Pahlawan tanpa tanda jasa, menarik napas lebih dalam karena dia tidak mampu melawan penyakit yang dideritanya jikalau tetap saja bila dia menenangkan suasana yang sudah kacau balau itu, yang sebelumnya sudah dicoba memberikan perhatian lebih kepada siswa yang propokator terjadinya permasalahan. Pahlawan yang hingga saat ini mengindap tekanan darah tinggi. Kalau terpancing dengan rasa marah takut kambuh lagi penyakitnya.
Akhirnya pahlawan tanpa tanda jasa mencoba meredam dan mengendalikan dirinya. Meredam amarah yang sudah meledak-ledak mengelegar, siap terlempar keluar. Menginggat embanan tugas serta sumpah pahlawan hanya terdiam sambil mengucap astaufirullah hallazimmmm.... astaufirullah hallazimmmm.... astaufirullah hallazimmmm....Yaallah nyerinya dadaku, sakitnya kepalaku, ya Allah jauhkan aku dari tekanan darah tinggiku. Hanya itu yang terlintas di pikiran pahlawan untuk memeredakan keadaan saat itu.
15 menit sudah berlangsung pertempuran perkataan takkaruan, ibaratkan buli-membuli, satu sama lainnya. Pahlawan mencoba untuk tidak terbawa suasana namun rasa-rasa dan tangung jawab selaku seorang pendidik terasa terabaikan. Merasa berdosa bila tetap dibiarkan namun Pahlawan tanpa tanda jasa mencoba bangkit kembali dari tempat peranduannya berrefleksi diri.
Hallo anak bapak semuanya, coba diam kamu lagi. Pinta sang pahlawan.
Mendengarkan ucapan pahlawan ada beberapa siswa menyahut, Hallo Pak. Namun ada juga sebagian besar siswa masih terbawa suasana perang mulut. Sehingga ucapakan dari sang pahlawan terabaikan. Kemudian sang pahlawan mendekati siswa yang masih menceloteh sementara lawan bicaranya untuk berceloteh tidak karuan masuk kedalam lokal, akhirnya suasana belum juga terkendalikan.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H