Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Balada Sepiring Bihun Goreng

4 Mei 2020   14:01 Diperbarui: 4 Mei 2020   13:53 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Balada Sepiring Bihun Goreng

"Semua jadi tiga belas ribu, Bu." Yu Sri, pedagang sayur langganan kami, selesai menghitung belanjaan Bu Mina. Kulihat dia membeli tahu, cabai, bawang, tomat dan kerupuk siap santap.

"Ini, Yuk." Bu Mina menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan. Sembari menunggu Yu Sri memberikan uang kembalian, dia berkata, "Bu War kok, tumben belanjanya sedikit? Biasanya sampe dua plastik."

"Iya, soale nanti sore saya mau diajak anak-anak buka puasa di mall. Masak buat sahur aja," jawab wanita paruh baya itu dengan logat Jawa yang kental.

"Wah, enak ya, bisa bukber di mall. Saya udah lama banget nggak bisa makan-makan di mall, lagi prihatin."

Kuperhatikan wajah Bu Mina,  tidak ada gurat-gurat kesedihan di sana. Malah tampak ceria untuk orang yang mengaku sedang prihatin. Aku menduga, pasti Bu Mina wanita yang tabah dan sabar. Atau, keprihatinannya itu telah berlangsung lama, hingga membuat dia terbiasa.

"Masak begini aja, masya Allah saya udah bersyukur banget. Alhamdulillah, kalo kita pintar bersyukur, apa aja tetep nikmat," katanya lagi. Entah ditujukan pada siapa ucapannya itu. Barangkali sedikit tausiah untuk kami semua.

Tidak ada yang menanggapi ocehannya. Bu War yang semula ditanya, hanya tersenyum tipis. Sebagai warga baru, aku bingung harus berkata apa.

"Kalo ngolahnya mantep, bisa jadi maknyus kok, Bu." Akhirnya kalimat basa basi itu yang terlontar.

Biasanya ibu-ibu yang berkumpul di tukang sayur ramai membicarakan segala hal. Dari harga sembako yang terus melonjak, sampai gosip. Dari gosip artis, sampai tetangga sendiri. Kali ini tidak begitu,  mungkin karena sedang berpuasa. Mereka menahan diri dari berghibah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun