[caption caption="pembuatan topi bambu raksasa, sumber: topibambu.com "]
Tapi setelah itu mereka bingung akan berbuat apa. Kemudian ia punya inovasi untuk memperkenalkan topi bambu ke media-media. Ia juga membuat situs topi bambu.
Langkah promosi perkenalan topi bambu ini pun mendapat sambutan yang baik setelah diliput dari media.
Sayangnya, saat itu, Mas Ipul dan ketiga temannya masih bekerja di perusahaan dan tidak fokus pengembangan pada topi bambu.
Ipul kemudian mendapat saran dari seorang teman agar fokus pada pengembangan topi bambu. Ia juga mendapat saran agar belajar pada ahlinya tentang topi bambu. Ia kemudian belajar dan berguru ke berbagai daerah seperti Bandung, Banten, dan daerah lainnya untuk mempelajari proses kerajinan bambu.
Setelah itu ia mendapat beberapa pesanan untuk pembuatan topi bambu. Tapi, saat itu, ia dan tiga temannya tidak membuat sendiri melainkan lewat para pengrajin bambu.
Mas Ipul kemudian harus merasa membuat sebuah display untuk topi bambu. Saat itu, ia membuat galery untuk menampilkan produk topi bambu. Tapi saat itu, galeri tersebut kurang mendapat perhatian.
Beruntung, Mas Ipul dan ketiga temannya mendapatkan bantuan dana dari salah satu BUMN. Bantuan dana ini kemudian ia gunakan untuk membuat gazeebo untuk para pengarjin. Dana dari BUMN juga digunakan untuk menghias galeri agar lebih menarik.
Berkat bantuan dari BUMN, galeri Topi Bambu kemudian menjadi lebih menarik dan menjadi tempat bagi orang yang ingin tahu tentang kerajinan topi dari bambu. Topi Bambu pun kemudian mulai terkenal.
Setelah mendapatkan dana dari BUMN, jalur Mas Ipul dan teman-temannya masih tidak mudah. Bukan soal dananya, melainkan soal pembagian waktu. Saat itu, Mas Ipul dan ketiga temannya masih bekerja kantoran.
Kegiatan kerja mereka ini menghambat perkembangan Topi Bambu. Seperti contoh, saat ada orang lain ingin bertemu di galeri, Mas Ipul dan teman-temannya tidak bisa menyediakan waktu dari Senin-Jumat, tetapi hanya Sabtu dan Minggu.