"Kalau terjadi apa-apa dengan Ibu gimana, Dek,"
"Huss. Sabar, Mas. Bismillah operasi ibu pasti lancar."
"Bener kamu Dek. Kita kadang harus utamakan keluarga daripada pekerjaan. Kantor kalau kehilangan pegawai besok lusa akan rekrut pegawai baru lagi dan kerjaan beres lagi. Tapi kalau pegawai kehilangan tangan atau kaki atau mati, atau kehilangan anggota keluarga, dia tak bisa mencari pengganti. Ibu kalau meninggal dunia sekarang aku nggak bisa membeli nyawa buatnya lagi meski uangku segunung ya kan, Dek."
"Istighfar Mas. Istigfar." Lalu kami sudah teleponnya.
Telepon ayah masih tidak aktif. Ya Allah.
Anak macam apa aku ini. Ibu sedang sekarat tapi aku sibuk mengurus pekerjaan.
Sebenarnya tanpa aku pun wisuda ini pasti tetap berjalan. Tanpa aku pun Pak Rektor akan tetap pidato dan mengukuhkan wisudawan.
Menyesal hati kenapa semalam tak pulang. Kutepuk dan kupijat-pijat dahiku. Berat rasanya. Pening.
Lalu HP mendengking. Bu Rosi, tetangga samping rumah di dusun menelepon.
"Kamu tidak pulang, Nak Nur. Ibumu sudah tidak ada, Nak."
... Â Â Â Â
Griya Amerta, 21 Juni 2021
*) Orang Sumenep bekerja di Surabaya, alumni SMA Muhammadiyah 1 Sumenep.