Penduduk setempat memburu cenderawasih dengan menembaknya dengan panah tumpul untuk melumpuhkan burung. Diintip dari bawah pohon. Burung itu datang saat matahari terbit, bergerombol, menari-nari, pada saat itulah burung ditembak hingga terjatuh, dibunuh tanpa merusak bulu dan tidak dikotori oleh setetesan darah.
Kemudian cenderawasih diawetkan dengan cara memotong sayap dan kakinya, kemudian menguliti tubuhnya sampai ke paruh. Memasang kayu kecil untuk menegakkan tubuh burung, kemudian diisi dedaunan ke dalam tubuh burung tersebut. Terakhir tubuh cenderawasih dibalut dengan sabut kelapa kemudian diasapi di atas perapian agar bulunya tetap seperti aslinya.
Pengembaraan selama delapan bulan di Papua, Wallace berhasil mengumpulkan 18 jenis burung Cenderawasih yang dicatat secara rinci karena dianggap paling menarik dan indah seperti: Paradisea apoda (burung surga tanpa kaki), Paradisea regia (Raja burung surga), Diphyllodes speciosa, Pardisea papuana Bechstein (Cenderawasih kecil), Paradisea rubra Viellot (Cenderawasih merah), Lophorina atra (Cenderawasih kilap/Cenderawasih kerah), Parotia sexpennis (Cenderawsih emas atau Cenderawasih bertungkai enam), dan Epimachus magnus (Cenderawasih ekor panjang). Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H