Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Wayang Kardus Berwajah Monyet

13 Mei 2020   13:12 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:56 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuserahkan buku yang dimaksud, tanpa berani menatap wajahnya. Khawatir dia bisa membaca sebaris harapan di mata ini. Ya, aku berharap Rian tidak cepat-cepat pulang.

"Secepetnya gue balikin. Ummm, boleh nggak, kalo gue beli satu wayang-wayangan ini? Berapa harganya?"

Pertanyaan Rian membuatku jadi gugup. Ingin memberinya secara cuma-cuma, tetapi takut dimarahi bapak. Menerima bayaran, juga tak enak hati. Cowok pendiam satu ini sudah sering memberiku fotokopian gratis.

"Ambil aja, nggak usah bayar. Ini yang udah jadi. Emang buat apaan, sih? Kek anak kecil aja, lu!" Akhirnya, kalimat itu yang terucap. Soal bapak, bagaimana nanti saja.

"Hahaha, kepooo."

"Dih, gitu!"

"Hahaha, nanti gue ceritain. Sekarang, gue pamit dulu. Makasih ya."

***

Beruntung bapak diam saja, saat kukatakan ada teman yang minta wayang-wayangannya. Padahal aku sudah menyiapkan jawaban, andai beliau marah. "Siapa tau mo dibikin viral. Bapak pasti bangga, dong." Begitu kira-kira. Itu jauh lebih sopan daripada aku bilang, "Mainan jelek aja diributin."

Apa yang kukhawatirkan tidak terjadi. Rian tidak menjauh. Semua berjalan biasa-biasa saja seperti semula. Dia masih jadi cowok pendiam yang sulit ditebak. Perhatian, tetapi bukan hanya padaku. Karenanya, aku tidak berani merasa istimewa. Apalagi banyak teman di sekolah yang suka pada Rian. Si ganteng yang kalem, pinter dan jagoan basket.

Semua perasaan yang sempat tumbuh, kupendam dalam-dalam, sebelum menjalar liar tak karuan. Aku harus tahu diri daripada sakit hati, lantaran cinta yang bertepuk sebelah tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun