Hidup itu, harus dipahami, hanya satu kali.  Tidak lebih. Perjalanan panjang/pendek hidup ini serbarahasia. Hanya  Allah Tuhan Yang Maha Esa yang tahu. Hidup ini yang jelas hanya satu  kali dan hanya sebentar saja. Maka apa yang perlu dipersiapkan? Adalah  bekal yang banyak. Yaitu iman kepada Allah SWT dan beramal sholeh.
Saya pernah menulis statas di WA dan FB begini: Hidup hanya sekali, maka selalulah berguna dan berbahagia.  Respon kerabat saya di dunia maya terkait status itu lumayan banyak dan  apik, banyak yang mengapresiasi. Memang kita harus sibuk berguna dan  berbahagia di dunia ini. Apapun di syukuri di sabari. Semua sudah  ditulis-Nya. Tak akan salah. Hidup harus berguna dan bahagia. Karena  hidup hanya sekali saja. Rugi jika hidup sekali-kalinya ini dibikin  ruwet dengan urusan duniawi yang sesungguhnya tak tahu itu berguna di  sisi mananya bagi kita.
Hidup itu, harus dipahami, hanya satu kali. Tidak lebih. Perjalanan panjang/pendek hidup ini serbarahasia. Hanya Allah Tuhan Yang Maha Esa yang tahu. Hidup ini yang jelas hanya satu kali dan hanya sebentar saja. Maka apa yang perlu dipersiapkan? Adalah bekal yang banyak. Yaitu iman kepada Allah SWT dan beramal sholeh.
Saya pernah menulis status di WA dan FB begini: Hidup hanya sekali, maka selalulah berguna dan berbahagia. Respon kerabat saya di dunia maya terkait status itu lumayan banyak dan apik, banyak yang mengapresiasi. Memang kita harus sibuk berguna dan berbahagia di dunia ini. Apapun disyukuri disabari. Semua sudah ditulis-Nya. Tak akan salah. Hidup harus berguna dan bahagia. Karena hidup hanya sekali saja. Rugi jika hidup sekali-kalinya ini dibikin ruwet dengan urusan duniawi yang sesungguhnya tak tahu itu berguna di sisi mananya bagi kita.
Dalam konteks ini, saya ingin mengajak kepada orangtua muda masa kini –zaman now. Ayo berguna dan berbahagia. Caranya adalah belajar menjadi orangtua yang seutuhnya. Harus disadari menjadi manusia berguna sangatlah tidak gampang –khususnya menjadi ayah dan ibu muda yang tidak ada sekolahnya, Anda langsung disebut ayah/ibu setelah melahirkan seorang bayi ke dunia ini tanpa ditanya terlebih dahulu Anda sudah siap apa belum. Maka belajar harus berkelanjutan hingga ke liang lahat.
Orangtua harus belajar menjadi orangtua. Harus. Belajar mendidik anak dengan baik, memberi teladan mulia, dan terpenting mewujudkan keluarga yang dirindukan surga. Yaitu anak sedewasanya menjadi anak yang sholeh-sholehah.
Kenapa orangtua harus mewujudkan anak yang shaleh atau shalehah? Karena yang bisa dibawa mati hanya ada tiga. Yaitu sedekah jariya, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh/shalehah. Mati tidak membawa harta yang melimpah.
Ayah, Ibu, saudaraku semua! Anak bacakan buku sedari kecil supaya ia cinta ilmu hingga besar. Pintarkan ia dengan ilmu agama, matematika, teknologi, dan ilmu pengetahuan (otak) lainnya. Tapi jangan lupa pintarkan juga anak dalam mengelola hatinya. Jadikan ia manusia yang lembut hati: peramah, penyabar, pandai bersyukur dan menyejukkan pandangan.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H