Mohon tunggu...
Hilman Mulya Nugraha
Hilman Mulya Nugraha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Coba menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Kuliah Online Bisa Mengatasi 7 Hal yang Membuat Mahasiwa Malas Masuk Kuliah?

3 Juni 2016   23:56 Diperbarui: 4 Juni 2016   00:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : HarukaEdu

Saya yakin bahwa semasa kuliah, setidaknya seseorang pernah tidak hadir  minimal satu hari dalam satu tahun masa kuliah.  Entah itu karena sakit, urusan keluarga, sibuk dengan urusan lain, sampai karena bangun kesiangan lantaran begadang nonton bola.

Pun saya juga demikian.

Semasa kuliah dulu (di Sastra Indonesia Unpad), kalau keadaan memungkinkan untuk saya bolos kuliah hari itu, yah saya bolos. Bukan sesuatu yang patut ditiru sih tapi kadang namanya manusia selalu saja ada rasa malas untuk pergi kuliah.

Alasan saya bolos waktu itu biasanya karena dua hal : tidak suka dosennya atau mata kuliahnya yang membosankan.  

Saya yakin teman-teman pembaca juga ada yang pernah mengalami hal serupa saat kuliah dulu (atau untuk teman-teman yang memang saat ini sedang kuliah).

Saya juga mengamati teman-teman saya waktu itu ternyata juga cukup banyak yang malas kuliah. Yah memang ada juga yang rajin.

Kalau boleh buat daftar, setidaknya ada tujuh hal yang membuat seseorang malas untuk kuliah. Ketuju hal tersebut adalah sebagai berikut

1. Dosen yang Membosankan atau Killer

Faktor ini yang kadang membuat saya malas untuk sekadar melangkah memasuki ruang kuliah sang dosen. Dosen yang terlalu membosankan membuat saya sering ngantuk. Apalagi jika mata kuliahnya adalah mata kuliah umum dalam ruangan besar dan bersatu dengan kelas atau dari jurusan lain.

Agak mending kalau dosennya interaktif.

Kalau  doseannya tipikal “kolot” yang hanya duduk dan menyampaikan materi yang dibacanya secara satu arah, hanya akan membuang waktu. Percayalah, saya lebih memerhatikan gadis-gadis manis sastra Inggris  yang kadang sering membuat saya sedikit menyesal mengapa tidak memilih jurusan tersebut.

Hal yang sama kalau dosennya “killer” atau terlalu disiplin. Telat 5 menit saja biasanya tidak boleh masuk. Dan seringkali jam tangan saya lebih lambat dibandingkan jam sang dosen.

Daripada telat gak boleh masuk lebih baik bolos sekalian biar bisa ngulang tahun depan.

2. Jadwal Kuliah yang Terlalu Pagi

Faktor nomor dua menjadi alasan paling banyak dilakukan teman-teman saya. Maklum, bagi saya kuliah pagi bukan masalah meski saya harus naik bis dari rumah ke tempat kuliah.

Yang seringkali saya temui malah teman-teman saya yang ngekos dekat kampus malah jarang masuk kalau kuliahnya pagi. Tampaknya mereka masih lelah.

3. Persoalan di Jalan Menuju Tempat Kuliah

Kalau faktor ini saya yakin jadi alasan banyak mahasiwa yang malas berangkat ke kampus. Jarak yang terlalu jauh dan harus berjibaku dengan kemacetan (apalagi di siang hari yang panas terik) seringkali membuat sang mahasiswa lebih baik ‘leyeh-leyeh” sembari nonton drama Korea.  

Seringkali hujan juga jadi alasan malas pergi ke kuliah. Apalagi kalau hujannya datang lebih pagi dibandingkan sinar matahari (halah), yang ada tarik selimut dan bobo cantik lagi.

4. Merasa Malu Karena Mengulang Mata Kuliah

Kalau ini mungkin tidak umum tapi ternyata ada juga. Karena sang senior harus segera lulus dan ada mata kuliah yang nilainya jelek, ia akhirnya ikut kuliah mengulang. Resiko ikut kuliah mengulang yah ditanya umur atau ditanya kenapa mengulang oleh junior di kampus.

Sering ditanya akhirnya jadi malu dan malas untuk ikut kuliah

5. Kecapain  Karena Sibuk Mengurus Hal Lain

Kalau faktor ini tampaknya banyak menimpa  sang “agen perubahan”. Aktif di organisasi, mengurus hobi, atau karena harus mencari tambahan rejeki seringkali membuat seseorang melupakan tugas utamanya, yakni kuliah.

Karena tidak bisa mengatur waktu dengan benar, akhirnya kelabakan dan kuliah jadi korban. Mirip sama yang menulis artikel ini semasa skripsi dulu (untung lulus)

6. Masalah Kesehatan

“Aku ga enak badan”

Kalimat itu seringkali terdengar ketika menanyakan teman yang tidak masuk kuliah.  Yah, mereka sering tidak enak badan atau sakit yang membuat mereka harus menjaga kesehatan dengan istirahat di rumah.

7. Materi Kuliah yang Membosankan

Ada dosen yang cukup bagus ketika menyampaikan materi perkuliahan. Tetapi kalau materinya disampaikan kurang menarik tetapi saja jadi terlihat membosankan atau malah membingungkan. Misal, sang dosen hanya memaparkan teori lewat papan tulis yang kadang membuat mahasiswa bingung dan harus berpikir ulang melihat pola-pola spidol di papan putih.

