Pak Tjip, Jenengan memukau. Menulis semua aspek kehidupan, sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dan banyak sekali. Saya merenungi tulisan-tulisan beliau meski jarang (cuma pernah) menilai atau berkomentar beberapa kali, takut dikatain sok sama yang lain, karena secara lahiriah belum pernah bersua. Hehe..
Saya merenungi pesan Jenengan, bahwa manusia itu tidak cukup pintar otak, tetapi harus pintar hati. Karena pintar otak kadangkala memelintir persoalan dengan kepintarannya sehingga mengakibatkan kemungkaran. Lihat banyak orang / pejabat/ penguasa dan pengusaha yang berseliweran di gedung KPK, karena korupsi. Artinya banyak orang pintar justru yang melanggar hukum. Sehingga renungan saya disempurnakan dengan tulisan Pak Tjip yang berjudul JUDUL KEHIDUPAN, bahwa pendidikan kita (Indonesia) hanya sekulit ari, ia amat dangkal dan tidak menjamah aspek nurani.
Memang, kalau saya renungi tulisan-tulisan beliau, maaf, tidak semuanya kami akses, saking banyaknya dan dengan serba keterbatasan fasilitas internet kami. Saya acap terenyuh.
Misalnya tulisan Pak Tjip berjudul [My Diary] Utang Sebungkus Rames Belum Dibayar yang ditulis 12 Apr 2016 | 12:58, sudah diaca Dibaca : 636 dengan Komentar : 42 dan Rating :29 (dilansir: 16 Mei 2016 pukul 2:19 PM), sangat kaya makna.
Saya menadaburi cerpen renungan Jenengan bahwa kita saat susah begitu dekat dengan Sang Kuasa, sementara saat senang suka abai. Ini bunyinya: Waktu hidup sudah nyaman, rasa syukur sudah mulai meluntur, Banyak hal yang dulu disyukuri pagi siang dan malam, Kini seakan tidak penting lagi.
Sementara ada tulisan lain yang benar-benar membangkitkan nurani saya untuk menulis dan berguna bagi khalayak, khususnya orangtua seputar pendidikan anak. Saya ingatkan barangkali Pak Tjip lupa, ini yang jenengan tulis: Sikap Terlalu Keras Orang Tua Penyebab Anak Jadi Pembohong pada 23 Maret 2016 06:00:06 Diperbarui: 23 Maret 2016 10:26:23 yang sudah dibaca: 1,382, dikomentari: 60, dan dinilai: 49. (dilansir: 16 Mei 2016 pukul 2:19 PM).
Pesan Jenengan yang begini: Rekaman Perbuatan Orang Tua Terhadap Anak akan Tinggal Permanen Segala nasihat, petuah ataupun kotbah mengebu gebu dan muluk muluk akan dilupakan oleh anak anak, seiring dengan perjalanan waktu, Tetapi perbuatan kita terhadap anak akan direkam dalam memorinya. Dan rekaman ini akan tinggal permanen hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu, dari pada sibuk berpidato di hadapan anak anak dengan mengutip kata kata bijak sana sini, adalah jauh lebih baik memberikan satu contoh yang patut diteladani oleh anak anak kita. Karena satu teladan yang baik jauh lebih bernilai dari seribu kotbah.Telah memecut saya untuk melahirkan artikel-artikel pendidikan anak.
Saya rasa ini penting, mengingat kami juga belajar menjadi orangtua baik. Putra kami Mulia Dirgahayu Mahardika yang lahir 17 Agustus 2015 siap masuk surga jika kami bijak, tapi jika salah, Naudzubillah. Semoga Allah selalu membimbing kami.
Pak Tjip yang Bijak, Biar genap, mohon cermati agregat kulo lan panjenengan di Keluarga Besar Kompasiana ini.
Memang, siapa kulo. Kulo jauh dari Panjenengan, Pak Tjip. Memang, semoga kulo atau kami dapat terus Jenengan kalahkan. Supaya kami yang muda-muda ini tidak takabur. Yang jelas, semoga saya dan yang lainnya mampu meneladani keberpihakan Jenengan untuk berguna bagi sesama, tulisan yang selalu menyentuh sisi sanubari pembaca, menyejukkan, diiindukkan, dan mencerahkan. Aamiin