Mohon tunggu...
Mulyadi A SPd
Mulyadi A SPd Mohon Tunggu... Guru - Guru PPPK, Ketua PKBM AT-TARIQ, Penulis

Mulyadi.A, S.Pd. adalah nama pemberian dari Ayah dan Ibu tercinta Awaluddin (alm) dan Ramailis (alm). Pekerjaan saat ini sebagai guru PPPK di SD Negeri 04 Sungai Gadiang Kec. Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Serta selaku Ketua PKBM AT-TARIQ Kec. Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Disamping ini hobbi menulis, Alhamdulillah dari aktivitas hobbi yang selama ini di pupuk dengan motivasi dan semangat juang yang tiggi sudah menelurkan beberapa karya tulis berupa Buku yang sudah di terbitkan dan ber ISBN seperti, Kabut Cinta Di Langit Saribu Rumah Gadang, Model Pembelajaran Kontemporer dan Penyajiaannya, PTK Pengembangan Profesi Guru. Merayu Tuhan, Pemenang Lomba Cipta Puisi tingkat Nasional yang karyanya dibukukan dengan Judul "Cinta Utopia yang Indah". "Puisi dan Mimpi". Kemudian pernah menjadi mereviw buku "Sunan dan Laon" bersama penerbit PT Insan Cindekia Solok

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bara Hati yang Menjerit

7 November 2023   21:32 Diperbarui: 7 November 2023   23:26 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumetasi Uda Mula

Pahlawan tanpa tanda jasa, menarik napas lebih dalam karena dia tidak mampu melawan penyakit yang dideritanya jikalau tetap saja bila dia menenangkan suasana yang sudah kacau balau itu, yang sebelumnya sudah dicoba memberikan perhatian lebih kepada siswa yang propokator terjadinya permasalahan. Pahlawan yang hingga saat ini mengindap tekanan darah tinggi. Kalau terpancing dengan rasa marah takut kambuh lagi penyakitnya.

Akhirnya pahlawan tanpa tanda jasa mencoba meredam dan mengendalikan dirinya. Meredam amarah yang sudah meledak-ledak mengelegar, siap terlempar keluar. Menginggat embanan tugas serta sumpah pahlawan hanya terdiam sambil mengucap astaufirullah hallazimmmm.... astaufirullah hallazimmmm.... astaufirullah hallazimmmm....Yaallah nyerinya dadaku, sakitnya kepalaku, ya Allah jauhkan aku dari tekanan darah tinggiku. Hanya itu yang terlintas di pikiran pahlawan untuk memeredakan keadaan saat itu.

15 menit sudah berlangsung pertempuran perkataan takkaruan, ibaratkan buli-membuli, satu sama lainnya. Pahlawan mencoba untuk tidak terbawa suasana namun rasa-rasa dan tangung jawab selaku seorang pendidik terasa terabaikan. Merasa berdosa bila tetap dibiarkan namun Pahlawan tanpa tanda jasa mencoba bangkit kembali dari tempat peranduannya berrefleksi diri.

Hallo anak bapak semuanya, coba diam kamu lagi. Pinta sang pahlawan.

Mendengarkan ucapan pahlawan ada beberapa siswa menyahut, Hallo Pak. Namun ada juga sebagian besar siswa masih terbawa suasana perang mulut. Sehingga ucapakan dari sang pahlawan terabaikan. Kemudian sang pahlawan mendekati siswa yang masih menceloteh sementara lawan bicaranya untuk berceloteh tidak karuan masuk kedalam lokal, akhirnya suasana belum juga terkendalikan.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun