"Kau akan hidup hanya dengan bergelimang cinta, bukan harta. Hinaan pasti mendera. Bahkan mungkin tanpa jeda. Sanggupkah?" tanyamu dengan tatapan paling kusuka. Teduh.
Aku belum kehabisan logika, Sayang. Tentu saja ada yang tidak bisa kita tebus dengan cinta. Namun, masih ada bahu untuk memikul beban bersama. Masih ada tangan yang bisa saling genggam, mengalirkan segenap kekuatan. Aku yakin, kita bisa melewati badai terdahsyat sekali pun.
"Love will keep us alive."
Kau senandungkan sebaris lirik lagu kesukaan. Pelan, tetapi jelas terdengar. Menyeret ingatanku pada percakapan pertama kita. Eagle benar, katamu saat itu. Cinta akan membuat kita bertahan hidup.
Kau pun tersenyum.
Pada senyummu itu aku melihat sebuah keyakinan terbit. Memancar terang. Membawa selaksa sukacita kian menjulang, menembus langit harapan.
Masihkah menginginkanku jadi pendampingmu?
Kusuarakan lagi pertanyaan yang sama. Di mana pun, perempuan  butuh kepastian.
Kau mengangguk mantap. "Tentu saja, Sayang."
Hening.
Keriuhan telah berpindah ke hati kita. Seketika semburat semringah menghias langit jiwa. Lihatlah, semudah itu kita melewati celah masalah. Bukankah semua ini karena kekuatan cinta?