Mohon tunggu...
Mulya Pebrianto
Mulya Pebrianto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya seorang yang mempunyai hobi berolah raga, terutama jogging

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maqamat Menurut Al-Ghazali dan Pengertian Ahwal

7 November 2024   12:02 Diperbarui: 7 November 2024   12:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam rangka mencapai tujuan hidup menurut islam. Kita sebagai umat manusia mengabdikan diri kita kepada Allah Swt. Dalam mengabdikan diri, banyak aktivitas atau kegiatan manusia yang sifatnya baik, terpuji atau positif. Mereka hanya mengharapkan untuk mendapatkan ridho Allah Swt, dari apa yang dikerjakan dalam bentuk hal-hal spiritual kerohanian mereka.

Dengan upaya yang berbeda-beda untuk mencapai hal tersebut hingga mencapai titik henti dan seiring tumbuhnya kesadaran manusia dengan keterbatasannya.

Dari upaya-upaya tersebut ada yang namanya Maqamat dan Ahwal, apa itu? mari kita bahas dalam artikel berikut ini

Pengertian Maqamat Secara etimologi, maqamat merupakan kosakata bahasa Arab yang berasal dari kata kerja qama yang berarti berdiri. Dari kata kerja qama, terbentuklah kata maqam yang berarti tempat berdiri, posisi, atau kedudukan, seperti penyebutan maqam Ibrahim untuk tempat berdiri Nabi Ibrahim SAW. 

Secara harfiah, maqamat berarti tempat berdiri. Dalam buku Asep Usman Ismail Berjudul Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: 2023), maqamat memiliki makna konotatif dengan dua konteks, yaitu perjalanan dan pendakian, dalam konteks perjalanan, maqamat mengalami pergeseran makna dari tempat berdiri menjadi tempat berhenti dalam perjalanan rohani. Sementara itu, dalam konteks pendakian, maqamat mengalami pergeseran makna dari tempat berdiri menjadi tangga-tangga dalam pendakian rohani. 

Ahwal tidak bisa diundang/diusir dan tidak bisa diusahakan dengan berbagai cara karena merupakan pemberian Allah SWT. Allah SWT memberikan ahwal kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sedangkan ahwal termasuk al-mawahib, yaitu hadiah yang disediakan Allah SWT kepada hamba-Nya yang “berprestasi”.

Maqamat Menurut Al-Ghazali (wafat 505H/1111M)

  • Tobat Secara bahasa berarti kembali dengan kesadaran, sedangkan tobat dalam Islam adalah kembali kepada Allah SWT dengan kesadaran meninggalkan dosa hingga akarnya. Menurut al-Ghazali tobat itu mempunyai dua kegunaan. Pertama, membuka jalan untuk meningkatkan kualitas ketaatan kepada Allah SWT, sebab dosa itu menutup jalan ketaatan kepada Allah SWT. Dosa yang dilakukan terus-menerus tanpa tobat, akan menjadikan hati gelap, penuh noda hitam, keras, dan kotor. Kedua, tobat itu menentukan diterimanya amal ibadah seseorang oleh Allah SWT. “Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (Q.S An-Nur Ayat 31).
  • Sabar adalah menahan atau mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu sesuai dengan pertimbangan akal sehat dan tuntunan agama. Dengan demikian, sabar merupakan kekuatan potensial dalam diri kita yang bisa melahirkan daya tahan, ketangguhan, dan keuletan dalam menghadapi berbagai masalah, kesulitan, rintangan, dan tantangan, bahkan menjadi energi rohani yang bisa mengubah tantangan menajdi peluang yang membawa kebaikan dalam hidup. “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah Ayat 153).
  • Tawakal secara bahasa berarti mewakilkan atau mempercayakan kepada pihak lain yang diyakini memiliki kompetensi dan integritas. Tawakal kepada Allah SWT berarti mempercayakan segala urusan, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, kepada Allah SWT dengan kepercayaan penuh kepada-Nya setelah kita merencanakan hidup dan kehidupan ini dengan perencanaan yang terukur, matang, dan rasional. Seorang yang bertawakkal kepada Allah SWT adalah orang yang menyerahkan kendali dirinya kepada Allah SWT, dan berpegang teguh kepada-Nya atas segala urusannya. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Zat Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal, Kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S Al-Mulk Ayat 29).
  • Zuhud Kata zuhud di dalam al-qur’an hanya disebut satu kali dalam bentuk al-zahidin  yang berarti orang-orang yang zuhud yang secara bahasa berarti enggan, menolak, atau tidak mau. Dalam buku Asep Usman Ismail, Berjudul Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: 2023), zuhud diartikan dengan kondisi tidak tertarik kepada hal ihwal keduniaan yang dapat menjauhkan dirinya dari ketaatan kepada Allah SWT. “Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik”. (Q.S Ali-'Imran Ayat 14).
  • Mahabah mengandung beberapa pengertian sesuai dengan pengambilan katanya. Pertama, mahabah berasal dari kata hibbah, yang berarti benih yang jatuh ke bumi karena cinta adalah sumber kehidupan sebagaimana benih menjadi sumber kehidupan tanaman. Kedua, berasal dari kata hubb, yang berarti tempayang yang penuh dengan air yang tenang, sebab apabila cinta telah memenuhi hati, tidak ada tempat bagi orang lain, selain  yang dicintai. “Katakanlah (nabi Muhammad saw), jika kamu mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya kamu akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S  Ali-'Imran Ayat 31).
  • Makrifat menurut bahasa berarti mengenal. Akan tetapi, yang dimaksud dengan makrifat dalam tasawuf ialah melihat tuhan dalam hati nurani. Menurut para sufi, makrifat Allah SWT adalah karunia Allah SWT yang semata-mata diberikan kepada sufi yang ikhlas dan sungguh-sungguh mencintai-Nya. Karena keikhlasan sufi, Allah SWT membuka tabir yang membatasi sufi dari-Nya sehingga sufi tersebut dapat menerima cahaya illahi yang menyinari kalbunya.

Dari uraian di atas setidaknya dapat diambil kesimpulan. Secara umum dapat disimpulkan dari beberapa pandangan para sufi bahwa maqam berarti tempat atau martabat seseorang hamba di hadapan Allah SWT pada saat dia berdiri menghadap kepadaNya. Sedangkan hal biasanya diartikan sebagai keadaan mental yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang berbeda namun memiliki hubungan.

Penluis : Mulya Pebrianto

Dosen Pengampu : Dr. Hamidullah Mahmud, Lc., M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun