Perguruan tinggi yang lebih kuat di bidang sains biasanya mendapatkan kesempatan dan dana yang lebih besar dari pihak eksternal dibanding perguruan tinggi yang lebih fokus di bidang sosial. Belum lagi, kebanyakan lembaga yang melakukan ranking perguruan tinggi jarang sekali memasukan faktor pengajaran. Padahal faktor ini sangat penting dalam menentukan kualitas pendidikan di sebuah perguruan tinggi.Â
Setiap perguruan tinggi tentunya memiliki tujuan, misi, dan keunikan masing-masing. Ranking perguruan tinggi seringkali mengenyampingkan hal ini. Semua perguruan tinggi dianggap seragam sehingga dinilai dengan cara yang sama. Keberagaman perguruan tinggi jarang mendapat ruang. Mereka pada akhirnya dipaksa untuk menyamai model institusi tertentu, perguruan tinggi dengan ranking terbaik. Perguruan tinggi dengan karakter yang tak selaras dengan apa yang menjadi fokus ranking, sudah pasti akan tersisih.Â
Bijak dalam melihat dan menggunakan ranking untuk melihat kualitas institusi dan pendidikan tinggi menjadi sebuah keharusan. Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat bisa tetap menggunakan ranking sebagai acuan. Akan tetapi, harus kritis dengan memastikan ranking tersebut transparan dan akuntabel pada kriteria yang digunakannya.Â
Lebih baik lagi jika sistem ranking yang dibuat pemerintah saat ini ditingkatkan dengan menjunjung prinsip keterbukaan, komprehensif, adil, dan akomodatif terhadap keragaman perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Jika saat ini pemerintah menggunakan klasifikasi perguruan tinggi dan politeknik dalam melakukan pemeringkatan, kedepannya bisa dibuat lebih spesifik misal berdasar jenis institusi (dari universitas sampai sekolah tinggi) dan bidang disiplin ilmu. Yang tak kalah penting, peningkatan kualitas berdasar ranking juga harus tampak dan dapat dirasakan langsung baik oleh civitas akademika di perguruan tinggi tersebut, masyarakat, maupun pemerintah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI