Saya itu orang yang kurang suka makan bebek. Percayalah, pertamakali memakannya, saya merasa mual. Setelah itu, saya melupakan makanan ini dan lebih memilih ayam. Kalaupun teman saya mengajak makan di pinggir jalan dan  memilih makan bebek, maka saya lebih baik memilih ayam atau lele. Dua makanan itu lebih bersahabat di lidah saya dibandingkan dengan bebek. Saya pernah mencoba memakan bebek lagi dan hasilnya tetap saja tidak habis.
Tapi, semua itu berubah setelah Bebek Kaleyo menyerang. Saya datang kesini diajak teman. Tidak ada harapan apa-apa, saya lebih baik memilih makanan lain. Tetapi ketika saya melihat bebek yang dipanggang itu, saya merasa bebek di rumah makan ini terlihat begitu menggoda. Seperti Adam yang tak tahan melihat buah Khuldi. Berlebihan? Yah mau bagaimana lagi.
Aku memesan bebek bakar di restoran ini. Tapi bukan cuman bebek bakar, aku  pesan nasi merah, telur asin, sambal pepaya, dimsum,  dan juga jus mangga. Sajian ini tadinya aku pikir tidak akan habis. Karena kebetulan aku perut karet dan makanannya enak, jadi yah aku makan semua. Yang paling enak yah tentu saja bebek bakarnya. Bebeknya serasa enak di lidah. Tidak bikin mual kayak bebek yang pernah aku makan. Entah apa resep yang dimiliki oleh restoran ini.
Saya secara jujur sangat salut degan racikannya sehingga membuat bebek ini terasa nikmat. Mungkin kalau aku makan bebek lagi, aku tidak perlu ke restoran lain lagi. Cukup datang ke sini restoran Bebek Kaleyo saja.Sayangnya, di Bandung, baru ada satu, yakni di daerah belokan Pasir Kaliki ke Pasteur, dekat dengan Jalan Layang Pasopati. Tempat ini cukup jauh dari rumahku yang tinggal di Bandung Timur. Tapi tak apalah, lain kali mungkin aku akan kesini lagi..
[caption id="attachment_359654" align="aligncenter" width="300" caption="sedikit suasana (maaf suasana restorannya belum ketangakap kamera semua)"]
Selain alasan karena rasa daging bebeknya yang enak. Mungkin alasan lain aku datang ke restoran ini adalah tempatnya. Aku pikir, restoranitu umumnya dekorasi yang kurang menarik. Kurang menarik dalam pandangan saya, yakni terkesan terlalu mewah sehingga bikin orang seperti saya jadi segan.Tapi lain cerita dengan Bebek Kaleyo. Saya merasa seperti dekat dengan kampuang saya. Suasananya memang tidak mencorak pendesaan. Hanya beberapa hiasan, angin sepoi-sepoi dan tanaman yang merambat di bagian atap. Sementara meja makan terbuat dari kayu, dengan lampu warna kuning yang menggantung di atasnya. Saya seperti benar-benar lupa bahwa restoran ini ada di pusat kota. Saran saya kalau mau kesini, mungkin lebih enak bawa pasangan. Suasananya sangat romantis. hehehe
Oh yah, masalah harga di Bebek Kaleyo tidak terlalu mahal. Untuk satu bebek bakar, harganya sekitar Rp 24.500. Untuk harga bebek goreng juga sama. Tipe bebek yagn disajikan dengan cara lain harganya tidak jauh berbeda. Hanya saja, jika ingin memesan bebek utuh, Â perlu merogoh saku sampai Rp 95 ribuan. Sayangnya, aku sedikit lupa harga makanan lain. Maaf yah. Yah kurang lebih, bisa lah Rp 100 ribu makan disini dengan minuman dan yang lainnya. Kecuali kalau mau pesan bebek utuh, lain cerita hehe.
Jujur, saya tidak akan melupakan makan di tempat ini. Tempatnya yang romantis, makanannya yang enak, dan tidak lupa para karyawannya yang murah senyum akan membuat saya rindu untuk menginjakan kaki di tempat ini. Mungkin, Sabtu sore menjelang senja bersama kekasih tercinta bisa, bisa memilih makan bersama menikmati hidangan bebek yang enak rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H