Mohon tunggu...
Mulyadi Handoko
Mulyadi Handoko Mohon Tunggu... Freelancer - Rasa yang terkuak

Setiap detik menit jam hari bulan tahun semua berproses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Pendidikan dan Kebutuhan Psikologis Anak: Ketika Orang Tua Terlalu Irit Mengorbankan Kesenangan Anak

11 September 2024   16:15 Diperbarui: 11 September 2024   16:17 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KAMERA REDMI NOTE 13 PRO/dokpri

Pendidikan sering kali dianggap sebagai kebutuhan utama dalam membesarkan anak, dan banyak orang tua rela mengorbankan sebagian besar penghasilan mereka untuk membayar biaya sekolah, les privat, dan kebutuhan akademis lainnya. Namun, di tengah komitmen finansial yang signifikan terhadap pendidikan, sering kali terdapat ketidakselarasan dalam pandangan mengenai kebutuhan lain yang dianggap "sekunder" oleh orang tua, seperti uang jajan. Hal ini menimbulkan dilema bagi anak-anak yang, meskipun pendidikan mereka terjamin, merasakan ketidakpuasan emosional karena keterbatasan akses terhadap kesenangan sederhana seperti jajan makanan yang mereka inginkan.
Fenomena ini mencerminkan pola pikir yang terlalu pragmatis, di mana orang tua lebih memprioritaskan barang-barang atau kebutuhan material yang terlihat "berharga" di mata mereka, seperti barang-barang mewah atau investasi jangka panjang, dan mengabaikan kebutuhan psikologis anak yang tidak kalah penting. Padahal, keinginan anak untuk jajan dan menikmati makanan enak tidak hanya tentang memenuhi hasrat konsumerisme, tetapi juga merupakan bagian dari proses sosial dan pengalaman emosional. Anak yang melihat teman-temannya bisa bebas memilih makanan yang mereka suka mungkin akan merasa tertinggal, bahkan rendah diri, jika orang tuanya secara konsisten menolak memberikan uang jajan dengan alasan bahwa pengeluaran tersebut tidak penting.

Orang tua yang terlalu irit terhadap uang jajan anak sering kali beranggapan bahwa hal tersebut adalah bentuk pengendalian atau pengajaran disiplin dalam hal keuangan. Namun, perlu diingat bahwa disiplin finansial tidak harus diterapkan dengan cara menekan kebutuhan anak yang bersifat emosional dan sosial. 

Ada keseimbangan yang harus dicapai antara memberikan batasan pengeluaran dan memberi ruang bagi anak untuk menikmati hidup. Terlalu membatasi uang jajan anak bisa berdampak negatif pada perkembangan sosial dan psikologis mereka, menciptakan rasa kecemburuan, ketidakpuasan, atau bahkan menanamkan pola pikir yang salah tentang keuangan dan kebahagiaan.

Dalam konteks ini, pendekatan yang lebih bijaksana adalah memperlakukan uang jajan sebagai bagian dari pendidikan keuangan yang seimbang. Orang tua dapat memberikan jumlah uang yang cukup, sesuai kebutuhan, dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana mengelola uang tersebut secara bijaksana. Dengan demikian, anak akan belajar nilai uang tanpa harus merasa terkekang dalam menikmati hal-hal kecil yang menyenangkan, seperti jajan makanan favorit.

Kesimpulannya, orang tua perlu menyadari bahwa selain pendidikan formal, kebutuhan emosional dan sosial anak juga harus dipertimbangkan. Membatasi akses anak terhadap uang jajan secara berlebihan demi alasan irit atau untuk memenuhi kebutuhan material lainnya dapat merugikan perkembangan anak dalam jangka panjang. Memberi ruang bagi anak untuk menikmati hal-hal kecil seperti jajan bukanlah tindakan boros, melainkan bagian dari proses belajar hidup yang seimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun