.
Jam 12 malam acara berakhir. Saling bersalaman dan ber daag daag, para hadirin keluar gedung disongsong angin dingin musim semi.
Wajah wajah ceria itu saling melambai. Bahagia telah bersosialisasi, telah berkomunikasi dengan sesama pengembara Indonesia. Telah melepas penat , rutinitas sehari hari yang tidak selalu enak dan menyenangkan.Telah ber interaksi dan Nostalgi sesamanya.
Pemimpin Band itu mendekati Deni dan Sutopo, menawari untuk bergabung main rutin, sebulan sekali , keliling di kota kota besar Belanda. Acara yang sama, malam gathering komunitas Indonesia.
Keluarga Jef melangkah menuju mobil yang diparkir di gedung sebelah. Ketika Marieska menyalami Sutopo, dia tersenyum dan berbisik " main drumnya tadi bagus Po" Sutopo membalas tersenyum, hatinya hangat berbunga bunga, mendapat pujian Noni Indo Belanda yang cantik itu.
*Bersambung*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H