Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pil Anti Hamil dan Lelaki yang Paling Kucintai

27 November 2020   08:45 Diperbarui: 27 November 2020   08:48 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: kknews.cc

Maukah kamu mendengarkan satu rahasia kecil tentang aku dan pacarku? Jika iya mohon jangan beranjak dulu. Dengarkan terus ceritaku. Dan, mohon jangan dulu jemu.

Aku adalah perempuan 30 tahun, sudah bersuami dan punya dua anak. si putri sudah SD kelas 5, taun depan naik kelas 6 dan satunya si putra taun depan sekolah SD. Suamiku orang yang baik, hanya saja dia belakangan ini suka mengabaikanku, mengabaikan keluarga kecil kami. Sudah 4 tahun ini.

Suamiku tak seperti dulu. Entahlah dia ke mana saja setiap malam hingga larut bahkan tak pulang. Aku tak yakin dia punya simpanan wanita lain. Dia itu setia. Tanggungjawab. Sejak pulang dari Thailand kami agak kurang harmonis sampai malam ini.

8 tahun lalu, saat sama-sama merantau ke Negeri Seribu Pagoda itu aku bagai ratu buat dia. Dan dia rajaku. Aku bagai bunga dan dia kumbangku. Tak ada jeda aku dihinggapi. Kini aku dianggurin.

Bisa dibayangkan. Malam Jum'at loh ini. Aku digantung bagai jemuran. Rasanya gimana gitu. Kalau bukan karena anak-anakku, dia sudah kudaftarkan ke pengadilan agama. Duh Gusti. Paringono sabar sak akeh-akehe nang atiku.

Jujur sambil menulis ini aku nangis loh, teman. Dada rasanya sesak memikirkan semuanya. Nyaris tak kuat. Tapi gimana lagi.

Namun semua ada hikmahnya. Kini beruntung di hidupku ada Mas Sori. Dia yang selalu ada untukku. Selalu mewarnai hampaku. Selalu menyelimuti gigilku. Selalu di hatiku. Ya meskipun hanya lewat telepon dan WA. Mas Sori adalah kakak kelasku semasa SMA dulu. Aku kenal dan jatuh cinta padanya saat dia kelas 2 aku kelas 1.

Kini biarkan suamiku abai. Biarin cintanya dihanyut ombak dan tak kembali. Aku punya Mas Sori dan kedua malaikat kecilku.

Mas Sori sangat perhatian padaku. Sangat beda. Aku, entah ini dosa atau tidak, aku tak peduli. Aku sekarang sangat jatuh cinta lagi padanya.

"Aku tak mau mendoakan suamimu mati, Dek Mav. Tapi semoga ada kesempatan kedua untuk aku bisa memiliki kamu seutuhnya," katanya Malam Rabu kemarin. Dia serius mengatakan itu. Aku merasakan betul getaran suaranya sampai dengan jernih di telingaku. "Aku sangat mencintaimu, Sayangnya orang," katanya lagi.

Aku ngakak di sini malam itu. Dan ini barusan dia hanya sebentar meneleponku. Katanya dia ada urusan di kantornya. Aku kangen sebenarnya sama dia. "Sayangnya orang baik-baik ya. Sana temeni anak-anakmu makan dulu," katanya tadi bakda maghrib. Aku mengiyai lalu kami udahan teleponannya. Dan kami tak berkomunikasi lagi sudah itu sampai selarut ini.

Kadang aku pingin lari gitu dari sini. Pingin menyeberangi pulau ini dan menemui Mas Sori di Bandung sana. Kami jauh raga tapi dekat hati. Ya Tuhan. Mohon tuntun hamba ke jalan bahagia. Berkali-kali aku bilang mau lari saja dari rumah. Tapi Mas Sori selalu melarangku. Apa dayaku. Orang yang paling kucinta kini menyuruhku sabar. Ya aku manut lah.

"Jangan ngawur Mavi sayangku. Tunggulah di Samarinda. Aku yang ke sana di waktu yang tepat. Sabarlah sayang," katanya dulu. Aku tenang kalau dia sudah bilang begitu.

Aku bahagia hanya dengan diumpan janji begitu. Sama dengan dulu saat SMA, dia pergi pipis ke kamar mandi dan aku diam-diam mengekor. Aku tahu Mas Sori lewat di depan kelasku untuk ke toilet. Lalu di lorong toilet yang sunyi dia merasa aku membuntuti maka dia mengerem. Dan saat itu aku diberinya ciuman. Manis. Lama. Takut. Aku diam dan dalam hati berterima kasih padanya. Tapi apa itu bentuk Mas Sori mengutarakan cinta padaku? Aku yakin iya. Lalu kami berpisah setelah itu. Mas Sori kuliah di UIN dan aku ikut Ibu ke pulau ini lalu aku dinikahkan. Dan aku merana malam ini.

Bagaimanapun kini aku rindu Mas Sori. Kamu coba bayangkan gimana rasanya jadi aku. Aku kangen kamu Mas Sori. Cepatlah jemput aku, Mas.

Oiya, Mas Sori itu orangnya nyenengin. Ngangenin. Aku sangat suka cara dia memperlalukan aku. Aku selalu terkesima dengan caranya mencintaiku. Sejak dulu. Dulu tahu-tahu di dalam tas cangklongku ada mawar merah. Tahu-tahu ad cokelat dengan sobekan kertas yang dibubui puisi. Seneeeeng rasanya.

Kini pun aku ya seneng. Tahu-tahu ada gamis cantik melayang dari Bandung ke Samarinda. Di lain waktu juga dipaketkan kerudung, sepatu, tas, dan pil anti hamil buatku. Ini yang aku tanyain, kok pakai pil anti hamil segala. Hehehe... Katanya biar aku nggak hamil lagi sama suamiku. Ada-ada aja. Padahal aku memang tak tak pernah disentuh suamiku sejak 4 tahun lalu.

"Jangan hamil lagi ya sayangnya orang. Mohon jaga diri kamu."

Aku menyanggupi permintaan mas Sori itu. Jahat nggak sih aku. Ah. Embuhlah!

Aku teramat sayang pada Mas Sori. Dia kini makin gemukan. Kariernya gemilang. Dan tampannya persis semasa SMA dulu. Hanya lebih gemukan aja.

Oiya. Aku ini yang suka jahat sama Mas Sori. Ceritanya gini. Kalau kami lagi teleponan dan tahu-tahu suamiku datang, maka aku dengan tangkas bilang ada macan. Ada macan! Dan kami sudahan teleponnya, seketika itu, bagaimanapun serunya, bagaimanapun mesranya kami teleponan.

Ya meskipun dia kadang nyebelin juga. "Donat gula," ucap Mas Sori lalu mutusin telepon kami, seketika itu, bagaimanapun serunya, bagaimanapun mesranya kami.

Itu terjadi kalau dia mungkin di sekitarnya ada istrinya. Beginilah cinta pertama kami. Semua punya penghalang. Mas Sori pun berjanji tak akan punya anak lagi. Sekrang dia punya dua anak juga. SD kelas 3 dan satuny TK. Dia katanya mau menghabiskan siswa cintanya bersamaku. Entah kapan.

Sementara ceritanya sampai di sini saja dulu ya teman. Lain waktu mohon sempatkan waktu kamu mendengarkan veritaku lgi ya. Bye. Assalamualaikum.

....

Semoga menghibur

G.Amerta, 27/11/2020

Salam sayang

Mulyanto (orang biasa saja asal Sumenep tinggal di Surabaya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun