Saya mengenal seorang ibu yang tidak pantang menyerah dalam mengurus anaknya. Saya cukup menghormatinya. Tapi, saya mendengar kabar katanya beliau sekarang sakit dan harus berobat jalan.
Ibu yang saya maksud adalah ibunya teman saya. Saya sangat mengenal beliau sejak saya masih memakai putih abu-abu karena saya pernah main ke rumahnya.
Mendengar beliau sedang sakit, tentu membuat saya ingin sedikit menolongnya. Terlebih karena dia punya anak yang juga perlu diurus.
Kisah Seorang Ibu dengan Anak "Keterbelakangan"
Ibu teman saya ini sudah ditinggal suaminya. Ia tinggal dengan dua anaknya. Pertama, sudah dewasa dan teman saya. Anak kedua, usianya saya kurang tahu karena tidak ada pertumbuhan. Bisa dibilang anak keduanya ini keterbelakangan.
Saya tidak bisa menjelaskan dengan bahasa halus. Yang pasti, adik teman saya ini bicaranya tidak jelas. Dia harus selalu bersama ibunya. Dan dia juga harus berobat.
Kakaknya, yakni teman saya aktif jadi sukarelawan. Sementara ibunya bekerja sebagai seorang penjahit.
Saya melihat ketabahan dari sang ibu. Betapa tidak, dia telaten mengurus anaknya yang keterbelakangan ini. Anaknya harus disuapin bahkan ke kamar mandi harus ditemani. Kalaupun ngomong, ibunya yang mengerti. Saya tidak mengerti sama sekali.
Nah dengan kondisi tersebut, saya agak khawatir. Ketika dengar ibu teman saya sakit, saya langsunng berinisiatif. Kata teman dia harus berobat jalan.
Saya pun ingin membantunya. Hal yang bisa saya lakukan adalah menjual barang bekas yang saya miliki. Barang tersebut adalah sebuah headset berkualitas dari LG. Barang ini jarang saya pakai.
Saya pun menjual barang tersebut di OLX. Tentu saya ingin barang ini jadi #BekasJadiBerkah. Dan saya berencana hasil penjualannya saya berikan semua pada ibu teman saya ini.Â
Mengapa saya melakukannya? Ini semua berhubungan dengan Kisah 10 Tahun lalu dan uang 100 ribu. Begini ceritanya.Â
Kisah Uang 100 Ribu
Masih ingat dengan uang seratus ribu berbahan plastik dengan gambar bunga? Saya punya cerita yang mungkin agak bodoh tentang uang tersebut.
Sepuluh tahun lalu (2005), saya lulus dari masa putih abu-abu. Saat itu, saya pun memutuskan untuk ikut tes masuk perguruan tinggi negeri. Pilihan saya waktu itu kampus Universitas Padjadjaran (Unpad).
Era tahun 2015, tes masuk perguruan tinggi bernama SPMB 2005 (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Dan saya bisa lolos masuk kampus Unpad lewat tes tersebut.
Masuknya saya ke salah satu jurusan di Unpad tidak lepas dari dukungan saudara dan juga teman, bahkan ibunya seorang teman.
Ceritanya, saya diberi uang Rp 100 ribu oleh ayah saya. Uang yang dikasih adalah uang 100 ribu gambar bunga seperti yang ada di gambar. Sementara pendaftaran adalah Rp 125 ribu. Untung saya bisa mendapatkan sisanya.
Yang menarik adalah ketika saya naik sepeda sambil memasukan uang Rp 100 ribu tersebut di saku celana, hujan turun. Sampai di rumah, saya pikir uang tersebut kebasahan.
Apa yang saya pikirkan ketika melihat uang basah? DiSETRIKA.
Itulah yang biasa saya lakukan kalau memiliki uang yang terkena air.. Uang Rp 100 ribu yang saya pikir kebasahan tersebut juga diperlakukan hal yang sama.
Tanpa pikir panjang, saya setrika tuh uang Rp 100 ribu. Hasilnya? Uang tersebut mengkerut.
Saya baru sadar kalau uang bergambar bunga tersebut terbuat dari plastik. Tidak seperti uang kertas lain yang kebasahan, kemudian disetrika menjadi kering.
Jujur saat itu, saya antara ingin tertawa tapi menderita. Betapa bodohnya saya. Hampir saya tidak bisa ikut ujian karena uang yang akan saya gunakan mendaftar ujian SPMB mengkerut.
Saya gagal paham dengan apa yang saya lakukan.
Saya ceritakan kepada seorang teman. Kemudian saya bilang butuh bantuannya untuk meminjam uang.
Teman saya ini bilagn ibunya akan meminjamkan uang pada saya. Tapi dia dan ibunya tetap heran dengan kelakukan saya.
Berkat mereka, saya bisa daftar. Dan uang yang tadinya mengkerut saya tukarkan ke Bank Indonesia (waktu itu masih boleh menukar uang di BI). Setelah uangnya didapat, saya kembalikan ke ibu teman saya.
Ibu teman saya tersebut tentu memiliki peranan yang penting. Kalau tidak ada bantuan beliau, mungkin saya tidak bisa mendapatkan uang untuk pendaftaran. Saya waktu itu bisa saja meminjam ke yang lain tapi waktunya sangat mepet.
Karena itu, saya ingin membalas kebaikan beliau. Beliau sedang berobat jalan dan membutuhkan biaya yang tentunya tidak sedikit. Saya pun akan membantunya dengan hasil penjualan headset dari LG yang saya pasang iklannya di OLX berikut ini.
Â
Tentu jika saya juga memenangkan lomba blog #BerkahJadiBekas ini juga, hasi uangnya sebagian akan saya berikan pada beliau. Â
Bukan apa-apa, berkat ibu teman saya tersebut, saya bisa kuliah di Unpad, lulus dan kini punya pekerjaan. Saya selalu mendoakan agar ibu teman saya ini bisa dimudahkan segala urusannya dan juga rejekinya berkah.
Oh yah, saya lama tidak bertemu dengan beliau.Baru setelah Idul Fitri kemarin, saya akhirnya bisa bertemu dengan beliau.
Katanya, beliau baik-baik saja tapi harus berobat. Melihat wajahnya yang pilu tapi tetap tabah mengurus anaknya yang keterbelakangan, saya pun dengan sepenuh hati ingin membantu beliau karena beliau pernah membantu saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H