Itu 7 faktor yang menurut saya jadi alasan mengapa mahasiswa pada akhirnya malas untuk berangkat kuliah. Bisa saja ada faktor lain selain ketujuh hal yang saya sebutkan diatas.

Mungkin dari pembaca ada yang berpikir.

“Ah barangkali itu cuman mahasiswa-nya aja yang malas”

Oke, mungkin memang mahasiwanya yang malas. Tapi, setidaknya kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya sang mahasiswa. Mahasiswa juga manusia, tidak semua bisa dipaksakan dengan sistem yang sudah ada. Harus ada pendorong atau setidaknye meminimalisir rasa malas mahasiswa agar tetap mengikuti kuliah.

Bagaimana caranya?

Ada pelbagai cara yang bisa dilakukan. Tetapi, hemat saya, kuliah online bisa jadi solusi untuk mahasiswa yang cenderung malas berpergian ke kampus atau masuk ketujuh faktor yang saya sebutkan diatas.

Kuliah online menjadi solusi yang baik karena mampu mengatasi masalah-masalah yang tadi disebutkan. Mari lihat lagi.

1. Malas karena tidak suka dosen? Dengan kuliah online, hal itu tidak terjadi. Alasnanya karena lewat kuliah online mahasiswa akan fokus pada materi yang diberikan.  Mahasiwa tidak akan terlalu mengetahui sikap dan prilaku sang dosen karena kuliah online akan fokus pada objek dan bukan subjek antara mahasiswa dan dosennya.

2. Masalah malas kuliah yang terlalu pagi bisa diatasi lewat kuliah online yang bisa dipelajari kapanpun dan dimanapun selama terhubung dengan internet. Kalaupun harus melakukan kuliah secara langsung, waktunya bisa lebih fleksibel.

3. Masalah persoalan di jalan sudah jelas tidak akan membuat seorng mahasiswa malas mengikuti kuliah. Ia tidak akan memikirkan cuaca hujan ataupun jalanan macet karena ia bisa kuliah secara online dengan nyaman meski sang mahasiswa ada di dalam rumah.

4. Kuliah online memang membatasi pertemuan antara sesama peserta didik (dalam hal ini mahasiswa) dan dosen. Tapi dengan begitu, peserta didik tidak terlalu memikirkan hal-hal tidak penting seperti usia sang peserta ternyata lebih senior dibandingkan dosennya. Faktor malu pun biasanya hilang karena pembelajaran via online seringkali malah membuat seseornag yang malu-malu jadi lebih aktif dna kreatif.

5. Dengan kuliah online, seorang mahasiswa bisa melakukan kegiatan lain di luar kuliah. Ia bisa tetap fokus bekerja dengan jam kantor ataupun mengurus bisnis dan aktif di kegiatan tertentu. Sesuatu yang menjadi nilai lebih dari sebuah kuliah online.

6. Faktor kesehatan tidak jadi hambatan bagi seseorang untuk ikut kuliah secara online. Ia bisa istirahat ketika sakit dan ketika sudah baikan dia bisa membuka laptop dan mulai belajar. Bahkan sebenrnya, ketika sedang tidak enak badan, seorang mahasiswa bisa membuka gadget untuk browsing internet. Jika kondisinya demikian maka tidak ada salahnya ketika buka internet sekalian ikut kuliah online.

7. Materi pada kuliah online tidak akan membosankan. Alasanya karena mahasiswa tidak mendapat materi yang membingungkan karena dosennya menulis di papan tulis. Justru dengan kuliah, mahasiswa akan mendapat materi tidak hanya berupa tulisan tetapi berupa infografik, video ataupun materi yang ditampilkan secara interaktif. Persis seperti yang dilakukan oleh HarukaEdu lewat program E-learning-nya.

Pada poin ketujuh saya menyebut HarukaEdu sebagai contoh yang mampu menerapkan kuliah online dengan e-learning dengan cukup baik.

Mengapa HarukaEdu?

Karena HarukaEdu adalah startup pendidikan yang fokus memfasilitasi orang yang ingin kuliah sambil melakukan aktivitas lainnya. Startup pendidikan lainnya tidak ada yang sefokus dan seserius HarukaEdu yang langsung menyasar ke pendidikan formal. Umumnya startup pendidikan lain lebih berkonsep pada pendidikan informal dengan balutan bisnis.

Alasan saya menyebut HarukaEdu karena saya juga pernah mencoba mengikuti program yang diusungny tahun 2014 lalu. Waktu itu HarukaEdu membuka kelas kelas online Technopreneurship 2014. Sayangnya saya hanya baru pada tahap mendaftar dan tidak fokus untuk mengikuti lebih lanjut.

Kesempatan lain juga masuk ke email saya ketika HarukaEdu bekerjasama dengan LSPR (London School Public Relation) Jakarta yang membuka Kuliah Online S2 Ilmu Komunikasi dan bisa diikuti secara gratis dengan mengajukan beasiswa. Saya tertarik karena saya percaya kuliah online bisa jadi solusi yang baik di masa depan.

Masalah-masalah yang saya ungkapkan diatas tidak akan jadi persoalan lagi. Sayangnya, karena alasan teknis saya batal mengajukan.

Terlepas dari itu, saya percaya HarukaEdu kedepan akan jadi pionir kuliah online. Karena sekali lagi dengan kuliah online, permasalahan sederhana yang menimpa mahasiwa karena malas kuliah bisa diminimalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun