"Kamu harus memproduksi kesabaran yang melimpah. Didik dirimu jadi orang sabar. Besarkan hatimu agar nampung sesuatu yang nyaman dan tak nyaman dalam hidupmu. Jangan besarkan kepala yang hanya mau nerima enaknya saja. Keluargamu adalah tanggungjawabmu.Â
"Kalau rumah tanggamu oleng kamu yang salah. Kamu nahkoda gagal. Kalau bahteramu tenggelam kamu yang masuk neraka. Kamu harus berjiwa besar. Jangan macam-macam. Jangan sebut-sebut cerai lagi. Pikirkan masa depan anakmu. Dia harus punya masa depan gemilang melebihi kamu. Ingat. Mereka jangan terlantar hanya karena kamu diambeki istrimu. Mereka jangan masuk neraka hanya karena kamu lalai mendidik mereka. Pikir anak-anakmu. Jangan korbankan mereka.Â
"Keluargamu harus utuh kecuali Allah memisahkan kalian. Baru 5 tahun berumah tangga saja kok sudah mengeluh kok sudah patah semangat. Bapak yang sudah 30 tahun lebih menikah ini masih dicintai Ibumu tak karu-karuan, Jongben. Kamu harus punya cara yang jitu agar istrimu terus mencintaimu tanpa ngambek. Dulu aja kamu bisa meraih hatinya sampai kamu punya anak kan.Â
"Wes yang semangat. Jangan layu. Malu sama semut yang siang malam semangat. Malu sama nyamuk yang tak lelah ngisap darah. Wes. Maaf-memaafkan sama istrimu. Jangan bosan. Jangan cemen. Mohon pertolongan Allah."
Jongben menunduk. Bapak menepuk punggungnya cukup keras. Ben kaget.
"Duh Bapak?"
"Jangan diem. Kamu sanggup nggak?"
"InsyaAllah, Pak."
"Yasudah pulang sana. Besarkan hatimu. Maafkan istrimu. Ceraikan kalau dia selingkuh atau menyembah selain Allah."
---
Semoga bermanfaat.
Griya Amerta, 30/11/2020