Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sepenggal Cinta yang Tersesat

16 April 2020   21:08 Diperbarui: 16 April 2020   21:25 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Han, bulan April selalu membawa kebahagiaan tersendiri. Banyak peristiwa manis dalam hidupnya terjadi di bulan keempat ini. Salah satunya, pertemuan pertama dengan Ryukie di sebuah klub kebugaran ternama ibu kota tahun lalu. Ulang tahun mantan kekasihnya itu dan tanggal mereka memutuskan resmi berpacaran, semua jatuh di bulan yang sama. April.

Termasuk senja ini, sepenggal hari di bulan April yang masih diguyur hujan. Setelah berhasil mengabaikan gengsi, Han mengajak Ryukie untuk bertemu di caf favorit mereka. Tidak disangka-sangka, ajakannya ditanggapi manis oleh sosok yang pernah jadi pujaan hati. Membuat laki-laki bertubuh atletis itu berharap, hubungan cinta yang terputus selama tiga purnama bisa kembali terjalin.

"Oke deh, aku setuju kita ketemuan di sana. Hmmm, kebetulan ada yang aku pingin omongin langsung." Begitu jawaban lembut Ryukie saat Han menelponnya dua hari lalu.

"Mudah-mudahan aja, bukan mau ngundang aku ke ... ke pernikahan kamu," harap Han dengan nada galau yang tak dapat ditutup-tutupi. Suaranya parau dan sedikit tersendat. Dia tengah berada dalam ambang sukacita sekaligus cemas.

"Hahaha. Bukan, bukan! Belum kepikiran sejauh itu, Han. Aku masih jomblo, kok," balas Ryukie riang. Sama sekali tak terdengar suaranya meninggi penuh emosi seperti terakhir kali mereka bertengkar.

Laki-laki usia 28 tahun dengan garis rahang tegas itu seolah mendapat angin segar. Peluang untuk kembali mereguk bahagia bersama Ryukie masih terbuka lebar.

"Syukur, deh. Aku jadi nggak sabar nunggu besok lusa. Kangen banget sama kamu. Thanks ya, Babe. See you." Kalimat Han berubah, terdengar sedikit lega. Dia tetap mengucapkan 'muah-muah' dengan mesra, sebelum menutup percakapan. Namun dari seberang sana, tidak ada balasan serupa seperti sediakala.    

Perjalanan dari Depok menuju caf di kawasan Senayan, menyeret pikiran Han ke pusaran masa-masa indah. Rute yang sama pernah berkali-kali dia lintasi bersama kekasih tersayang.

"Come on, be my baby, come on. Come on, be my baby, come on. I'm in love with your body ...."

Han bersenandung ceria, melantunkan lirik lagu Shape of You yang dulu kerap dinyanyikan bersama Ryukie. Bahu tegap pria macho itu bergoyang ringan, mengikuti irama musik dari perangkat audio mobil.

Bak lazimnya sekeping hati yang tengah bernostalgia, semua kenangan yang tersimpan rekat, seakan kian padat. Sangat memikat untuk diingat. Tak hanya bersarang di kalbu, tetapi juga berhimpun di celah-celah pembuluh otak, lalu setia hadir di setiap detak. Menjadi sedemikian sulit bagi pria itu untuk melenyapkannya begitu saja dari pikiran. Kemudian kini, hujan yang tak seberapa deras, membuat deretan memori semakin terpapar jelas. Momen pahit dan manis merebut saling melintas.

Cinta yang Han miliki memang berbeda dari pria-pria pada umumnya. Banyak perempuan cantik dan seksi berkumpul di klub tempat dia bekerja. Di antara mereka, tidak sedikit yang--bahkan tanpa malu-malu--menyatakan ketertarikan. Entah sebab adanya benih-benih cinta, atau sekadar mencari sensasi kenikmatan sesaat atas nama suka sama suka saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun