Excess (Kelebihan): Menggambarkan perilaku yang melampaui batas wajar dalam satu aspek. Dalam konteks kepemimpinan, kelebihan ini bisa berujung pada perilaku yang tidak etis atau berbahaya.
Mean (Keseimbangan): Merupakan posisi yang ideal, di mana perilaku pemimpin berlandaskan pada kebajikan moral. Keseimbangan ini menunjukkan sikap yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan keputusan yang bijaksana.
Deficiency (Kekurangan): Menggambarkan perilaku yang kurang dari yang seharusnya. Dalam konteks ini, pemimpin yang kekurangan kebajikan akan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang baik dan mungkin tidak dapat menghadapi tantangan dengan efektif.
2. Diagram Moral Virtue
Membagi berbagai emosi dan tindakan ke dalam tiga kategori yang berlawanan, menekankan pentingnya menemukan keseimbangan dalam tindakan dan perilaku. Berikut adalah beberapa contoh yang mungkin ada dalam diagram tersebut: Â
- Rashness (Tindakan Tergesa-gesa): Kelebihan dalam ketidakpastian, di mana pemimpin bertindak terlalu cepat tanpa pertimbangan yang matang.
- Courage (Keberanian): Keseimbangan yang ideal di mana pemimpin mampu menghadapi ketakutan dengan percaya diri.
- Cowardice (Pengecut): Kekurangan dalam keberanian, di mana pemimpin menghindar dari tantangan dan tidak berani mengambil risiko.
- Licentiousness/Self-Indulgence (Sikap Tidak Bermoral): Kelebihan dalam kesenangan, di mana pemimpin hanya fokus pada kesenangan pribadi dan mengabaikan tanggung jawab.
- Temperance (Kesederhanaan): Keseimbangan dalam menikmati kesenangan, di mana pemimpin mampu mengendalikan diri dan bertindak dengan bijak.
- Insensibility (Ketidakpedulian): Kekurangan dalam merasakan atau berempati terhadap kesenangan atau rasa sakit, di mana pemimpin tidak sensitif terhadap keadaan orang lain.
Aristoteles membuat kontribusi besar dalam bidang logika dengan menciptakan silogisme, suatu bentuk penarikan kesimpulan dari premis umum tentang hal-hal khusus. Contohnya adalah pemyataan seperti "Setiap manusia pasti akan mati" dan "Dia adalah manusia," yang digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa "Dia pasti akan mati." Aristoteles mengemukakan bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh melalui induksi (berdasarkan kasus-kasus khusus) dan deduksi (melalui silogisme).
1. Â Filsafat Teoretika:
Aristoteles membagi kosmos menjadi dua wilayah yang berbeda, sub lunar ( di bawah bulan, misalnya bumi) dan wilayah di atas bulan (planet dan bintang). Dia percaya bahwa jagat raya bersifat terbatas, berbentuk bola, dan kekal, sementara bumi terdiri dari empat unsur: api, udara, tanah, dan air.
2. Matematika: Aristoteles menekankan pentingnya logika dan analisis dalam matematika, menyatakan bahwa logika hams diterapkan di semua bidang ilmu, termasuk matematika. Gagasannya tentang silogisme dan pembuktian matematika dijelaskan dalam karya-karyanya yang baru ditemukan setelah kematian Aristoteles.
3. Metafisika: Fokus pada pertanyaan ten tang benda dan bentuk, di mana bentuk dianggap sebagai pengganti ide Plato. Aristoteles erpendapat bahwa benda dan bentuk tidak dapat dipisahkan; bentuk memberikan kenyataan pada benda.
4. Filsafat Praktis (Tentang hidup kesusilaan):Â