Mohon tunggu...
Mulyanto
Mulyanto Mohon Tunggu... Guru - Guru di Sekolah Dasar

Bila berkenan, caraku tersenyum padamu anggaplah itu cinta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guru Relaban

8 Desember 2024   21:05 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahman terus berusaha. Kali ini dia melamar pekerjaan menjadi penjaga toko. Toko sembako milik haji Bahri. Alhamdulillah diterima. Dan, di pekerjaan mulia ini Rahman mendapatkan keberkahan. Bekerja tenang, hasil lumayan memuaskan. Pak haji suka dengan semangat, jujur, dan keuletan Rahman.

Gaji semakin meningkat, Rahman dan Raini makin gemuk. Adik Raini berkuliah jurusan PGSD. Rahman semringah melihat adiknya semakin berkilau. Apalagi tak terasa, tahu-tahu adiknya sudah akan wisuda.

Dan semuanya berjalan lancar. Selang seminggu dari Raini wisuda, Rahman bersujud Syukur karena adik tercintanya sudah diterima bekerja di sekolah SD tempat sang ayah dulu bekerja. Meski pun statusnya sukwan (istilah sukarelawan atau pra honorer gitu lah). sebenarnya lebih tepat adalah relaban atau rela berkorban. Karena guru sukwan ini ya banyak berkorban meski gajinya sukarela. Tapi pekerjaan adalah harga diri, dia segalanya meskipun gaji tak seberapa. Setiap bulan diberi 200-300 ribu sudah alhamdulillah.

Melihat adiknya berbaju rapi setiap pagi, cantik jelita hendak mengajar, Rahman bungah. Sang adik tak kalah berbunga-bunga. Baginya bertemu murid-murid, menyampaikan ilmu pelajaran di kelas, anak-anak senang, anak-anak tertawa berderai-derai itu sudah surga bagi Raini. Itulah hidup baru Rahman dan Raini kini.

Sampai suatu waktu kebosanan mendera Rahman. Dia berfikir bagaimana jika dia sendiri yang kuliah sambil bekerja menjaga toko, yang sejujurnya dia sudah naik jabatan menjadi supervisor toko itu dengan seorang saja anak buah.

Soal kuliah pak haji pemilik toko berkenan. Mendukung. Maka terjadilah perkuliahan kelas karyawan. Kuliahnya luamayan singkat karena kelas karyawan. Pokok dosen mengajar, mahasiswa mendengarkan dan bertanya dan mengerjakan tugas. Dan, tahu-tahu Rahman akhirnya pun lulus: wisuda. Saat Rahman Wisuda si Raini sudah naik level menjadi guru negara dengan istilah pe tiga ka. Dan juga kini Raini sudah menikah. Alhamdulillah.

Babak baru lagi bagi Rahman. Dia masih terngiang untuk melanjutkan misi mulia sang ayah: menjadi guru. Maka dengan berat hati pekerjaan menjaga toko dipamiti dengan sangat takzim. Pak haji memberi pesangon kepada Rahman. Rahman sangat hikmad menerima amplop putih yang agak gemuk itu. Rahman menerima pesangon seperti petugas pembawa baki paskibraka menerima bendera dari Bapak Presiden. Hebat!

Rahman pun mengajar di SD, SDN lain di pinggiran kota. Dari rumah ke SD naik motor sekira 20 menit. Rahman statusnya sukwan, persis sang adik memulai karir dulu. Harapannya ke depan naik level ke status pe tiga ka atau pe en es, gitu lah. Bismillah.

Hari-hari berlalu, pe tiga ka memang belum hadir, tapi jodoh sudah hadir. Ceritanya, cinta memang tak kenal tempat dan waktu. Saat Rahman pulang dari sekolah mampir shalat asar di masjid kabupaten, lah kok di shaf perempuan ada perempuan baru saja melepas mukenanya dan tak tahu kenapa terjadi, Rahman dan perempuan itu matanya bertabrakan, lumayan lama. Dan dari sana mereka jatuh cinta.

Cerita Rahman ke aku, untuk membuktikan itu cinta, Rahman ke masjid itu sebanyak tiga kali/tiga hari berturut-turut di waktu asar untuk memastikan bertemu dengan perempuan itu dan akhirnya betulan terjadi. Tiga kali mata mereka tabrakan dahsyat, lalu mengalir semuanya ke hati. Maka berkenalannya mereka, akhirnya mereka saling jatuh cinta. Si perempuan adalah pegawai swasta, penjaga toko sepatu merek ternama, lokasi di barat alun-alun kota.

Tak sudi mengulur tempo, Rahman melamar perempuan itu. "Dengan segala hormat, saya Rahman Rahim bin Amir Adil Agung berniat melamar Diana Eka Purnama, putri bapak. Saya berjanji akan membuat Diana bahagia dengan Ridha Allah subhanahu wa ta'ala." Begitu bunyi lamaran gentle man Rahman. Dahsyat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun