Mohon tunggu...
Taufik Mulyadin
Taufik Mulyadin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pembelajar sepanjang hayat

Pendidik di Tatar Sunda

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kunjungan Obama ke Masjid Baltimore: ‘You Fit in Here’

6 Februari 2016   23:02 Diperbarui: 7 Februari 2016   04:10 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya setelah penantian[caption caption="(http://www.chicagotribune.com/news/nationworld/ct-obama-baltimore-mosque-20160203-story.html)"][/caption] panjang, Obama sebagai Presiden Amerika memenuhi permintaan para pemuka komunitas Islam Amerika untuk menyampaikan langsung di hadapan Muslim-Amerika soal pandangan dan posisinya sebagai pemimpin. Pada hari Rabu tanggal 3 Februari 2016 jam 1 siang waktu setempat, Obama melakukan kunjungan resmi sebagai Presiden ke Mesjid Baltimore, Amerika. Ini kali pertama kunjungannya ke mesjid selama karirnya menjadi Presiden Amerika selama dua periode. Bisa dibilang, Obama telah menorehkan sejarah baru dalam hubungan Muslim-Amerika dan pemerintahan. Kunjungan tersebut dihadiri oleh banyak pemuka Islam di Amerika dan masyarakat Muslim-Amerika lainnya. Obama pun disambut hangat oleh mereka yang hadir dalam momen bersejarah ini.

Isu Islamphobia tengah hangat (kembali) di Amerika. Terlebih setelah salah satu bakal calon Presiden Amerika, Donald Trump, dalam banyak kampanyenya mengklaim bahwa Islam adalah sumber masalah di dunia termasuk di Amerika sehingga dia mengusulkan agar pemerintah melarang Muslim masuk Amerika. Rangkaian terorisme sejak peristiwa 9/11 tahun 2001 sampai bom Boston tahun 2013 termasuk keberadaan ISIS dijadikan dasar akan klaim tersebut. Sontak, klaim sepihak ini pun mendapat banyak kritikan, tapi tak sedikit pula yang mendukungnya. Komunitas Muslim-Amerika pun terkena imbasnya dan khawatir akan nasib mereka di masa yang akan datang. Dalam pidatonya selama 45 menit, Obama berupaya untuk mengkounter isu ini dan meyakinkan bahwa Muslim-Amerika memiliki kesetaraan dan hak yang sama.

Obama, dalam pidatonya, menyampaikan bahwa Muslim telah banyak berkontribusi bagi Amerika. Eksistensi Muslim dalam olah raga, arsitektur, pemerintahan, militer, pendidikan, kesehatan, teknologi, pelayanan publik, dan bidang lainnya menjadi bukti bahwa Muslim turut membangun dan menjaga kebebasan Amerika. Dia juga menjelaskan bahwa bagaimana Islam dan Muhammad SAW mengajarkan nilai-nilai kebaikan termasuk soal toleransi. Bahkan, Islam telah menginspirasi berdirinya Amerika.

Dia menceritakan bahwa Jefferson dan John Adams sebagai founding fathers Amerika memiliki salinan Al-Qur’an berbahasa (terjemah) Inggris dan menerapkan nilai-nilainya saat mendirikan Amerika. Hubungan antara Al-Qur’an dan pendiri bangsa (founding fathers) Amerika telah teruji secara ilmiah dan tertuang diantaranya dalam buku “Thomas Jefferson’s Qur’an: Islam and The Founders” karya Denise Spellberg dan studi universitas Oxford bertajuk “The Jefferson Qur’an (lihat http://www.oxfordislamicstudies.com/Public/focus/essay1009_jefferson.html).   

Obama berpandangan bahwa tindakan terorisme yang selama ini disematkan pada umat Islam itu ulah ‘oknum’ ekstrimis yang mengatasnamakan Tuhan. Jadi tidak bisa untuk melabeli seluruh pemeluk agama Islam. Tindakan kriminal atau kekerasan atas nama agama bukan terjadi di era ini dan Islam saja, tapi sudah terjadi sejak lama dan pada agama lainnya juga. Oleh karena itu, Obama mengajak Muslim di Amerika untuk terbuka dan bersama memberi pengertian yang benar pada masyarakat Amerika lainnya soal Islam dan Muslim. Sekaligus bersama mencegah agar oknum-oknum ekstrimis tidak berulah kembali membuat kekacauan.

Di tengah pidatonya, Obama menegaskan bahwa Muslim jangan pernah percaya pada mereka yang mengklaim Muslim harus memilih identitasnya antara ‘Muslim’ atau ‘Amerika’. “You fit in here”, sambung Obama sebagai bentuk dukungannya akan keberadaan Muslim di Amerika. Dengan nada meninggi Obama mengutarakan khususnya tertuju pada pemuda Muslim yang hadir, “Kalian bukan saja Muslim atau warga Amerika, kalian Muslim dan sekaligus warga Amerika”. Pernyataaan Obama soal kontribusi Muslim Amerika dan dukungaannya akan kesetaraan dan kebebasan beragama untuk Muslim menjadi bagian yang paling mendapat perhatian dan riuh tepuk tangan dari mereka yang hadir (lihat video).  Obama menutup pidatonya dengan ucapan, “May God's peace be upon you.  May God bless the United States of America. Thank you very much, everybody”.

Momen bersejarah yang dilakukan Obama ini menuai beragam tanggapan dari Muslim-Amerika. Ada yang menanggapinya dengan optimis, tapi ada pula yang pesimis. Mereka yang pro menganggap bahwa kedatangan Obama sebagai Presiden Amerika membawa angin segar bagi Muslim-Amerika. Pengakuan, dukungan, dan apresiasi yang diberikan Obama sebagai orang nomor satu di Amerika kepada Muslim diharapkan menjadi bentuk respresentasi dari pemerintahan yang kemudian diaktualisasikan dalam kebijakan dan programnya. Niat baik Obama ini patut diberikan apresiasi dan membawa harapan baru bagi masa depan Muslim-Amerika.

Mereka yang kontra menganggap kunjungan itu ‘too little too late’. ‘Too little’ karena hal ini dilakukan di penghujung masa jabatannya sebagai Presiden. Jadi, aktualisasi dan implementasi dari apa yang disampaikannya akan sangat bergantung siapa yang akan menggantikannya. Jika yang terpilih orang yang kontra dengan pendapatnya, maka kunjungan Obama tersebut jadi tak bermakna. Walaupun Presiden yang terpilih berasal dari partai yang sama dengannya dan/atau sependapat dengannya, belum tentu pemaknaan dan implementasinya akan sama. ‘Too late’, selain terjadi di penghujung masa jabatan, kunjungan tersebut dipertanyakan kenapa tidak dari dulu terjadi. Tuntutan Muslim-Amerika akan kehadiran Presidennya di tengah mereka sudah lama disampaikan, tapi Obama selama menjadi Presiden Amerika selama dua periode, sebelum kunjungan ke mesjid Baltimore, tidak kunjung memenuhinya.

Banyak yang menuding kunjungan tersebut lebih bernuansa politis. Kunjungan tersebut ditujukkan untuk menggiring Muslim-Amerika mendukung  dan kemudian memilih salah satu calon Presiden, tentu dari partai Obama bernaung, Partai Demokrat. Selain itu, kunjugan itu dianggap sebagai upaya ‘pencitraan’ pada warga Amerika dan bahkan dunia bahwa partainya menjamin kemerdakaan warganya termasuk dalam hal beragama dan agama bukan sumber masalah (terorisme) yang saat ini terjadi. Dalam sebuah poling yang dilakuan oleh The Pew Research Center, 66% warga Amerika yakin bahwa aksi terorisme dilakukan oleh pihak tak bertanggungjawab yang menyalahgunakan agama. Hanya 22% saja yang menyatakan bahwa agama yang memang mengajarkan terorisme. Jadi, bisa dibayangkan efek dari kunjungan Obama kemarin pada popularitas dan elektabilitas calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Kebijakan luar negeri semasa Obama menjabat sebagai Presiden tak sedikit yang merugikan terutama Muslim dunia. Sebut saja lanjutan program drone yang telah dimulai pada masa Bush, Arab spring, dan perang suriah menjadi contoh kebijakan luar negeri di bawah kepemimpinan Obama yang telah banyak menumpahkan darah umat Islam. Oleh karenanya, sebagian Muslim mengkritik kedatangan Obama di Masjid Baltimore yang disambut hangat dan terbuka oleh Muslim. Mereka menganggap apa yang diucapkannya dalam pidato bertolakbelakang dengan kebijakan yang dibuatnya bersama pemerintah.

Kedua pandangan, pro dan kontra, sebagai respon atas kunjugan Obama sangat berdasar dan dapat diterima. Keduanya diperlukan dan lumrah terjadi terutama di tanah Paman Sam yang menjunjung demokrasi. Dukungan diperlukan agar adanya harapan dan optimisme sekaligus upaya bersama supaya kebebasan dan keterbukaan di Amerika tetap terjaga. Lebih dari itu, eksistensi Muslim-Amerika yang makin diakomodir oleh pemerintah diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada internal Muslim-Amerika sendiri dan Muslim dunia juga. Kritik juga diperlukan agar pemerintahan terus dikawal, memastikan mereka bekerja pada prinsip keadilan, terbuka, setara, dan menempatkan kepentingan publik sebagai prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun